Thursday 24 October 2019

Ada Penghuni Lain?!!!


1988, di suatu rumah, di Surabaya.........

Selepas maghrib aku sudah sampai di rumah baru orang tuaku, rumah ini berada di daerah Pacarkeling-Surabaya, lokasinya sepi dimana lampu-lampu jalan terhalang penuh oleh banyaknya pohon-pohon besar yang berbaris di sepanjang jalan. Menurutku sangat aneh melihat seputar lingkungan rumah baru ini terdapat banyak pohon asem dan beringin yang sudah tua, tinggi dan berbatang besar. Samar terlihat di dekat rumah orangtuaku ini ternyata ada taman bermain anak-anak, kuputuskan besok saja untuk melihat-lihat kesana, malam ini istirahat dulu.

Kurogoh tasku untuk mencari kunci rumah, orang tuaku masih di Rembang untuk mengurus administrasi mutasi kerja jadi aku yang saat ini disuruh untuk menghuni sekaligus membenahi kamarku. Seminggu kemarin bapak sempat ke rumah ini selama tiga hari ditemani sepupuku untuk membantu proses pindahan kemari, namun setelah itu keduanya kembali ke Rembang. Kutemukan juga kunci rumahnya, kubuka pintunya dan masuk sambil mengucapkan 'salam', kata ibu biar kita diterima sebagai penghuni baru.

Sebetulnya orang tuaku bisa tinggal di rumah dinas, namun ibu meminta bapak untuk membeli rumah saja di Surabaya, karena ibuku asli dari Gresik yang lumayan dekat dengan Surabaya. Nah, yang jadi pikiranku kenapa bapak harus membeli rumah yang bentuknya kuno begini. Bapakku sih enteng saja menjawabnya dulu "Bapak sengaja memilih rumah model tahun 30an begini karena mbahmu pernah dapat rumah dinas macam begini Ndra".

Kunyalakan semua lampu-lampu di dalam rumah ini, termasuk lampu luar juga sesuai pesan ibu. Lusa kedua kakakku akan menyusul datang kesini, jadi selama dua hari ini aku harus sendirian dulu menghuni rumah tua ini. Akhirnya lapar juga perutku, kuputuskan untuk keluar dan mencari penjual makanan di dekat-dekat sini. Baru saja melangkah keluar dari pintu aku sudah disapa oleh angin malam yang dingin, bikin merinding tapi cuek sajalah, udah telanjur kelaparan.

Aku terhenti sejenak di depan pagar rumahku, sesuatu seperti memaksaku untuk menoleh ke arah taman bermain................apa tidak salah nih? Mataku melihat seorang ibu muda dengaan paras cantik sedang mendorong gadis kecil bermain ayunan di taman yang keadaannya gelap dan sepi. Kuperhatikan keduanya memakai semacam daster atau gaun panjang berwarna kuning, lalu tak lama bau harum bunga melati melintas dan tercium oleh hidungku hingga membuatku bersin dan terbatuk-batuk. Setelah itu kukembalikan lagi pandanganku ke taman bermain tapi....kedua perempuan tadi sudah hilang, mereka lenyap. Ingin rasanya segera balik saja ke dalam rumah, tapi diriku bisa memaksa pikiranku untuk lanjut saja mencari makanan.

Aku berjalan ke arah berlawanan dari taman tadi menuju ke sebuah pedagang makanan agak jauh di ujung jalan. Lumayan ada banyak pedagang makanan walau harus berjalan agak jauh, aku memilih untuk membeli nasi goreng karena jualnya di warung jadi aku bisa makan sambil santai sejenak sembari membersihkan pikiran. Sambil duduk terbengong tiba-tiba penjual nasi gorengnya bertanya kepadaku, "Baru pindah ya mas?" lalu kujawab "Iya pak" tanpa memikirkan dia tahu darimana kalau aku baru saja pindah kesini. Entah pikiran apa yang mendorongku, aku iseng bertanya padanya, "Rumah-rumah yang lain ini berpenghuni pak, kok sepi dan sebagian gelap ya?", dia menjawab "Ada penghuninya juga mas, tapi ya jarang keluar juga, ada kalanya mereka beli nasi goreng kesini juga kok", lalu dia menambahkan "Mas, kalau belum terbiasa di daerah sini banyakin doa saja, soalnya sampe sekarang ada saja penghuni sama penjual-penjual makanan yang ditemui makhluk halus". Mendengar ucapan penjual nasi goreng ini membuatku mengernyitkan dahi, masa bodohlah aku dulu sudah beberapa kali diganggu juga waktu camping.

