Monday 1 April 2019

Abel & Pintu Merah: "Kontak pertama"

Kontak Pertama


Oke mari kuajak flashback menuju ke awal bagaimana diriku bisa menjadi seperti ini, pada masa-masa aku masih menjadi manusia "normal" seperti pada umumnya.

Dulu banget nih, layaknya remaja pada umumnya aku termasuk pengguna media sosial yang aktif. Setiap hari selalu saja ada waktu buatku untuk "bersosial" di dunia maya, yah hingga pada suatu ketika diriku ikut-ikutan mengunduh dan menggunakan sebuah media "penyiaran" online. Ada saja pengguna yang sedang live dengan tema-tema yang mereka kuasai atau pun mereka siapkan demi menjulang pendengar atau follower, pada akhirnya media inilah yang menjadi favoritku tiap malam hari menjelang tidur.

Sekitar dua bulan setelah sering aku mendengarkan siaran live yang biasa-biasa saja, akhirnya diriku bertemu dengan seseorang disebuah siaran penyiar favoritku. Awalnya sih biasa saja tapi mulai kupahami malam itu bahwa Noviandra penyiar favoritku ini memiliki "kedekatan" lainnya dengan pendengarnya yang dia panggil "om Pus". Tiba-tiba saja pendengar yang dia ajak bicara itu undur diri, lalu Noviandra ini tanpa alasan tiba-tiba mengatakan sebuah hal yang bagiku mengejutkan dan membuat merinding. Dia mengatakan yang dipanggilnya om Pus itu beberapa saat yang lalu baru saja membantu keluarganya yang sedang mengalami masalah di ranah supranatural!

Dia menceritakan bahwa pada awalnya dia hanya iseng dan tertarik masuk ke channel siarannya si "om Pus" ini karena judulnya yang nyeleneh dan bikin sebel bagi yang membacanya. Lucu dan nyebelin, itulah komentarnya ketika pertamakali mendengar siaran si om Pus, hingga akhirnya tibalah giliran dia jadi "korban" keisengannya. Om Pus ini mendadak menyebut namanya dan mengatakan hal tak terduga padanya "oi Nov, gimana ceritanya mertua pamanmu bisa ketempelan kayak gitu?", waw gila.

Akhirnya dia menceritakan bahwa dia tidak paham dengan yang dipertanyaan si om Pus kepadanya, lalu dia meninggalkan siaran orang yang dianggapnya aneh itu. Tapi selang dua hari dia menceritakan bahwa seorang pamannya datang ke rumah untuk minta tolong diantarkan ke orang pintar oleh ayahnya. Malamnya entah sampai jam berapa dia menunggu siaran si "om Pus" ini hanya untuk menceritakan hal itu. Diluar itu dia menceritakan bahwa mertua pamannya tidak sembuh-sembuh hingga pada akhirnya dia berniat mencari om Pus.

Tanpa suatu alasan dia tidak menceritakan apa-apa lagi, dia lalu bercerita bahwa om Pus ini membantunya dan dia ikut turun langsung membantu mertua pamannya dengan arahan si om Pus. Selanjutnya dia tidak menceritakan lebih banyak lagi, dia hanya mengatakan bahwa pengalaman supranatural seperti itu membuatnya merasa tidak nyaman berada di alam nyata.

Apa yang diceritakan Noviandra  itu entah kenapa membuatku kepo, hingga tiap malam kucari-cari dan kutunggu om Pus ini untuk muncul. Sial atau bagaimana hampir sebulan dia tidak muncul-muncul, padahal sudah kucari nicknamenya dan ku follow dia. Mungkin belum jodoh kali, pikirku. beberapa waktu ada juga pikiranku yang berpikir bahwa mungkin saja dia hanya muncul kalau ada orang yang benar-benar memiliki masalah, rasa penasaranku perlahan sirna dan aku mulai melupakan dia.

Tiga bulan berlalu, pada suatu malam tiba-tiba notif di HP ku berbunyi, kubuka dan terlihat sebuah pesan "Si Pus Telah Memulai Siarannya", tanpa pikir panjang kuikuti kemana pesan itu membawaku dan untuk pertama kalinya itulah awal perjumpaanku dengan orang yang kelak akan menjadi "mentorku" dan mempengaruhiku dengan berkata "kamu ini spesial loh".

..........................................?
..........................................................!?
.......????
...................!!
!!#@!%^&$%$#$%@@@@@
Seperti itulah perasaanku ketika mendengarnya berbicara selama kurang lebih satu jam. Kenapa selama ini diriku penasaran dengan penyiar yang "gila" ini sih, ucapku dari dalam hati, ucapan-ucapannya kalau tidak "ngaco" ya kurang ajar dan kadang menggelitik pikiran juga.

Kuputuskan untuk keluar tanpa pamit, tapi pas banget sebelum itu dia menyebut namaku dan berkata "kamu penasaran karena apa sih Bel, disini ada jargon loh, supranatural boleh tapi tetaplah logis".  Maka sekedipan mata pula hilang niatku untuk pergi dari situ, kuketik sebuah pertanyaan mengenai kenapa dia tiba-tiba dia berkata seperti itu padaku, dan jawabnya "Abel cewek jomblo usia 20th, tinggi 162cm, berat 52kg, kulit kuning langsat, rambut lurus panjang sebahu, hmm kamu punya sedikit tanda lahir di bahu kirimu, ah! kamu juga memakai kacamata dan tinggal di Cimahi" WHAT THE FUCK!!!!!!!.

