Wednesday 26 October 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Kenangan Kirana (bagian 4)

Anima

"Hey kid...take my head with you and help me to purify my soul. I'll tell you a way to get into that altar, I'm begging you...it has been a century of misery for being kept by that wicked 'red monkey', he is not here but I can tell you everything about him" kepala itu memohon dengan memilukan.

"Dia berkata jujur, sebaiknya kau bantu dia pangeran" Kimi pun berusaha meyakinkanku.

Kujauhi tangga altar itu, kusuruh Rania untuk berada di dekat Kimi. Sedangkan diriku kuarahkan menuju tempat kepala itu tertancap, walau pun tersedia jalan untuk menuju ke dekat air terjun itu namun halangannya tak sedikit pula, terjal, licin dan hempasan air yang jatuh dengan deras menjadi kendala juga.

Tiba-tiba muncul ide di kepalaku.

"Hei Kazza, tolong kau ambil kepala orang yang tertancap di tombak itu" 

Dan hasilnya tentu saja....

"Enak saja kau memerintahku manusia lemah pemalas" sebuah jawaban yang sudah bisa kuduga sebelumnya dari Kazza.

"Turuti dia Kazza, kau adalah bagian dari perjalanan ini" perintah Kimi dengan tegas.

Kazza (dengan rasa sebal) menuruti juga, dia langsung menukik menuju lokasi tempat kepala itu tertancap dan mencengkeramnya, terlihat sepertinya kepala itu tak mudah untuk diangkat atau ditarik dari tombaknya. Kazza juga sebetulnya tak leluasa untuk melakukan aksi ini karena dia sejatinya adalah jin tipe api, jadi Kazza tentu saja harus mengontrol dan mengurangi kekuatannya agar kepala itu tak terbakar di cakarnya.

Agak lucu juga sih melihat kepala si bule itu ketakutan dicengkeram Kazza, mungkin dia takut terbakar atau terjatuh. Kazza berhasil mengambil kepala itu lalu membawanya kepadaku. Beberapa makhluk berkepala kerbau telihat marah dan keluar lagi beberapa makhluk sejenis menjaga altar itu dengan ketat. Kepala lelaki bule itu sudah diselamatkan, dia langsung memintaku untuk mensucikan jiwanya agar  bisa terlepas dari tempat ini.

"Just purify my soul and you'll get all of my knowledge about that horrible beast. Please trust me, once you receive my knowledge you'll see further beyond anything you haven't seen yet" kepala itu terus menerus meyakinkanku.

Kutanyakan pada Kimi bagaimana cara 'mensucikan' jiwa dari bule ini. 

"Biar aku yang melakukannya, kau belum menguasai sistematis penyegelan jiwa" jawabnya singkat.

Kimi pun mendekati kepala itu dan entah mengucapkan apa, sepertinya sebuah mantra atau doa dengan bahasa jin. Aku dan Kazza berjaga-jaga mengawasi gerak-gerik para penjaga altar yang terlihat seperti bersiap menyerang kami.

Sekumpulan bola cahaya warna-warni mulai muncul dengan membawa hawa tidak mengenakkan, bola-bola itu lalu berubah memanjang seperti layaknya ular dan beterbangan mengelilingi kami. Mereka seperti sudah mengerti tentang apa yang kami lakukan. Makhluk-makhluk cahaya ini mengeluarkan panas yang membuat risih dan mereka meliuk-liuk memercikkan api pada kami, akhirnya kesabaranku habis juga dan kuserang mereka dengan tembakan bola energi api.

Jurus yang diajarkan oleh Samman  itu sungguh efektif mengatasi makhluk tadi, mereka lenyap setelah tersentuh oleh seranganku. Kimi sudah memulai proses pelepasan segel, semacam pentagram dari cahaya tiba-tiba muncul layaknya mengurung kepala si bule. Tulisan-tulisan yang sama sekali tak kukenali muncul dan bergerak seakan menari dalam pentagram itu, Kimi pun mengucapkan kata-kata yang juga tak kupahami.

"Segel itu sangat kuno sekali, seakan jauh dari peradaban mana pun" kata Kazza heran.

"Apakah seumuran dengan Zeneb tua itu Kazza?" tanyaku.

"Tidak, segel sihir ini tak bisa dikatakan usianya, jin yang menguasai segel ini seperti jauh dari peradaban mana pun, sjenis bangsa jin yang sengaja mencari dan menghasut manusia untuk memuja mereka" penjelasan Kazza memunculkan sebuah jawaban di pikiranku.

"Anima...dia jin tipe anima" ucapku.

"Anima? Apa artinya itu" tanya Kazza

"Hmmm, di bumi ini sebelum mengenal agama modern para manusia menyembah atau memuja kekuatan yang mereka anggap besar. Sebut saja matahari, bulan, binatang dan dari itu semua akhirnya merambah pada benda-benda lainnya seperti pohon, batu, patung. Seiring waktu berlalu kecerdasan mereka meningkat dan mereka memiliki keyakinan bahwa dari masing-masing benda tersebut pasti memiliki roh atau jiwa masing-masing, dan kami menyebutnya sebagai kepercayaan 'animisme'. 
Maka dari itu kusebut makhluk-makhluk yang pernah mereka sembah itu sebagai 'Anima'. Dan sepertinya kekeuatan para 'anima' ini jauh lebih kuat dari Zeneb karena mereka benar-benar mendapatkan para pemuja yang jauh tidak mengenal tuhan" penjelasanku.

"............(seperti kakak dan diriku)" ucap Kazza lirih.

"Kalian dulu pernah dipuja oleh manusia?" tanyaku.

"Nanti saja kau tanya pada kakak" Kazza langsung berpaling.

 Sementara itu dari arah altar, sebuah hawa luar biasa memancar dengan jelas. Para penjaga altar sepertinya bersiap-siap menyerang kami.

BUUMM!!!

Sebuah makhluk raksasa menyerupai kera besar tiba-tiba muncul di depan altar dengan membawa gada besar. Wajahnya sama sekali tak menyerupai primata besar, lebih mirip wajah harimau dan bertanduk satu di dahinya. Apalagi yang bakal terjadi di tempat ini, sementara kami harus menjaga Kimi saat ini muncul pula sebuah raksasa yang bersiap menyerang kami. 

"Panggil nagamu, panggil naga hitam itu cepaat" Kazza panik.

"Aku takut...." Rania bersembunyi di belakangku.

"Aku tak bisa memanggil naga itu Kazza, kau tahu kan dia hanya beraksi semaunya sendiri" diriku pun kehabisan akal.

BLAAAM!! 

Sebuah sinar biru muncul dari belakangku dan menghantam makhluk raksasa itu dengan telak.

"Masih tersisa satu segel lagi, kalian jaga kepala itu" Kimi terbang meloncati kami dan bergerak menyerang si raksasa.