Selesai makan aku balik ke rumah, obrolan dengan penjual nasi goreng tadi tidak terlalu lama kupikirkan. Sungguh aneh, datang lagi angin dingin yang mirip seperti tadi, namun kali ini anginnya tidak berhembus tapi seperti sedang berputar-putar di sekitarku. Semakin mendekati rumah kusadari ada bebauan aneh yang memasuki hidungku, mirip aroma dari laut. Ah mungkin saja ada tetangga yang membuang tulang ikan di tempat sampah, pikirku.

Sesampainya di rumah aku bermaksud akan santai-santai sambil menonton Dunia Dalam Berita, tapi aku mau buang air dulu. Sampai di depan kamar mandi aku terheran, tadi seluruh lampu rumah sudah kunyalakan tanpa terkecuali, lha ini kenapa lampu kamar mandi kok jadi mati begini, tidak mungkin deh aku kelupaan. Kucoba menyalakan kembali lampunya, aneh tiga kali saklarnya kutekan tidak menyala lampunya, akhirnya pada usaha keempat baru mau menyala. Kejadian sungguh bikin diriku jadi kepikiran.

Akhirnya aku bisa santai di depan televisi sambil menonton berita. BRAAAAK!!! kudengar suara seperti kaca digebrak, arahnya dari kamar orang tuaku. Aku bergegas mendatangi kamarnya dan kudapati jedelanya terbuka dengan kaca yang sudah retak, apakah sampai seginya perbuatan angin malam, pikirku. Kututup kembali dan kupastikan slot jendelanya terkunci rapat, kuperhatikan sekeliling kamar ini dan kusadari foto wisuda bapakku yang tergantung di dinding kamar dalam posisi miring, dan kubetulkan posisinya lalu balik ke ruang keluarga untuk lanjut menonton TVRI.

Di depan televisi tanpa kusadari aku sudah terkantuk-kantuk, kuperhatikan tayangannya sudah di segmen Berita Terakhir berarti sudah hampir jam 12 malam nih. Kumatikan televisinya dan pergi ke kamar mandi dulu sebelum tidur.

Apa-apaan ini!! Lampu kamar mandinya mati lagi dan posisi saklarnya off, tadi jelas-jelas sudah kubiarkan menyala deh. Kondisi ngantuk begini tidak membuatku berpikir lama, kunyalakan lampunya lalu aku buang air dulu sebelum tidur. Menuju ke kamarku aku melintasi kamar bapak dan ibu, kudapati kipas anginnya sedang menyala "Nah tambah lagi nih gangguannya" gumamku pelan. Sedikit merinding kumasuki kamar itu untuk mematikan kipas angin, setelah itu ku berbalik dan kudapati foto bapak terjatuh ke lantai tapi kacanya tidak pecah. Hal ini mulai membuatku takut, kubiarkan foto itu tergeletak di lantai dan aku berlari ke kamarku, lalu ku kunci pintunya dan tidur dengan bertutup selimut.

TOK....TOK
TOK......TOK......TOK...

Sebuah suara ketukan dari jendela kamarku membuat tidurku jadi tidak nyenyak, kuraih arlojiku dan kulihat sudah subuh, tak lama terdengar suara adzan. Dari tempat tidurku aku menoleh ke arah jendela, suara itu tidak terdengar lagi, apakah tadi itu aku cuma bermimpi?

Sudah setengah jam selepas adzan subuh, aku belum beranjak dari tempat tidurku, rasanya enggan untuk keluar kamar. Tak lama kudengar alunan musik dengan suara vokal yang  samar-samar, suara nyanyian memakai bahasa Belanda menurutku, aku bisa tahu karena aku termasuk paham bahasa Inggris, dan bahasa dalam suara vokalnya ini bukanlah bahasa Inggris. Kuberanikan diriku mendekati pintu untuk menguping, suara musiknya terdengar dengan jelas berasal dari rumah ini! Lalu suara vokal yang samar-samar ini apakah sedang ada yang menyanyi mengiringi lagu ini, pikirku.

PRAAAAANG......Suara benda terjatuh dan pecah terdengar sangat keras hingga aku terkejut dan kakiku sedikit menendang pintu. Suara musik dan vokalnya tadi juga ikut menghilang, kugenggam gagang pintu dan bersiap membuka kuncinya, tiba-tiba terdengar suara tertawa wanita dengan nada asing.....lama-lama suara tawa itu berubah menjadi tawa cekikikan dan perlahan menghilang.