Orang ini tahu darimana itu semua?? Informasi pribadiku dia ungkap seenaknya dan TEPAT. Bagaimana mungkin dia mengetahui itu semua, darimana dia mendapatkannya. Foto yang kupakai di profil saja sebuah foto bunga, apakah dia asal menebak atau dia baru saja "membaca" diriku.

"Mudah sekali sih kalau dirimu sendiri yang mengatakannya, heran banget ya Bel?" ucapnya, semakin bingung dan takut maka langsung kumatikan HPku sekalian. Setelah itu pikiranku seakan berucap bagaimana malam ini tiba-tiba menjadi sangat aneh seperti ini, dia tadi manusia atau bukan sih, atau jangan-jangan dia mengirim sesuatu ke tempatku, semacam jin atau sihir? Lalu kuputuskan untuk tidur saja, dan HP kubiarkan mati sampai perasaanku kembali tenang.

Entah sudah berapa minggu diriku sudah tidak memainkan media sosial apa pun, peristiwa malam itu sungguh telah membuatku paranoid hingga suatu hari.....

"Abeeeel...Abeeeeeeel, ada yang mengikutiku dari sungai tadi, aku nggak tau dia itu apaan, tiba-tiba muncul di depanku dan meloncat kayak mau menerkamku". Aku berlari keluar dari tenda menuju suara Dina yang berteriak-teriak memanggilku, beberapa rekan pecinta alam sudah menenangkannya dan memberikan minum supaya Dina semakin tenang. Waktu sudah menjelang maghrib, cerita dari mulut Dina membuat suasana perkemahan kami menjadi tidak karuan, terlebih lagi bagi diriku. Sampai jam 11 malam Dina memeluk diriku dengan ketakutan walau sudah ada dua lagi temanku menemani kami tidur di tenda ini.

Pikiranku seperti mempunyai kepribadian sendiri, entah nyata atau tidak di kepalaku seakan-akan ada yang berbisik "tidakkah kamu ingin menolong temanmu, Tuhan sudah memberimu kekuatan itu sejak kamu lahir, mungkin dengan arahan manusia yang tepat kamu akan paham dan menguasainya". Lalu bertambah lagi ketakutanku, dua buah mata merah seakan mengintaiku entah dari arah mana, dan bau daging busuk yang menyengat membuatku ingin mual.

Dalam situasi ketakutan kulepaskan pelukan Dina, kuambil HP ku dan kunyalakan koneksi internetnya setelah sekian lama.

"Si Pus sedang Live saat ini" notif yang tidak ingin kulihat segera muncul di layar HP, kusentuh link itu seakan diriku tak punya pilihan lain dan kuketikkan "tolong aku om Pus, saat ini juga!!!".

"Hah, sedang apa kamu Abel. Kalau lagi kesusahan berdoa dulu sama Tuhan dong".
Aku hanya bisa berlinang airmata membacanya, sepertinya dia sedang tidak peka dengan keadaanku di tempat perkemahan ini. Saat itu diriku hanya berharap paling tidak dia memberi tahuku untuk melakukan sesuatu karena kuanggap dia adalah orang yang peka dan tahu keadaanku.

"Hubungi aku ke nomer ini 085***********" Kusimpan nomer itu, dan dia langsung mengakhiri siarannya.

Tak lama langsung kuhubungi nomernya. "Abeeel hai sayang, ayo ulurkan tangan kananmu ke depan, kalau sudah sekarang bayangkan kamu memegang sebuah tombak dari api yang menyala".

Apa-apaan orang ini, dia langsung menyerocos dan memerintah tanpa mendengarkan ceritaku. Kuturuti karena panik, lalu "sekarang lemparkan tombaknya ke 3 bayangan hitam di hadapanmu, agak sedikit ke kiri, kamu bisa lihat kan, oii Abel kalau kamu mendengarku lakuin aja, ayo ayo yang semangat donk beb". Walaupun bakal membuatku terlihat seperti orang bodoh, semua ucapan yang dia arahkan kepadaku itu akhirnya kulakukan, tak lama suara teriakan kesakitan terdengar bersahut-sahutan di kepalaku, dan mendadak tubuhku berhenti merinding, semua rasa tidak nyaman hilang walaupun mataku masih berkaca-kaca.

"Hoi halooooo, haloooo Bel? woi haloooo. kalo udah kelar sampe ketemu lagi ya" dan dia langsung menutup teleponnya. Ya Tuhanku apakah yang baru saja kualami ini, aku bahkan belum berterima kasih pada om Pus, sungguh tak terduga petunjuk dan pertolonganmu ya Tuhan.

Peristiwa hari itu membuaatku semakin dekat dengan om Pus, setiap dia siaran aku setia mendengarkannya, mulai dari omong kosongnya hingga prank yang membuatku emosi seakan tak membuat diriku membencinya, hingga akhirnya dia menawariku untuk bergabung dengan komunitasnya, sebuah tempat yang kelak akan membawaku menuju Pintu Merah dan dunia ajaib di dalamnya.



-TAMAT-