Kimi menyerang dalam wujud rusa, bagai tipuan mata kuperhatikan saat ini ukuran tubuh kedua makhluk ini setara besarnya. Diluar dugaan Kimi mampu mengungguli raksasa itu, berkali-kali tendangan Kimi mendarat di tubuh raksasa dan melontarkannya ke bebatuan di sekitar air terjun. Pukulan pun mampu ditepis oleh Kimi, perbedaan level terlihat jelas disini. Apa mungkin makhluk-makhluk disini sama sekali tak pernah berhubungan dengan jin dari  daerah lain sehingga mereka tak ada perkembangan dalam peradaban.

Tanduk Kimi bersinar dan kembali menembakkan sinar biru yang langsung merobohkan raksasa bertanduk itu untuk selamanya.

"Ayo kita lepas segel terakhir" ujar Kimi.

Kimi kembali melakukan ritualnya tadi, dan tak lama kepala itu melayang dan mulai sedikit memancarkan sinar.

"Dia akan memberikan sisa kekuatan terakhirnya padamu beserta kenangan-kenangan semasa dia hidup, bersiaplah" Kimi menyuruhku bersiap menerima 'pengetahuan' si bule.

Kepala itu semakin melayang tinggi, dia tertawa lalu sekejap menghilang dan hanya meninggalkan cahaya kecil turun dan tiba-tiba masuk dalam tubuhku.

"16 November 1812, 

Gubernur Raffles menunjukku sebagai kepala ekspedisi untuk mencari sebuah sisa peradaban kuno di gugusan Sunda Kecil. Kami menyusuri berdasarkan sebuah peta dan catatan yang pernah ditulis secara rahasia oleh Marco Polo tentang sebuah reruntuhan prasejarah dimana dia dan anak buahnya menemukan sebuah patung monyet emas.

Karena waktu dan logistik yang sangat terbatas, Marco Polo hanya berada di reruntuhan itu selama satu hari saja dan dia menulis temuannya itu di dalam catatan rahasianya. 


11 Desember 1812,

Kapal kami secara tak sengaja berlabuh di sebuah pulau..........................................................


27 Desember 1812

Kami akhirnya berhasil menemukan reruntuhan itu, namun tak lama sebuah gempa terjadi selama beberapa menit. Gempa itu tanpa disengaja mempertemukan kami dengan sebuah patung dari permata  yang berwarna merah, sebuah patung dengan bentuk menyerupai monyet.......................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
patung itu semakin membuat kami menjadi gila......mimpi yang sama tiap malam selalu muncul menghantui kami.......................................................................................................................................

...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
seperti yang makhluk itu janjikan....kudapatkan kepuasan dari membunuh satu persatu anggota ekspedisi kami.......pisau terkutuk ini bukans aja memberiku kekuatan tapi juga merampas jiwaku.....dan dia juga haus darah"

"Tanpa kusadari penawaran yang diberikan oleh monyet besar itu adalah sebuah kutukan, tubuh dan jiwaku telah dijadikan budaknya. Setiap hari segala hewan atau pun manusia yang kutemui menjadi makanan segar bagi 'pisau' terkutuk ini, sebagian darah mereka tak lupa musiramkan pada patung permata merah itu"

"Aku tak mampu mengungkap semua kegilaan itu anak muda, semoga itu bisa memberimu petunjuk" ucap lelaki bule itu padaku.

"Lalu bagaimana tentang altar ini, bagaimana cara melewati para penjaganya?" tanyaku.

"Mereka tak tahan dengan petir........sampai jumpa anak muda.....terima kasih" dan suaranya tak pernah terdengar lagi.


Kuceritakan pada Kimi, Kazza dan Rania tentang semua yang sudah kuketahui. Dan kami pun menuju altar itu dan bersiap meghadapi makhluk-makhluk penjaga altar itu. Aku adalah satu-satunya yang menguasai elemen petir disini maka tanpa ragu kuhempaskan beberapa serangan pada para penjaga itu, mereka menggelepar kesakitan dan tak mampu menahan kami mendekati altar utama.


Di altar utama itu terdapat patung berwujud monyet yang berlumur darah, Kimi tanpa ragu langsung menghancurkannya. Sebuah portal terbuka tepat di tempat patung itu tadi berdiri.

"I-itu Kirana...cepat selamatkan dia" teriak Rania.

Tanganku memasukis ebagian portal itu dan berhasil meraih tangan Kirana. Kutarik dia dari dalam portal itu, wajahnya tak menampakkan satu emosi pun, matanya lalu melirik ke arah Rania dan mengeluarkan airmata. 

"Ini hanya sebagian jiwanya yang terkurung, satu lagi masih berada di sekapan makhluk Anima itu" Kimi menerangkan padaku.

"Pangeran, kau kembalilah sekarang. Tempat ini biar kami yang menjaganya, kau sudah 'tidur' terlalu lama" ucap Kimi padaku, astaga aku sampai lupa tentang  perbedaan waktu entah sudah berapa lama diriku tertidur di alam nyata sana.


-Bersambung-

Sunday 23 October 2016

Another Start After Many Years of Void


Hai, salam kenal yah dear readers.

Kali ini saya ingin mengoceh panjang lebar tentang hal-hal aneh yang saya alami belakangan ini, mungkin juga bisa saya mulai dari sejak saya kecil atau dicampur-campur saja alur ceritanya yah hihihi.
Sedikit kisah yang pernah saya alami sudah pernah saya tuangkan di cerita 25 tahun dan kuntilanak purwodadi 

Sebaiknya saya mulai dari pertengahan tahun 2015 saja deh, sekitar bulan Juni 2015 saya sedang ketagihan sebuah game yang bernama Brave Frontier. Karena sudah termasuk di level dewa maka gak heran di sebuah forum saya sering membalas pertanyaan-pertanyaan para gamer pemula, dan dari situlah semua kisah aneh kembali saya alami.

Suatu hari saya menolong seorang player (sebut saja Mara) saking kompaknya kami jadi akrab deh di forum, sampai pada suatu hari (3 hari setelah kenal) Mara ini mengundang saya (lebih tepatnya saya diculik) ke sebuah salah satu grup komunitas indigo di jejaring sosial. Saya nggak kaget dengan indigo karena bertahun-tahun lamanya dulu saya telah mengetahui seluk-beluknya, yang saya kagetkan adalah 'penculikan' ini, dimana Rama sendiri adalah salah satu admin dari grup tersebut. Dan konten dari grup ini juga lebih mengagetkan karena 80% jauh dari indigo yang dulu sudah saya kenal jauh-jauh hari.

Sebuah grup yang lebih pantas dinamakan perkumpulan dukun dan orang yang haus ilmu kebatinan. 

Tapi seiring waktu dengan ajaibnya saya justru berjodoh dengan para indigo murni, lucu-lucu, anti sosial, tak banyak bicara dengan orang yang dianggap tidak seperti mereka, dan lain-lain. Mereka ini justru yang 'menemukan' saya dari sekian puluh ribu anggota dalam grup aneh itu. Dan tidak sampai dua bulan saya sudah akrab dengan 80% admin-adminnya (atau mereka yang justru mengakrabi saya; bahkan pernah menawari saya jabatan admin -_- (tentu saja kutolak dengan mentah). Tidak lupa juga saya mempunyai banyak musuh dalam hitungan hari (terutama mereka yang mengaku punya khodam, berguru disana-sini, ngilmu ini-itu, ngaku-ngaku indigo, dan lain-lain).

