Wednesday 8 February 2017

Mak Kusni?



Danang tiba-tiba dikejutkan oleh suara mbok Warti yang memanggilnya, Danang yang waktu itu sedang jaga di pos ronda didatangi oleh mbok Warti bibi istrinya yang tinggal serumah.

“Nang, buruan pulang gih, Marni mau melahirkan Nang” jelas mbok Warti.

Danang pun terkejut dan langsung menuju ke rumahnya, pak Heru dan Mijan yang ikut ronda bersama Danang pun turut serta karena merasa bantuan mereka dibutuhkan. Sesampainya di rumah Danang sudah ada beberapa orang tetangga yang sedang menunggui Marni yang sedang kesakitan, diantaranya adalah mbah Lasmi seorang dukun pijat yang dianggap sepuh di desanya.

“Danang, istrimu sudah saatnya melahirkan malam ini, tapi tadi Pak Asnan yang menhubungi Bidan di desa tetangga dapat kabar kalo bu Bidan sedang ke luar kota, nah saat ini juga kamu jemput Mak Kusni saja ya nang, dia kan dukun bayi dan satu-satunya yang bias dimintai tolong malam ini” ujar mbah Lasmi.

“Mak Kusni…..yang rumahnya di ujung desa itu yam bah?” Tanya Danang.

“Iya, kamu buruan jemput gih nak kasian Marni sudah kesakitan”

“Baik mbah kujemput sekarang Mak Kusni” potong Danang.

“Eh Nang, sebentar tak peseni dulu, ingat ya Nang sebelum sampai ke rumah Mak Kusni kamu jangan berhenti atau nanya jalan, dan kalau menemui orang dijalan gausah disapa, pokoknya kamu lansung aja ke rumah Mak Kusni, ingat ya Nang kamu harus menjemput mak Kusni di rumahnya” pesan mbah Lasmi.

Setelah itu Danang pun segera menuju ke Rumah mak Kusni dengan mengendarai sepeda angin. Rumah mak Kusni ini terletak di hampir ujung desa tapi harus melewati beberapa sawah, satu pemakaman dan sebuah jembatan yang memecah desa. Danang mengayuh sepedanya dengan mantap, hingga ketika dirinya melintasi pemakaman desa hujan turun dengan tiba-tiba dan memaksa Danang berhenti sejenak untuk mengambil daun pisang di pinggir pemakaman.

Dengan satu tangan memegangi daun pisang sebagai payung, Danang kembali mengayuh sepedanya dan melintasi jembatan. Angin yang sedikit kencang dan hawa dingin nya sedikit membuat Danang goyah hingga dia terpaksa harus menuntu sepedanya melintasi jembatan desa. Di ujung jembatan sembari menuntun sepedanya Danang melihat sebuah sosok yang tampaknya memakai jas hujan warna hitam dan berjalan dengan membawa bungkusan. Entah apa yang saat itu ada di pikiran Danang sehingga dirinya melupakan nasehat mbah Lasmi, Danang mendekati sosok tersebut dan menyapanya.

“Selamat malam apakah saya sudah dekat dengan rumah mak Kusni?” Tanya Danang.
“Saya ini mak Kusni nak, ada apa ya, saya mau ke pasar ini” jawab sosok itu.

“Oh ya ampun tenyata ibu ini mak Kusni, saya Danang tetangganya mbah Lasmi, saya mau menjemput mak Kusni kaena istri saya akan melahirkan, tolong saya mak” pinta danang.

“Ya sudah kita ke rumahmu saja dulu, saya ke pasarnya besok saja” jawabnya, Danang pun segera membonceng mak Kusni ini menuju rumahnya.

Hujan turun semakin lebat dan angin mengikuti dengan kencang sehingga hawa dinginnya semaki mencekam pada malam itu. Sepanjang perjalanan Danang terus mencium bau wangi dan terkadang bau anyir tapi dia menghiraukan saja kaena yang ada di dalam benaknya adalah keselamatan Marni, istrinya. Sesampainya di rumah terlihat beberapa orang termasuk pak Heru dan Mijan sedang tertidur di teras rymah Danang. Danang langsung membawa mak kusni menuju kamar tempat istrinya sedang mengerang kesakitan, mbah Lasmi yang namanya dipanggil oleh Danang terdengar suaranya dari arah dapur, katanya sedang menyiapkan air hangat dan handuk kering.

Mak Kusni menyuruh Danang untuk menunggu di luar kamar. Mbah Lasmi keluar dari arah dapur.
“mana mak Kusni nang?” Tanya mbah Lasmi.

“Dia sedang di kamar beserta Marni mbah, saya disuruh menunggu di luar saja” jawab Danang.

Danang menuju teras rumahnya untuk melihat orang yang sedang tertidur disana dan mbah Lasmi kembali lagi ke dapur.

Beberapa menit berlalu, hujan pun sudah turun dan angin tidak berhembus kencang lagi.

“AAAAAAAAAAAAKH” Danang dan orang-orang yang tadinya tertidur mendadak dikejutkan oleh suara terikan Marni dari arah kamar, mereka bergegas menuju kesana.

Pintu kamar yang nampaknya terkunci di dobrak dan pemandangan mengerikan terpajang tepat di wajah Danang dan orang-orang yang berdiri di dekatnya. Marni tergeletak tak sadarkan diri dengan bersimbah darah, danang yang terkejut pun penasaran dan memanggil mak Kusni.

“Mana mak Kusni!! Dia seharusnya berada disini kan, mak Kusni dimana kau???”  dan seiring dengan itu terdengarlah suara tawa menggema yang mngerikan dan membuat merinding,

“HIHIHIHIHIHIIIIIIII, HIHIIHIHIHIHIIIIII!!!!” pak Heru dan Mijan yang juga mendengarnya langsung berlari menuju luar rumah karena penasaran.

Sebuah sosok putih samar mereka lihat melesat meloncat dari pohon ke pohon dan perlahan menghilang……….

Mbah Lasmi yang ikut terkejut menghampiri Danang.

“Danang, tadi siapa yang kamu jemput nak, kamu mejemputnya dimana? “ Tanya mbah Lasmi dengan roman muka takut.

“Yang saya jemput tadi mengaku bernama mak Kusni mbah, saya kebetulan berpapasan dengannya di ujung jembatan, ya sudah langsung saya bawa kesini” jawab Danang sambil merinding menahan tangis.

Marni selamat walau harus kehilangan bayinya, mbah Lasmi pun menjelaskan kepada  orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu perihal kejadian mengerikan pada malam itu.

“yang dibawa Danang itu bukanlah mak Kusni tapi kuntilanak, Danang lalai dengan tidak menjalankan apa yang telah kupesankan pada dirinya sebelum menjemput mak kusni. Bayi mereka sudah diambil korban oleh kuntilanak itu.” Cerita mbah Lasmi dengan nada lemas………

-TAMAT-
 

No comments:

Post a Comment