Monday 25 March 2019

Abel & Pintu Merah "Dunia Ajaib"

Dunia Ajaib



Setelah berlari keluar dari hutan kulihat padang rumput yang seakan tak berujung, seakan-akan rumputnya bersinar padahal hanya diterangi oleh cahaya bulan yang bersinar biru di langit tanpa bintang. Sedikit kagum dengan pemandangan ini, aku pun sadar bahwa makhluk mungkin saja masih mengejarku ke sini. Daerah ini belum pernah kudatangi tetapi pemandangannya sangat indah dan membuatku seolah-olah pernah kesini dan merindu, WUUUUSH! suara angin yang seolah dibelah pedang terngiang di telingaku, rumput-rumput disekitarku pun bergerak oleh tekanannya yang kuat.

Makhluk humanoid berkepala anjing hitam ini berdiri dengan hasrat membunuh yang kuat di hadapanku, belati besarnya dikibas-kibaskan hingga energi yang terkumpul disekitarnya membentuk aliran angin yang menderu kasar. Tak tahan lagi aku pun membalasnya dengan amarah yang meluap, kupikirkan untuk membentuk tombak dengan pikiranku dan terjadilah, cukuplah aku bersabar dan sekarang saatnya bertindak. Makhluk ini sudah tak bisa ditenangkan dengan kata-kata lagi, maka harus diselesaikan dengan duel.

Kami bertarung tanpa ampun dan tak ada niat untuk saling mengalah, hingga akhirnya leher makhluk ini terbuka dan kulesatkan mata tombakku kesana. Tombakku berhasil menusuknya, dia mulai lunglai dan kesakitan belatinya terlepas dari genggaman dan dia seakan-akan meminta ampun padaku. Kuminta sekali lagi padanya untuk melepaskan kontraknya terhadap Bu Asih, namun dia menolak. Akhirnya aku hanya berdoa memohon ampunanNya dan menyaksikan makhluk itu terbakar sambil berteriak-teriak meminta ampun.

Aku bergegas kembali ke alam manusia dana mengakhiri pekerjaanku di dunia ajaib ini, kupanggil pintu merah dan dia muncul disebelah kiriku lalu kubuka dan memasukinya.
Kubuka mata dan kulihat diriku sudah kembali di kamar tidur Bu Asih, suaminya masih menunggui di samping tempat tidurnya dan Putri menghampiriku sambil membawakan air putih. Masalah ini masih belum berakhir, ada satu hal lagi yang harus kulakukan yaitu memutuskan kontrak antara jin khodam dengan manusianya, yang tak lain adalah Bu Asih.

Kudekati Bu Asih yang terbaring lemah dan berkeringat di tempat tidurnya, dengan kemampuan spiritualku kulacak energi jahat dan kudapati sebuah benda mirip usus. Ujung dari benda ini menempel di tengkuk Bu Asih dan ujungnya ini menyerupai ari-ari bayi dan ujung lainnya seakan transparan menghilang. Dengan membaca doa pada Tuhan kutarik benda itu walau sedikit harus bersusah payah, energiku seakan terkuras. Benda ini akhirnya terlepas dan Bu Asih tiba-tiba terbatuk-batuk seakan mulai sadar dari komanya, sang suami memanggil-manggil namanya dan Putri ikut membantu bibinya itu.

Putri adalah teman yang baru beberapa minggu kukenal dari media sosial, kami adalah "korban" dari hobi yang sama yaitu penyuka hal-hal bersifat supranatural. Setelah dekat dan saling berjumpa (karena kami kebetulan tinggal sekota) Putri mulai sedikit cerita-cerita mengenai bibinya yang suka klenik. Dari sanalah masalah ini akhirnya kutangani, walau nanti bakal sulit bagiku menjelaskannya pada Putri.

Aku adalah Abel, dan aku spesial.


Tamat.