Orang-orang yang saya kenal akrab justru menolak disebut indigo (termasuk saya sendiri) namun entah darimana menreka secara pribadi menguak 'kekuatan' yang mereka miliki pada saya dan mempraktekkannya dalam jarak jauh (pada saya). Ada yang mulanya mengirim pesan pribadi kepada saya trus menceritakan masalah pribadi mereka satu persatu, sering juga ada yang secara terang-terangan 'mencolek' saya di sebuah threat terus menyuruh saya menyelesaikan persoalan gaib -_- (ada yang saya tolak, ada yang saya bantu).

Oke saya stop sampai di sini dulu, sekarang saya akan fokuskan pada satu persatu yang saya kenal dan keunikan mereka (tentunya dengan nama masing-masing yang sengaja saya samarkan).

Class Indigo:


1. Yuba
Penyendiri sejak kecil, sewaktu remaja sering mengalami kejadian elektromagnetis. Seringkali ketika berjalan melintasi PJU lampu/listriknya selalu mati. Memiliki kemampuan pada lisan, doa, pandangan antar dimensi, prakiraan kejadian kedepan, healing factor, super luck -_- (percayalah itu benar-benar ada). Hobinya main game (terkadang nonton bokep).

2. Tisi
Masih kelas 1 SMP, tidak mudah bersosial terutama pada sebayanya, sering dianggap aneh oleh teman sekelas, memiliki label 'anak berkebutuhan khusus' yang diberikan oleh guru BP (sering disuruh bikin essay tentang kehidupan keluarganya). Suka bermain dengan logika, stereogram dan permainan kartu. Jika ada seseorang (bahkan kepala sekolah) yang sengaja menyinggung tentang indigo, esper, anak aneh dan autis tidak segan-segan berteriak "saya keberatan". Kemampuan Lisan, memprediksi orang, mengolah energi untuk penyembuhan dan mencelakai, menyumpahi, mata batin dan pandangan antar dimensi. Hobi main tablet.

3. Scorpio
Dia ini sangat spesial, seorang indigo yang mampu melihat sampai keluar batas galaksi (sukar dipercaya namun saya pernah tidak sengaja mengintip dan takjub), saking terlalu percaya pada kemampuannya sehingga dia melupakan logika dan sering mendapat teguran dari langit :D sehingga seringkali malfungsi dan balik bertanya pada saya atau teman-teman yang lain untuk suatu pemecahan. Masalah sosial sperti percintaan juga menjadi momok bagi si Scorpio ini (sering curhat kalo sedang patah & ditolak cewek). Kemampuan yang dimiliki.....membaca hati dan pikiran lawan bicara tanpa memandang jarak, jin pun tidak mampu menghadang kemampuannya ini, setiap kelahiran dan kematian mampu dilihatnya sampai batas galaksi, penggunaan kekuatannya ini tentu saja ada batas tabunya (yang semenjak kenal dengan saya justru lebih sering dilanggar hehehehe).

4. Katy
Saya sering memanggilnya dengan sebutan tante karena memang sudah sepuh. Semenjak kecil sudah mengidap penyakit kelainan darah sehingga seringkali lemas dan pingsan. Anti sosial dari kecil sehingga sering dikucilkan, sejak beberapa tahun lalu justru lebih sering mengobrol melalui jejaring sosial. Katy ini yang pertama kali menemukan ada 'naga hitam' yang mengikuti saya sejak lahir (sedangkan teman-teman saya yang lain saja tak menyadari keberadaan naga ini hingga saya ceritakan dan mencoba membuka diri dengan memaksimalkan energi). Kemampuan Katy tak bisa saya ceritakan karena sangat pribadi dan menurut saya bisa membahayakan.

Class High Esper
(esper adalah manusia yang terlahir memiliki ilmu kebatinan baik warisan atau mendapatkannya dari jin yang sudah tertarik dengan kelahirannya)

1. Narat
Ibu muda mantan SPG, dia inilah yang pertamakali mengemukakan "orang aneh pasti akan dapat jodoh orang aneh juga" sehingga menikahlah dia dengan suaminya yang 'ajaib' dan dikaruniai 2 anak. Kemampuannya adalah penyembuhan, meditasi, lisan, olah energi, mata batin dan sedikit pandangan antar dimensi. Suka melakukan perjalanan ke tempat-tempat keramat hanya gara-gara mimpi :D.

2. Eli
Master meditasi dan energi. Masih sedikit yang saya ketahui tentang dia, hobi main smule.

3. Mara
Ahli olah energi dan tolak bala, mampu menarik dan menolak energi jahat (kadang menarik pusaka seperti bulu). Dia ini biang keladi saya kembali terjun ke urusan gaib setelah saya vakum 15 tahun lebih -_-.

4. Kanuki
Cewek yang jadi gendut karena stress dengan percintaan :D. Sensitif terhadap makhluk-makhluk gaib dan gangguan-gangguan gaib disekitarnya, seringkali menjadi freak melihat foto-foto tempat angker yang saya kirim. Hobinya mengkoleksi makhluk berdarah yang menurutnya imut -_-.

5. Rusvi
 Wakil presiden sebuah bank BUMD. Raja ular gaib dan mampu menolak santet, mampu memandang alam gaib dengan mudah, sering diikuti oleh makhluk gaib perempuan, mampu menyembuhkan tapi menolak mengakui, dia juga master tarot.

6. Nidi
Cewek nympho ahli olah energi jarak jauh, dulu saya sering dikirim energi untuk menyembuhkan asam urat saya :D, master tarot dan pemburu laki-laki.

Segitu aja deh yang saya ungkap, masih ada banyak lagi tapi saya males (benar-benar males) untuk menulisnya. 

Sejauh ini saya juga 3 kali mengganti akun jejaring sosial saya karena sering diblokir dengan pengaduan palsu ke adminnya, yah kebanyakan pelakunya sih orang-orang yang saya tolak permintaannya, orang-orang yang kalah adu ilmu (ngakunya), orang-orang yang takut saya bongkar latar belakangnya (tukang modus) biasanya dukun pemula dan yang ngaku-ngaku paranormal.

Saya pribadi tidak tahu saya memiliki kemampuan atau tidak, tapi seringkali ada orang yang mengetes dengan 'menerawang' isi kepala, tapi saya bisa tahu dan menegur orang itu. Dan semenjak saya jadi terkenal di grup tadi sering ada orang yang 'PM' minta nomer togel, tanya jodoh, minta diramal, diliatin gebetannya, minta pengusiran makhluk halus dan lain-lain -_- ada-ada sajalah permintaan mereka setiap hari.