Kumantapkan diriku untuk keluar kamar, kudapati semua benda di depan kamarku (ruang keluarga) dalam kondisi rapi. Lalu aku berjalan ke arah dapur dan kamar mandi, kulewati kamar kakak-kakakku karena terilihat biasa saja. Namun berbeda dengan kamar kedua orangtuaku, lampu di kamarnya mati dan kipas angis dalam keadaan kembali menyala......

Kali ini aku benar-benar tidak berani untuk masuk ke kamar bapak dan ibu, tapi kali ini pintu kamarnya kututup rapat, kipas anginnya kumatikan kalau hari sudah terang saja. Kulanjutkan ke arah dapur, kuperhatikan dan kucari-cari tidak kutemukan adanya gelas atau piring yang pecah, akhirnya aku menuju ke kamar mandi. Betapa kagetnya diriku, di depan kamar mandi kudapati ada gelas dalam keadaan pecah bercampur cairan coklat tua. Kudekati dan tercium aroma kopi dari cairan ini, akal sehatku mulai tidak percaya dengan kejadian-kejadian yang janggal di rumah ini. Kubersihkan pecahan gelas dan tumpahan 'kopi' ini, tak lama kemudian aku mandi.

Selepas mandi dan sholat subuh aku mencoba untuk menenangkan diri dan berpikir logis dengan duduk di ruang santai sambil menyetel kaset video berisikan acara-acara musik dari luar negeri. Kupikir dengan logis apakah ada penghuni lain di rumah ini, mungkin saja manusia iseng yang sembunyi entah dimana di dalam rumah ini? Namun tidak mungkin, semua ruangan di rumah ini tidak memungkinkan untuk dipakai bersembunyi, juga tidak ada tanda-tanda adanya ruang rahasia.

Akhirnya kudengar suara ayam berkokok, semua jendela (kecuali kamar orangtuaku) mulai kubuka, pada waktu membuka jendela dapur, terdengar suara musik yang misterius tadi dan tanpa pikir panjang pintu halaman belakang yang dekat dengan dapur kubuka. Di halaman belakang tidak terdengar lagi suara musiknya, lalu aku kembali masuk ke rumah dan menuju dapur, lambat laun suaranya terdengar lagi.

Kudatangi ruang tamu dan suara itu masih terdengar, lalu aku keluar lewat pintu depan dan suaranya hilang.....dengan merinding dan bulu romaku berdiri tidak karuan aku tidak kembali masuk ke dalam rumah, aku duduk diteras rumah sambil menenangkan diri.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 ketika diriku kembali masuk ke dalam rumah, kubuka pintu kamar orangtuaku, kubuka jendelanya dan kumatikan kipas anginnya, kurapikan lagi foto bapak yang terjatuh semalam. Kuperhatikan kamar ini biasa-biasa saja pagi ini, lalu kuhabiskan waktu sambil menonton video.

Pukul 10.00 siang kudengar ada suara pedagang makanan lewat, kuintip lewat jendela ternyata pedagang bakso. Kupanggil dan dia berhenti pas di depan pagar rumah, aku pesan dua porsi bakso sambil membawa dingklik untuk duduk disamping gerobaknya. Setelah kenyang dan kubayar, aku berniat untuk menaruh dingklik tadi ke teras rumah, tapi pandanganku mendadak tertuju kearah taman bermain di arah kanan jalan depan rumahku. Kutaruh dingkliknya di teras dan kudatangi taman bermain itu.

Taman bermain ini ternaya diberi pagar yang lumayan tinggi dan pintu masuknya berada di arah sebaliknya, akhirnya kumasuki. Di taman ini kuperhatikan semua alat bermainnya sudah banyak yang usang serta berkarat. Di sisi lain kuperhatikan ada bangkai kucing yang sudah kering di salah satu sudutnya, lalu beberapa kali kutemukan banyak cangkang rajungan (kepiting laut), padahal sama sekali tidak kutemui adanya warung atau penjual seafood disekitaran daerah ini, apakah 'aroma laut' yang semalam berasal dari sini?. Tiba-tiba samar kudengar suara wanita sedang bernyanyi dalam bahasa Belanda.

