Wednesday 26 October 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Kenangan Kirana (bagian 4)

Anima

"Hey kid...take my head with you and help me to purify my soul. I'll tell you a way to get into that altar, I'm begging you...it has been a century of misery for being kept by that wicked 'red monkey', he is not here but I can tell you everything about him" kepala itu memohon dengan memilukan.

"Dia berkata jujur, sebaiknya kau bantu dia pangeran" Kimi pun berusaha meyakinkanku.

Kujauhi tangga altar itu, kusuruh Rania untuk berada di dekat Kimi. Sedangkan diriku kuarahkan menuju tempat kepala itu tertancap, walau pun tersedia jalan untuk menuju ke dekat air terjun itu namun halangannya tak sedikit pula, terjal, licin dan hempasan air yang jatuh dengan deras menjadi kendala juga.

Tiba-tiba muncul ide di kepalaku.

"Hei Kazza, tolong kau ambil kepala orang yang tertancap di tombak itu" 

Dan hasilnya tentu saja....

"Enak saja kau memerintahku manusia lemah pemalas" sebuah jawaban yang sudah bisa kuduga sebelumnya dari Kazza.

"Turuti dia Kazza, kau adalah bagian dari perjalanan ini" perintah Kimi dengan tegas.

Kazza (dengan rasa sebal) menuruti juga, dia langsung menukik menuju lokasi tempat kepala itu tertancap dan mencengkeramnya, terlihat sepertinya kepala itu tak mudah untuk diangkat atau ditarik dari tombaknya. Kazza juga sebetulnya tak leluasa untuk melakukan aksi ini karena dia sejatinya adalah jin tipe api, jadi Kazza tentu saja harus mengontrol dan mengurangi kekuatannya agar kepala itu tak terbakar di cakarnya.

Agak lucu juga sih melihat kepala si bule itu ketakutan dicengkeram Kazza, mungkin dia takut terbakar atau terjatuh. Kazza berhasil mengambil kepala itu lalu membawanya kepadaku. Beberapa makhluk berkepala kerbau telihat marah dan keluar lagi beberapa makhluk sejenis menjaga altar itu dengan ketat. Kepala lelaki bule itu sudah diselamatkan, dia langsung memintaku untuk mensucikan jiwanya agar  bisa terlepas dari tempat ini.

"Just purify my soul and you'll get all of my knowledge about that horrible beast. Please trust me, once you receive my knowledge you'll see further beyond anything you haven't seen yet" kepala itu terus menerus meyakinkanku.

Kutanyakan pada Kimi bagaimana cara 'mensucikan' jiwa dari bule ini. 

"Biar aku yang melakukannya, kau belum menguasai sistematis penyegelan jiwa" jawabnya singkat.

Kimi pun mendekati kepala itu dan entah mengucapkan apa, sepertinya sebuah mantra atau doa dengan bahasa jin. Aku dan Kazza berjaga-jaga mengawasi gerak-gerik para penjaga altar yang terlihat seperti bersiap menyerang kami.

Sekumpulan bola cahaya warna-warni mulai muncul dengan membawa hawa tidak mengenakkan, bola-bola itu lalu berubah memanjang seperti layaknya ular dan beterbangan mengelilingi kami. Mereka seperti sudah mengerti tentang apa yang kami lakukan. Makhluk-makhluk cahaya ini mengeluarkan panas yang membuat risih dan mereka meliuk-liuk memercikkan api pada kami, akhirnya kesabaranku habis juga dan kuserang mereka dengan tembakan bola energi api.

Jurus yang diajarkan oleh Samman  itu sungguh efektif mengatasi makhluk tadi, mereka lenyap setelah tersentuh oleh seranganku. Kimi sudah memulai proses pelepasan segel, semacam pentagram dari cahaya tiba-tiba muncul layaknya mengurung kepala si bule. Tulisan-tulisan yang sama sekali tak kukenali muncul dan bergerak seakan menari dalam pentagram itu, Kimi pun mengucapkan kata-kata yang juga tak kupahami.

"Segel itu sangat kuno sekali, seakan jauh dari peradaban mana pun" kata Kazza heran.

"Apakah seumuran dengan Zeneb tua itu Kazza?" tanyaku.

"Tidak, segel sihir ini tak bisa dikatakan usianya, jin yang menguasai segel ini seperti jauh dari peradaban mana pun, sjenis bangsa jin yang sengaja mencari dan menghasut manusia untuk memuja mereka" penjelasan Kazza memunculkan sebuah jawaban di pikiranku.

"Anima...dia jin tipe anima" ucapku.