Singkat kata semenjak bulan November 2015 saya out dari grup itu (lebih tepatnya dari banyak grup semacam itu) alasan saya ada banyak, diantaranya:
- sejak awal saya benci istilah indigo
- banyak kepalsuan dari membernya
- banyak pencari keuntungan
- banyak dukun nyamar
- banyak manusia sesat

Tapi semua yang sudah akrab dengan saya masih berkomunikasi melalui group chat.

Satu hal yang dari awal perkenalan masih membatin di hati saya adalah, daris etiap orang yang saya kenal seolah-olah kekuatan mereka itu saya serap (copy) satu persatu. Hal ini seringkali sudah saya ceritakan pada mereka namun mereka sendiri juga tak mampu menjawabnya.

Masa muda saya dulu (SD-SMP), saya sering membaca buku-buku yang ayah saya beli dari pedagang kaki lima, kebanyakan buku berjudul 'mujarobat' jadi seringkali dulu itu saya membuat jimat berdasarkan panduan dari buku itu. Saya berhenti membaca dan membuat jimat semenjak masuk SMA.

 Masa SMA saya justru (entah darimana) lebih sering meramal melalui garis tangan dan kartu remi, maklum saja kartu tarot itu mahal. 'Praktek' meramal ini saya hentikan tidak sampai tiga tahun karena dimarahi ibu saya (gak dibolehin lagi meramal karena kayak orang gila & bikin orang banyak datang kerumah). Kontak fisik saya dengan makhluk halus justru berkurang drastis di masa SMA ini, tapi secara visual 'mereka' malah lebih sering saya lihat dalam bentuk gendruwo, kuntilanak, pocong.

Nah pada 2007 saya merasakan 'upgrade' yang lebih masuk akal, saya yang dulu mampu melihat secara visual sekarang hanya mampu merasakan energi mereka dan tak perlu membuka mata untuk melihat wujud aslinya. Walau pun dengan mata terbuka saya mampu merasakan wujud seperti raksasa, asap, bola api, wanita terpasung. Wujud-wujud murahan seperti kuntilanak, pocong dan sebagainyatak lagi saya temui seolah para jin itu sudah tak mampu memvisualkan tipu daya wujud lagi kepada saya.

Dan untuk meramal dengan kartu saat ini kembali saya lakukan secara iseng-iseng di instagram (saya batasi 5 orang per hari kalau layanan dibuka). Selebihnya saya bersenang senang dengan menulis dan bermain game. 

Cukup sampai di sini dulu ocehan saya yah, lain waktu saya ceritakan pengalaman dari 'penghuni-penghuni' grup indigo.

-see you-

Wednesday 19 October 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Kenangan Kirana (bagian 3)

A World That Even Your Imagination Couldn't Ever Imagine.....


Kirana adalah teman Arina semenjak SD hingga SMA, yah begitulah sih menurut cerita Arina sendiri, mereka mengakhiri masa SMA masing-masing dengan permusuhan gara-gara......

"Dia merebut pacarku waktu itu.....Aditya. Terus setahun setelah kelulusan aku mendapat undangan pernikahan dari Aditya, dan kau bisa tebak siapa nama mempelai wanitanya......nyebelin banget!" dan Arina mengakhiri ceritanya dengan penuh emosi dan rasa jutek.

Panas rasanya telingaku setelah mendengarkan cerita Arina tentang Kirana selama satu jam sebelum kami sampai di terminal kota Singaraja, tetapi yang membuatku heran dia sama sekali tidak menceritakan tentangapa tujuan kami kemari untuk menemui Kirana. Sebuah mobil Alphard kulihat terparkir diantara beberapa kendaraan angkot ketika diriku melangkahkan kaki turun dari bus, dan seorang lelaki keluar dari mobil tersebut bersamaan dengan turunnya Arina dari bus.

"Arina" teriak lelaki itu sambil melambaikan tangannya kearah kami.

Dan secepat kilat Arina menarik tanganku. Tanpa berkata sepatah pun kami masuk ke dalam mobil itu dan mengarah ke barat kota.

"Salam kenal ya Alvian, namaku Aditya, aku dan istriku dulu adalah teman sekolahnya Arina" lelaki itu tanpa ragu langsung memperkenalkan dirinya padaku.

"I..Iya salam kenal, eh anu selanjutnya nggak usah diceritakan, tadi sudah dicurhatin semua sama koq 'bu dokter', AAUUUH" cubitan Arina mendarat di pinggangku. T_T

"Tolong sekalian ceritakan semuanya pada bocah aneh ini" celoteh Arina dengan pandangan ke luar jendela mobil tanpa emosi sedikit pun.

"Ah baiklah" jawab Aditya.

"Istriku Kirana, sekitar tiga minggu yang lalu beserta beberapa temannya sedang mengadakan perjalanan ke sebuah tempat di pulau Lombok untuk melakukan penelitian pada sebuah situs kuno yang baru saja ditemukan. Pada hari kedua istriku dan empat temannya mengalami kesurupan pada waktu selepas maghrib. Keempat teman istriku berhasil sembuh setelah diobati oleh beberapa ahli spiritual setempat, namun tidak dengan istriku.
Kirana tidak mampu dinetralkan oleh para ahli spiritual itu, namun pada sekitar jam tiga pagi Kirana terlihat sudah 'sembuh' dari kesurupan tersebut. Tapi ada yang aneh sejak saat itu, Kirana istriku tidak berbicara sama sekali dan sama sekali tidak menampakkan raut emosi apa pun, sesekali dia hanya menatap sekilas mata tiap orang yang mengajaknya berkomunikasi.
Sampai saat ini dia senang menyendiri, untuk makan harus disuapi, dan untuk bebersih diri harus ada yang membantuya. Kirana sekarang seperti layaknya mayat hidup" jelas Aditya.

"Suatu hari kutemukan sebuah gambar aneh di sebuah kertas kosong, sebuah gambar lingkaran yang merah dengan semacam gambar menyerupai monyet yang juga diwarnai merah didalamnya. Gambar itu kutemukan di teras rumah tepat di bawah jendela kamar tempat Kirana selalu mengurung diri" sambungnya.

"A Red Monkey......." tanpa sadar kata itu keluar dari mulutku.

"Iya itu dia bahasa Inggrisnya" celetuk Aditya.

"Eh bukan itu, anu maksudku...emm begini sekitar tujuh bulan yang lalu aku pernah bermimpi selama beberapa hari tentang sebuah kata yang seklalu muncul di dalam mimpiku itu, kata-kata yang selalu sama yaitu 'red monkey' sampai saat ini aku juga tak tahu apa maksudnya, emm mungkin kali ini aku eh kita akan mengetahuinya (kalau benar sih). Yah mungkin Rania bisa menjelaskannya padaku juga" ucapku pajang lebar.

"RANIA!!!!" Aditya dan Arina menyebut nama itu dengan keras secara bersamaan.

"Gila!! Ini semakin gila...aku tak seharusnya membuang waktu cutiku ke tempat ini" Arina mengomel sendiri sambil memalingkan muka menghadap jendela.

"Sebelumnya biar aku tambahi sedikit, terutama untukmu Alvian. Seminggu yang lalu orang tuaku menganjurkanku untuk membawamu maksudku meminta bantuamu untuk memecahkan masalah Kirana ini. Orang tuaku berteman akrab dengan orang tua Arina, jadi yah dari sanalah 'namamu' muncul. Jadi sekarang kumohon, benar-benar aku memohon padamu untuk membantu memecahkan masalah ini" Aditya berkata dengan tulus tentang maksud dan tujuannya kepadaku.

"Oke mas aku setuju membantu koq, pantas dari awal sengaja nggak cerita apa-apa yah" jawabku sambil melirik Arina.

"Oh iya, terus kenapa kalian sangat terkejut mendengarku menyebut nama Rania?" tanyaku.

"Bagi kami, terutama beberapa orang yang sangat dekat dengan Kirana sudah tak awam lagi mendengar nama itu. Kirana dikenal sering sekali membahas tentang teman khayalannya yang bernama 'Rania' itu, dan dia masih menceritakannya sampai masa SMA, tapi dia entah mengapa sungguh pintar sekali membuat nama itu benar-benar terdengar seolah nyata bagi kami" jelas Aditya.

Dan kembali lagi pikiranku yang dibikin pusing mendengar semua penjelasan itu.

Lalu tiba-tiba......

"Eh anu...sepertinya aku mendadak ngantuk nih, gak tau ya kenapa mendadak jadi begini, mungkin aku akan bangun 3-4 jam lagi" diriku mendapat perasaan aneh ketika semakin mendekati rumah Aditya.

"Hehehe tidak apa-apa koq, sebentar lagi kita sampai di rumahku, kamu istirahat saja sebentar" Aditya yang polos sepertinya belum paham maksudku.

"Merepotkan saja kalau sudah kumat" celoteh Arina.

".........?" Aditya melirik heran dari kaca.

"Ada apa ini kok mendadak sekali?" tanyaku pada Rania yang berdiri membelakangiku.

Gadis itu langsung memelukku, badannya gemetar ketakutan. Kurasakan hawa panas memancar keluar dari tubuh Rania.

"Kau akan membantu kami kan, 'Dia' sangat marah karena kau akan ikut campur dalam masalah ini" ujarnya ketakutan.

"Iya, pasti aku akan membantumu, eh maksudku kalian. Dengar Rania, sekarang sebaiknya kau ceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi 'disana' dan apa itu 'Red Monkey' yang selalu keluar dari mulut Kirana?" kutenangkan gadis remaja itu dan menyuruhnya untuk menceritakan awal mula dari masalah ini.

"Kirana.....Kirana tak seharusnya mengambil 'belati' itu. Benda itu dulu milik orang Inggris yang pernah ke tampat itu pada masa lampau. Makhluk berbulu merah itu marah melihat Kirana mengambil benda milik orang yang pernah dibunuhnya" isak tangisnya muncuk sembari bercerita.  

"Sedikit 'serpihan jiwa' dari orang Inggris itu sempat menolong Kirana tapi dihempaskan dengan keras oleh makhluk berbulu merah itu. Tapi dia sempat memberikan kekuatan terakhirnya untuk menolong tubuh Kirana sehingga sebagian jiwanya tak seluruhnya dikuasai makhluk jahat itu" Rania berhenti dan masih terisak-isak.

"Dan selanjutnya?" tanyaku.

"Jiwa Kirana yang berisi kenangan-kenangan dan kesadarannya diambil dan disegel olehnya, kau harus membantuku mengembalikan jiwa itu, bantu aku...." dan dia berhenti bercerita.

"Aku bingung tapi paham dengan maksud dari ceritamu, tapi untuk itu apa kita harus pergi ke Lombok, hmm nanti kucoba untuk memikirkan cara yang lebih mudah" ucapku sambil menenangkan Rania.

Tiba-tiba keadaan di sekitarku berubah, sebuah hutan dipenuhi pohon-pohon rindang yang merupai sebuah labirin muncul di sekelilingku. Beberapa pasang mata yang memancar merah muncul dari balik tempat yang gelap berada diantara pepohonan itu, mereka memperhatikanku dan Rania. 

"Kita sudah tiba di rumah, kita sekarang ada di dalam bawah sadar Kirana" ucapan rania ini menandakan bahwa diluar sana tubuhku sudah berada di rumah Aditya (entah bagaimana semoga orang-orang tidak kerepotan memindahkanku dari mobil).

"Mereka kelihatannya ganas, kita harus pergi dari tempat ini, Rania aku akan berusaha melindungimu" instingku mengatakan makhluk-makhluk yang memperhatikan kami itu akan segera mungkin menyerang kami.

Dengan tenang dan siaga kami berusaha berjalan menjauhi tempat itu tanpa memperlihatkan niat untuk menantang mereka. Kami menyusuri jalanan penuh lumut dan batang yang membusuk di hutan misterius ini, sementara itu 'mereka' masih mengikuti kami seakan sedang menggiringku dan Rania menuju ke suatu tempat. Di labirin hijau ini mereka seolah mempermainkanku, lolongan serta auman keras selalu terdengar apabila kakiku salah melangkah.

Entah sudah berapa lama akhirnya kami sampai juga di ujung hutan ini. Sebuah air terjun yang sangat tinggi menanti kami disana, dan di sampingnya terdapat sebuah altar yang sungguh aneh. Altar ini sama sekali tak memiliki kemiripan dengan budaya-budaya yang pernah kupejari di pelajaran sejarah. Corak dan letak bebatuan pada altar ini lebih mirip peninggalan jaman prasejarah, jaman dimana manusia menuhankan 'kekuatan' yang mereka anggap sangat hebat dan mengatur alam semesta.

Makhluk-makhluk misterius tadi tak lagi mengikuti kami. Kuajak Rania mendekati altar itu.

"Aku belum pernah kemari....kenapa hal semacam ini bisa ada di dalam sisa jiwa Kirana..." ucapnya polos.

"Entahlah, ayo kita selidiki dulu tempat ini" ajakku.

Begitu kupijakkan kakiku pada tangga altar itu tak lama kemudian muncul beberapa makhluk lagi. Delapan makhluk berbadan wanita namun berkepala kuda mengitari tempat pemujaan di altar utama dan lima makhluk berbadan laki-laki namun berkepala kerbau membawa tombak menghadang di ujung tangga. Mereka seolah menghalangiku dan Rania untuk masuk menuju ke altar utama.

"you won't go any far from there, just go back or you will be sacrified as me" sebuah suara tiba-tiba memperingatkanku.

"Ke..kepala itu berbicara" Rania menarik bajuku dan menunjuk ke arah di dekat air terjun.

Sebuah kepala lelaki bule yang ditancapkan pada sebuah tombak menatap sedih kearah kami. 

Lalu mendadak kudengar sebuah suara yang sudah kukenal.

"Pangeran, kami akan membantumu" Kimi dan Kazza berhasil menemukanku di tempat ini, mereka datang dengan wujud asli mereka, Rusa dan Burung Api.

"Ba-bagaimana mereka bisa menemukan tempat ini?" Rania juga kebingungan.