"Anima? Apa artinya itu" tanya Kazza

"Hmmm, di bumi ini sebelum mengenal agama modern para manusia menyembah atau memuja kekuatan yang mereka anggap besar. Sebut saja matahari, bulan, binatang dan dari itu semua akhirnya merambah pada benda-benda lainnya seperti pohon, batu, patung. Seiring waktu berlalu kecerdasan mereka meningkat dan mereka memiliki keyakinan bahwa dari masing-masing benda tersebut pasti memiliki roh atau jiwa masing-masing, dan kami menyebutnya sebagai kepercayaan 'animisme'. 
Maka dari itu kusebut makhluk-makhluk yang pernah mereka sembah itu sebagai 'Anima'. Dan sepertinya kekeuatan para 'anima' ini jauh lebih kuat dari Zeneb karena mereka benar-benar mendapatkan para pemuja yang jauh tidak mengenal tuhan" penjelasanku.

"............(seperti kakak dan diriku)" ucap Kazza lirih.

"Kalian dulu pernah dipuja oleh manusia?" tanyaku.

"Nanti saja kau tanya pada kakak" Kazza langsung berpaling.

 Sementara itu dari arah altar, sebuah hawa luar biasa memancar dengan jelas. Para penjaga altar sepertinya bersiap-siap menyerang kami.

BUUMM!!!

Sebuah makhluk raksasa menyerupai kera besar tiba-tiba muncul di depan altar dengan membawa gada besar. Wajahnya sama sekali tak menyerupai primata besar, lebih mirip wajah harimau dan bertanduk satu di dahinya. Apalagi yang bakal terjadi di tempat ini, sementara kami harus menjaga Kimi saat ini muncul pula sebuah raksasa yang bersiap menyerang kami. 

"Panggil nagamu, panggil naga hitam itu cepaat" Kazza panik.

"Aku takut...." Rania bersembunyi di belakangku.

"Aku tak bisa memanggil naga itu Kazza, kau tahu kan dia hanya beraksi semaunya sendiri" diriku pun kehabisan akal.

BLAAAM!! 

Sebuah sinar biru muncul dari belakangku dan menghantam makhluk raksasa itu dengan telak.

"Masih tersisa satu segel lagi, kalian jaga kepala itu" Kimi terbang meloncati kami dan bergerak menyerang si raksasa.

Kimi menyerang dalam wujud rusa, bagai tipuan mata kuperhatikan saat ini ukuran tubuh kedua makhluk ini setara besarnya. Diluar dugaan Kimi mampu mengungguli raksasa itu, berkali-kali tendangan Kimi mendarat di tubuh raksasa dan melontarkannya ke bebatuan di sekitar air terjun. Pukulan pun mampu ditepis oleh Kimi, perbedaan level terlihat jelas disini. Apa mungkin makhluk-makhluk disini sama sekali tak pernah berhubungan dengan jin dari  daerah lain sehingga mereka tak ada perkembangan dalam peradaban.

Tanduk Kimi bersinar dan kembali menembakkan sinar biru yang langsung merobohkan raksasa bertanduk itu untuk selamanya.

"Ayo kita lepas segel terakhir" ujar Kimi.

Kimi kembali melakukan ritualnya tadi, dan tak lama kepala itu melayang dan mulai sedikit memancarkan sinar.

"Dia akan memberikan sisa kekuatan terakhirnya padamu beserta kenangan-kenangan semasa dia hidup, bersiaplah" Kimi menyuruhku bersiap menerima 'pengetahuan' si bule.

Kepala itu semakin melayang tinggi, dia tertawa lalu sekejap menghilang dan hanya meninggalkan cahaya kecil turun dan tiba-tiba masuk dalam tubuhku.

"16 November 1812, 

Gubernur Raffles menunjukku sebagai kepala ekspedisi untuk mencari sebuah sisa peradaban kuno di gugusan Sunda Kecil. Kami menyusuri berdasarkan sebuah peta dan catatan yang pernah ditulis secara rahasia oleh Marco Polo tentang sebuah reruntuhan prasejarah dimana dia dan anak buahnya menemukan sebuah patung monyet emas.

Karena waktu dan logistik yang sangat terbatas, Marco Polo hanya berada di reruntuhan itu selama satu hari saja dan dia menulis temuannya itu di dalam catatan rahasianya. 


11 Desember 1812,

Kapal kami secara tak sengaja berlabuh di sebuah pulau..........................................................