"Entahlah tapi tenaga mereka tentunya bisa berguna disini, kita akan menyelamatkan Kirana, kau berdoa saja dan percayalah padaku.
 

-Bersambung-

Thursday 6 October 2016

Randu......

Randu......


Jam 4 pagi dan aku masih memacu motorku yang saat ini melintasi kawasan Purwodadi, hari ini diriku ada urusan bisnis di kota Gresik sehingga harus berangkat pagi-pagi dari kota Lawang. Jalur lintas nasional yang kulewati sudah mulai ramai walau masih terlalu pagi, bus antar kota berlalu lalang dengan kencang dari dua arah. Kupacu motorku dengan kecepatan konstan 60 Km/jam karena langit masih gelap dan aku tak ingin terjadi apa-apa selama perjalanan.

Tiga menit selepas melintasi Kebun Raya Purwodadi entah sedang melamun atau apa, tiba-tiba aku dikejutkan oleh seorang gadis belia yang mendadak menyeberang jalan. BRUAAAK! tak sempat mengerem dan kutabrak dia, tak lama kurasakan rasa sakit yang hebat di kepalaku..........................

Rasa sakit di kepalaku tak kunjung hilang, gelap, mataku seperti sama sekali tak mampu dibuka. Tanganku tak mampu kugerakkan namun bisa kurasakan nyeri dari luka-lukanya, dan kembali diriku tak sadarkan diri. 

Perlahan mataku sudah mulai terbuka, samar kulihat plafon dengan cat berwarna putih kusam dan lampu dengan bohlam yang sudah pecah, "Rumah sakit apa ini?" pikirku. Masih lemah rasanya tubuhku dan rasa sakit masih bisa kurasakan di beberapa bagian tubuhku. Kemudian kucoba untuk menggerakkan tanganku, kugerakkan keduanya dan di tangan kananku kurasakan ranjang tempatku berbaring ini 'basah', apakah ini hanya perasaanku ataukah aku habis mengompol?

Kepalaku masih agak sakit untuk digerakkan, maka kucoba mengangkat tangan kananku untuk melihat apakah yang membuat basah ranjang ini. Darah....noda darah menempel dengan kentalnya di telapak tangan kananku dan baunya yang anyir sungguh membuat mual. 

"Kak...kau tak apa-apa bukan, ayo kita harus keluar dari tempat ini" suara seorang gadis sedang berbicara padaku.

Siapa gadis ini, tubuhku masih belum sembuh betul setelah kecelakaan itu sehingga agak sulit untuk bergerak apalagi untuk menoleh melihat gadis itu. Dan akhirnya dia mendekatiku, wajahnya....wajah gadis yang waktu itu menyeberang jalan dan kutabrak dengan motorku.....

"Kak ini aku Randu, maaf waktu itu aku membuatmu kecelakaan" gadis itu memperkenalkan dirinya padaku.

Dia meletakkan tangannya ke dadaku, dan sekejap rasa sakit serta lemas di tubuhku hilang tak kurasakan lagi, sungguh ajaib. Dia lalu mengajakku keluar dari kamar ini, sempat kutengok ranjang tempatku berbaring dan kulihat spreinya bersimbah darah dan ada beberapa belatung diatasnya, sungguh menjijikkan. Kusadari pula bahwa pakaian yang aku kenakan sama sekali tidak diganti, ini adalah pakaian yang waktu itu kukenakan.

Randu membuka pintu dan menyuruhku mengikutinya, diluar kamar ini ternyata ada sebuah lorong rumah sakit yang sangat panjang, dan ketika kami keluar beberapa 'pegawainya' menatap kearah kami. Mereka yang tadinya berwujud seperti manusia tiba-tiba berubah menjadi berbagai makhluk, ada Pocong, Kuntilanak, Gendruwo, Wewe gombel, tengkorak berdaging busuk dan sebagainya. Sekarang rasanya kami berdua menjadi incaran makhluk-makhluk itu.

"Kak, lindungilah aku, hanya dirimu yang sanggup membawa kita keluar dari sini" Randu mengatakan sesuatu yang justru membuatku bingung untuk menjawabnya.

Dan keanehan yang baru kuketahui adalah bahwa mulutku sama sekali tak mampu berbicara mengeluarkan kata-kata, apakah yang sedang terjadi ini dan dimanakah diriku saat ini? Kutarik tangan Randu dan kuajak berlari menjauh dari makhluk-makhluk tadi, kami berlari hingga kulihat sebuah tikungan di pojok lorong dan sebuah pintu di ujung tikungan itu, kubuka dan kami masuk ke dalamnya.

DHUAAK!! sebuah kaki besar menendangku hingga tubuhku terpelanting ke tembok, Randu terlihat ketakutan namun dia tak mampu berbuat apa-apa untuk mencegahnya atau pun melawan. Sebuah Gendruwo bertubuh besar lalu mengangkatku dan membantingku, tulangku rasanya remuk akibat dihajar oleh Gendruwo itu. Tak lama Gendruwo itu mendadak mengerang kesakitan, entah karena apa. Kulihat Randu memegang sebuah dahan pohon dan memukulkannya ke kaki Gendruwo itu, pukulan dahan pohon itu membuat makhluk besar itu sangat kesakitan, dan juga membuatku bingung, apakah Randu sekuat itu?

Randu kembali mengajak diriku kabur sementara 'kera raksasa' itu mengerang kesakitan, kami keluar dari ruangan itu dan kembali berlari melintasi lorong rumah sakit 'hantu' ini. Kali ini entah dari mana muncul beberapa kuntilanak mengejar kami, mereka mengejar sambil menyeringai dan mengeluarkan suara tawa melengking yang memekakkan telinga, dan cakar-cakar mereka seakan haus darah ingin merobek kulitku.

Di ujung lorong kami memasuki koridor dengan lima pintu, Randu lalu mendadak berhenti, dia seperti bingung memilih pintu mana yang harus dibuka untuk kabur dari mereka.

"Yang itu Kak, buka pintu yang tidak bernoda darah itu" dia menunjuk ke salah satu pintu.

Kubuka dan kami pun masuk. Astaga ilusi apa ini, di balik pintu tadi ternyata terdapat sebuah hutan dengan pohon lebat, dan langit pun gelap tanpa bulan bintang. Suara hewan malam dan anjing buduk menambah ramai suasana seram di hutan ini, kuajak Randu untuk kembali saja melalui pintu tadi namun ketika aku berbalik pintu tadi sudah tak ada di belakang kami. Samar dan semakin jelas mulai terdengar suara 'bluk-bluk' disertai angin dingin yang berhembus sedikit kencang.

Randu memelukku dengan ketakutan sampai dia tak berbicara sama sekali. Di dalam hatiku ku ucapkan "ayo kita lari" dan Randu sepertinya mengerti, dari arah kiri mulai terlihat beberapa pocong datang mendekati kami, dan beberapa Wewe gobel yang terbang melayang diantara pepohonan ikut pula mengejar.

"Sebentar lagi Kak, begitu keluar dari hutan ini kita aman" ucap Randu meyakinkan diriku.

Kami berlari menyusuri hutan sekaligus menghindari makhluk-makhluk jahat yang mengejar kami, Randu tiba-tiba terjatuh saat kami berlari, tak banyak berpikir langsung kuangkat dan kugendong dia lalu kulanjutkan berlari walau sekarang kecepatan mulai berkurang. 

"Maaf aku jadi menyusahkanmu Kak, sebentar lagi kita akan selamat, percayalah kepadaku" ucap Randu lemah.

Sedikit lama kemudian mataku mulai melihat sebuah cahaya di ujung hutan ini, cahaya nyala api yang ternyata adalah sebuah lampu 'ublik' yang digantung sebagai penerangan sebuah warung. Dan sampailah kami di warung itu, jalan raya pin terlihat dengan jelas namun sepi tanpa ada kendaraan satu pun.

"Kita sudah bebas dari mereka Kak, sebaiknya kita makan dulu di warung ini" Randu menjelaskan keadaan kami.

Entah kenapa diriku tak mampu menolak semua yang diucapkan oleh Randu, tapi saat ini diriku yakin bahwa kami sudah tidak dalam bahaya lagi. Dua piring nasi campur tersedia di meja warung, Randu mengajakku makan bersama, hal aneh lainnya adalah dari tadi kusadari bahwa tak ada seorang pun selain diriku dan Randu di warung ini. Sambil makan mataku melirik tiap sudut warung ini, lalu tak sengaja kakiku merasakan ada yang aneh di bawah meja makan warung ini, karena penasaran maka kuintip ke bawah meja.

Astaga....sebuah nisan bertuliskan nama 'Retno Aprillia' tertancap di bawah meja ini, sontak aku terkejut mengetahui bahwa ada makam tepat dibawah meja tempat kami makan. Randu menatap kearahku dan menyeretku menjauhi meja makan, mata dan telingaku mulai kehilangan kemampuannya sehingga aku tak mampu meilhat dan mendengar apa yang diucapkan oleh Randu kepadaku, dan berikutnya aku tak merasakan apa-apalagi.


Bau minyak kayu putih memenuhi rongga hidungku, kubuka mataku dan kudapati beberapa orang mengelilingiku, dua diantaranya adalah Polisi. Mereka menjelaskan padaku bahwa aku ditemukan tak sadarkan diri di tengah jalan raya, motorku diduga jatuh karena terpeleset setelah melindas dahan pohon yang tergeletak di tengah jalan raya. Kulihat arloji dan waktu menunjukkan sudah jam 7 pagi, heran orang-orang yang menolongku mengatakan bahwa tak ada luka satu pun di tubuh ku, di pakaian dan motorku pun tak ditemukan bekas lecet karena jatuh. Apakah yang baru saja kualami ini.

Aku dinyatakan sudah sadar tak boleh kembali berkendara (walau sudah telat untuk urusan bisnis). Aku kembali menaiki motorku, kunyalakan mesinnya, mendadak ada sebuah mobil mini van hitam berhenti di depan motorku. Seorang lelaki berpakaian serba hitam keluar dari mobil itu dan mendekatiku.

"Maaf, apakah anda baru saja mengalami kecelakaan di sini" tanya orang itu dan kujawab bahwa diriku baru saja kecelakaan disini.

"Apakah karena melindas dahan pohon?" lanjutnya dan kuiyakan saja.

Lalu lelaki itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan amplop, dia lali memberikan amplop itu kepadaku, entah kenapa tanganku bergerak menerima amplop itu sebelum mulutku ingin menolaknya. Kemudian lelaki itu berjalan ke arah belakangku, kulihat dia lalu memungut dahan pohon yang membuatku celaka di jalan tadi, dan dia kembali medekatiku lalu berkata.

"Ini adalah dahan dari pohon randu gaib, sungguh benda yang sangat langka dan memiliki kekuatan gaib yang luar biasa, amplop itu berisi uang sebagai mahar untukku memliki dahan randu ini. Beberapa hari yang lalu ada seorang siswi SMA meninggal dunia karena kecelakaan di tempat ini juga, tapi setelah kudatangi lokasi ini tak kutemukan dahan randu satu pun, hmm nama gadis itu kalau tidak salah Retno Aprillia. Baiklah apa yang kucari sudah kutemukan, terima kasih ya" dan dia langsung menuju mobilnya setelah menjelaskan padaku, sungguh diriku dibuat bingung oleh ucapannya itu.

Aku tak jadi melanjutkan perjalananku ke Gresik dan aku memutuskan untuk pulang saja. Di rumah kubuka amplop pemberian lelaki misterius tadi, isinya adalah uang dan kuhitung jumlahnya adalah 10 juta rupiah. Bukannya bahagia tapi diriku justru semakin bingung, bingung dan bingung.


-TAMAT-

Wednesday 5 October 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Kenangan Kirana (bagian 2)

Perjamuan


Dari bermacam-macam menu yang disediakan di rumah makan ini aku hanya mengambil nasi, paru dan mie goreng, lalu kudatangi meja tempat Arina makan dan kuletakkan piringku sejenak disana, kuhampiri bagian minuman dan kuambil sebotol air putih dingin. Masih ngantuk rasanya diriku jadi makan malam kali ini sengaja kuambil menu yang tidak 'berat', berbeda dengan diriku Arina justru mengisi piringnya dengan berbagai lauk sehingga membentuk 'nasi campur', apa gerangan yang membuatnya rakus malam ini.

Selesai makan masih ada waktu 15 menit sebelum bus melanjutkan perjalanan, kusempatkan melihat-lihat di sebuah taman kecil di samping ruang makan utama. Di taman itu tak sengaja kudapati Arina yang sedang memainkan smartphonenya, kudekati dia.

"Jadi siapakah si Kirana ini, pasien atau kerabatmu?" pertanyaanku membuat Arina terkejut.

"Kau ini, adakah sesuatu hal yang tidak pernah kau ketahui..." balasnya sewot.

Lalu sejenak dia terdiam sembari terlihat sedang berpikir keras untuk memberiku jawaban tentang Kirana. Arina terlihat sangat keberatan untuk menceritakan apa yang diketahuinya padaku, sehingga tanpa alasan kutinggalkan dia di taman itu dan aku kembali menaiki bus.

Aneh, semakin diriku melangkah mendekati kursi semakin berat rasa kantuk ini kurasakan, seakan ada yang sengaja membuat keadaan ini terjadi padaku.

"Tak usah dilawan mereka sangat ingin membawamu ke tempat mereka, banyak yang ingin mengenalmu" sama-samar kudengar suara Kimi.

Tak berapa lama kulihat Kimi, Kazza dan seorang lelaki berpakaian ala pemain kethoprak menyambutku, mereka sepertinya sudah saling mengenal tak berapa lama ini. Apakah ini di alam mimpi atau alam jin? pikirku. sesaat sebelum aku melangkah mendekati ketiganya ada yang mencegahku dengan menarik bajuku dari belakang.