27 Desember 1812

Kami akhirnya berhasil menemukan reruntuhan itu, namun tak lama sebuah gempa terjadi selama beberapa menit. Gempa itu tanpa disengaja mempertemukan kami dengan sebuah patung dari permata  yang berwarna merah, sebuah patung dengan bentuk menyerupai monyet.......................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
patung itu semakin membuat kami menjadi gila......mimpi yang sama tiap malam selalu muncul menghantui kami.......................................................................................................................................

...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
seperti yang makhluk itu janjikan....kudapatkan kepuasan dari membunuh satu persatu anggota ekspedisi kami.......pisau terkutuk ini bukans aja memberiku kekuatan tapi juga merampas jiwaku.....dan dia juga haus darah"

"Tanpa kusadari penawaran yang diberikan oleh monyet besar itu adalah sebuah kutukan, tubuh dan jiwaku telah dijadikan budaknya. Setiap hari segala hewan atau pun manusia yang kutemui menjadi makanan segar bagi 'pisau' terkutuk ini, sebagian darah mereka tak lupa musiramkan pada patung permata merah itu"

"Aku tak mampu mengungkap semua kegilaan itu anak muda, semoga itu bisa memberimu petunjuk" ucap lelaki bule itu padaku.

"Lalu bagaimana tentang altar ini, bagaimana cara melewati para penjaganya?" tanyaku.

"Mereka tak tahan dengan petir........sampai jumpa anak muda.....terima kasih" dan suaranya tak pernah terdengar lagi.


Kuceritakan pada Kimi, Kazza dan Rania tentang semua yang sudah kuketahui. Dan kami pun menuju altar itu dan bersiap meghadapi makhluk-makhluk penjaga altar itu. Aku adalah satu-satunya yang menguasai elemen petir disini maka tanpa ragu kuhempaskan beberapa serangan pada para penjaga itu, mereka menggelepar kesakitan dan tak mampu menahan kami mendekati altar utama.


Di altar utama itu terdapat patung berwujud monyet yang berlumur darah, Kimi tanpa ragu langsung menghancurkannya. Sebuah portal terbuka tepat di tempat patung itu tadi berdiri.

"I-itu Kirana...cepat selamatkan dia" teriak Rania.

Tanganku memasukis ebagian portal itu dan berhasil meraih tangan Kirana. Kutarik dia dari dalam portal itu, wajahnya tak menampakkan satu emosi pun, matanya lalu melirik ke arah Rania dan mengeluarkan airmata. 

"Ini hanya sebagian jiwanya yang terkurung, satu lagi masih berada di sekapan makhluk Anima itu" Kimi menerangkan padaku.

"Pangeran, kau kembalilah sekarang. Tempat ini biar kami yang menjaganya, kau sudah 'tidur' terlalu lama" ucap Kimi padaku, astaga aku sampai lupa tentang  perbedaan waktu entah sudah berapa lama diriku tertidur di alam nyata sana.


-Bersambung-

7 comments:

  1. Replies
    1. kawan, bagian ke 5 belum saya selesaikan.
      cerita nih beberapa jam setelah saya memposting bagian 4 saya mendapat masalah non-medis dan saya harus menerima itu sampai saya diijinkan untuk meneruskan kembali "kenangan Kirana" saya akui saya terlalu meng-ekspose 'sesuatu' pada bagian 4 makanya saya dapat 'hukuman' , saya benar-benar memohon maaf.

      salam.

      Delete
  2. Gan, Bagian Ke 5 belum Update juga ya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kawan, bagian ke 5 belum saya selesaikan.
      cerita nih beberapa jam setelah saya memposting bagian 4 saya mendapat masalah non-medis dan saya harus menerima itu sampai saya diijinkan untuk meneruskan kembali "kenangan Kirana" saya akui saya terlalu meng-ekspose 'sesuatu' pada bagian 4 makanya saya dapat 'hukuman' , saya benar-benar memohon maaf.

      salam.

      Delete
  3. Gan update dong. Duh kentang bgt nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. kawan, bagian ke 5 belum saya selesaikan.
      cerita nih beberapa jam setelah saya memposting bagian 4 saya mendapat masalah non-medis dan saya harus menerima itu sampai saya diijinkan untuk meneruskan kembali "kenangan Kirana" saya akui saya terlalu meng-ekspose 'sesuatu' pada bagian 4 makanya saya dapat 'hukuman' , saya benar-benar memohon maaf.

      salam.

      Delete
  4. saya masih sibuk dengan beberapa orang di sebuah grup untuk 'membalas' yang sudah saya ekpose, mohon maaf sekali, pasien saya masih banyak

    ReplyDelete