"Jangan ikuti mereka, aku takut, mereka itu bukan manusia semua" Rania merengek ketakutan.

"Bukannya kamu sudah bertemu Kimi dan Kazza tadi, kenapa takutnya sekarang, sudahlah aku sudah sering pergi 'kesana' kok, lagipula kamu gak perlu ikut kan, gadis penakut" ucapku berusaha menenangkan Rania.

"Enak saja, aku bukan gadis penakut" bantahnya.

"Kau sebaiknya kembali saja ke 'tempatmu' yang disini sekarang bukan urusanmu kan, sudah sana pulang" kucoba untuk mengusir Rania secara halus.

"Enggak mau! aku disini saja, lagipula selama ada dirimu aku merasa nyaman" dia masih membantah dan tak bisa kutolak.

"Sudah selesai berdebatnya, aku mau memperkenalkanmu pada seseorang" Kimi memecah perdebatanku dengan Rania.
Kimi memperkenalkanku pada lelaki yang bersamanya itu.

"Diriku adalah Surgeni, patih dari 'alas baluran' perkenankan diriku untuk membawa anda menghadap raja kami" sapanya.

"Ah iya salam kenal ya namaku Alvian. Emm...kenapa tidak memperkenalkan nama asli dan wujud asli anda Patih Surgeni?" mulutku bicara tanpa berpikir lagi.

"Bodoh, kau ini selalu saja bicara tak sopan pada bangsa kami" Kazza tiba-tiba mengomeliku.

"Diam Kazza" dan Kimi pun menenangkannya.

"Sudahlah, anda ternyata lebih dari sekedar manusia biasa, hmmm kaum kami sudah terbiasa dengan wujud berpenampilan  jawa kuno dan nama-nama yang dulu disandang oleh manusianya" jawab patih itu dengan halus.

Kepalaku hanya menggangguk pertanda mengerti daripada berbicara macam-macam lagi, lalu kami semua diantarnya menuju tempat yang disebutnya dengan 'kerajaan baluran'. Surgeni ini adalah salah satu jin penguasa angin, dia dengan mudah menggunakan angin untuk membawa kami dengan sekejap menuju kerajaannya. Tak lama sampailah kami berlima di 'kerajaan baluran', nyala obor menerangi seluruh penjuru kerajaan kecil ini, pasar malam menghiasi alun-alun di depan istananya.

Mendadak di depanku muncul seorang lelaki tinggi berbadan tegap berotot, lalu dia berlutut menghadap kami.

"Tak kusangka anda juga ikut kemari yang mulia ratu Kijang Jamrud Kencana, salam hormat dari hamba untukmu" ucapnya, lalu mendadak mataku melirik ke arah Kimi.

"Tuan raja anda tak perlu bertutut seperti itu, aku kemari hanya mengikuti pangeranku ini" jawab Kimi padanya, tak kusangka dia terkenal sampai di tempat ini juga.

"Kau ada perlu hanya dengan pangeran Alvian kan, biarkan aku dan adikku berkeliling menikmati kerajaan anda malam ini" Entah apa yang ada di pikiran Kimi sehingga dia 'menyerahkan aku pada si raja ini.

"Baiklah yang mulia ratu, lalu siapa gadis yang bersama pangeran itu" raja itu menunjuk Rania.

"Eh anu, gadis ini ada dalam asuhanku dan tak boleh lepas dari sampingku" jawabku spontan.

Tanpa banyak tanya si raja tadi mengajakku ikut bersamanya, patih Surgeni mengawal Kimi dan Kazza berkeliling kerajaan.

"Anda pasti sudah mengetahui tentang diriku pangeran, nama dan wujud asliku, jadi tak perlu lah kuperkenalkan padamu" ucap si raja padaku.

"Anda adalah salah satu penyihir dunia jin, salah satu penguasa ilmu pengasihan yang terhebat, apakah nama Zeneb tak asing bagimu, raja?" balasku.

Dan sejenak dia berhenti.

"Kau sudah bertemu dengannya, salah satu nama terlarang bagi kami para penyihir, dan panggil saja aku Amru" ucapnya dengan nada datar.

"Eh, Zeneb sudah mati kok, dia dibantai seekor naga hitam karena terlalu mencari gara-gara dengannya" jawabku singkat.

"Dia adalah salah satu yang mengubah sihir untuk kejahatan, salah satunya adalah 'ilmu pengasihan', Zeneb memanipulasi ilmu itu menjadi 'ilmu santet' dan kau pasti sudah menyadari hal itu kan" mulutku hanya mengiyakan ucapannya, tak enak rasanya terlalu mengungkit tentang Zeneb.

Kemudian langkah kami berlanjut, Amru mengajakku dan Rania menuju sebuah gubuk di pinggiran kerajaan. Kami masuk kedalamnya dan seorang wanita bercadar langsung menyediakan makanan serta minuman untuk kami.

"Mari silahkan duduk, wanita tadi adalah istriku dan gubuk ini adalah rumahku, aku tidak senang tinggal di istana hahahaha" Amru menjelaskan dengan terbahak.

"Langsung saja, aku mengundangmu kemari hanya untuk memberikan apa yang dulu dititipkan oleh leluhurmu padaku" 

"Terimalah bungkusan ini" Amru memberikan sebuah bungkusan kepadaku.

Kuterima dang langsung kubuka, sebuah kotak kayu tanpa ukiran ada di dalam bungkusan tersebut. Kubuka kotak itu dan kudapati sebuah 'buku' terbuat dari lembaran kertas 'papirus', entah tulisan apa yang tertulis disitu yang pasti aku tak bisa membacanya.

"Hanya leluhurmu yang tahu cara membacanya, diriku sendiri tak tahu tulisan apa itu, dahulu dia memberikan saja kepadaku lalu kusimpan di dalam kotak itu" Amru menjelaskan sedikit.

Aku sebenarnya bingung harus kuapakan 'buku gaib' ini, tapi kuterima saja titipan ini. Kuperhatikan Rania yang dari tadi tak membuka mulutnya sedang makan dengan lahap hidangan yang disiapkan oleh istri Amru.

"Dan ini adalah hadiah dariku untukmu" Amru memberikan sebuah mutiara putih padaku.

"Itu bisa berguna bagimu suatu saat, hadiah dariku karena menceritakan tentang Zeneb tua hahahahaha" dia menjelaskan sambil terbahak lagi.

 Kami menghabiskan sisa malam dengan berkeliling di kerajaan kecil ini,, Rania juga terlihat menikmati dan tak ketakutan lagi.

GLODHAK GLODHAAK! Suara dari bus kami sedang berjalan menaiki kapal ferry membangunkanku, sepertinya perjalananku sudah sampai di pelabuhan Ketapang, kuperhatikan Arina malah masih terlelap, guncangan tadi tidak membangunkannya. 15 menit kemudian kapal mulai meninggalkan pelabuhan Ketapang menuju ke Gilimanuk.

"Kau mau membantu Kirana kan?" suara Rania terdengar di kepalaku.

-Bersambung-