Aku menoleh kesana-kemari dengan kebingungan mecari sumber dari suara ini, namun suara nyanyian ini makin lama makin menggema di dalam kepalaku. Aku beranjak pergi dari taman bermain ini dan bergegas pulang.

Pukul 17.21, menjelang maghrib semua lampu kunyalakan dan ku cek bahwa semua sudah MENYALA, kipas angin di kamar bapak kucabut kabelnya dari colokan listrik lalu kutup kamarnya, semua jendela dan pintu sudah kututup rapat dan terkunci. Aku mencari makan pada waktu selepas Isya'. Seperti kemarin malam kuputuskan untuk makan nasi goreng lagi, setelah mengunci pintu depan aku berjalan melewati halaman depan, baru saja akan keluar pagar kudengar suara seorang wanita menyapaku, "Mau cari maem ya mas?", lalu kubalas "Iya mbak" sembari aku mengangguk, "Yok bareng mas, anakku agak takut gelap ini, hihihi" suara tawanya sekilas mengingatkanku pada sesuatu, tapi sukar sekali untuk kuingat. Bukankah mereka ini yang semalam kulihat sedang bermain ayunan ya, pikirku dalam hati.

Sembari berjalan bareng kulihat anak perempuan dari wanita ini sama sekali tidak mempunyai ekspresi atau menunjukkan rasa lapar. Mendekati penjual nasi goreng yang semalam, kuperhatikan bahwa jalanan terlihat sepi, lalu kuperhatikan juga lapak-lapak penjual makanan yang lain juga sepi.
"Mas, nasi gorengnya tiga piring ya, yang satu gak pake sambel" Wah wanita tadi sudah sekalian memesankan untukku juga. Kami duduk sebaris, kuperhatikan ternyata rambut dari anak wanita tadi berwarna kecoklatan, mirip bule.

"Namaku Inge mas, rumahku depan taman bermain situ tadi, kalo yang ini anakku namanya Ingrid, suamiku dulu bule Belanda jadi nurun juga darahnya ke anakku" Aku cuma bisa menjawab "Iya, iya" sambil mengangguk, kulihat lagi muka Ingrid masih tak berekspresi. Mbak Inge dan Ingrid sudah selesai duluan makannya, lalu kulihat mendekati penjual nasinya dan membayar, "Sudah kubayari juga nasi gorengmu, aku pulang duluan ya".

Sedikit terbengong lalu aku merasa suasana yang tadi sepi jadi mendadak rame, terlihat kendaran-kendaraan berlalu-lalang di jalan raya, warung-warung yang disekitaran juga terlihat dipenuhi pembeli. Lalu, "Lho mas!! Temanmu tadi itu manusia apa bukan, ini kok duitnya jadi daun semua!!!" aku ikut terkejut mendengar ucapan penjual nasi goreng itu, kudatangi dia dan kulihat dengan seksama dia memegang daun-daun yang masih hijau. Kutenangkan penjual nasi goreng ini dan kubayar semua tiga piring nasi goreng tadi, anehnya, dia hanya menerima pembayaran untuk satu piring nasi goreng saja, yang dua piring dia ikhlaskan, aku jadi tidak bisa mikir juga apa yang ada di kepalanya. Sebelum pulang aku kembali ke bangku kayu tempatku makan tadi untuk menghabiskan minumanku, entah mengapa aku sempat saja untuk melihat kebawah dan kulihat di tempat yang diduduki mbak Inge dan Anaknya Igrid tadi kulihat ada sisa-sisa nasi goreng.

"Biarin ae mas, nanti kubersihkan. Sampeyan berdoa saja pulangnya ya" Ujar penjual nasi goreng itu mengejutkanku, tiba-tiba saja dia sudah berdiri di sampingku. Dan akhirnya aku pamit pulang, di perjalanan pulang aku tidak merasakan apa-apa seperti semalam, tapi ketika aku sudah sampai di pagar depan rumah kudapati Inge dan Ingrid sedang bermain ayunan. Persis seperti kemarin malam, Inge mendorongkan ayunan itu untuk Ingrid, tak lama setelah itu terdengar samar Inge mengajak Ingrid untuk pulang, namun anak perempuannya itu tidak mau pulang.

Pemandangan mengerikan terjadi di depan mataku, Inge tanpa ekspresi mencopot kepala Ingrid lalu meninggalkannya, lalu Ingrid dengan tanpa kepala mengikutinya dengan berlari-lari kecil. Kulihat Inge berjalan menuju pohon beringin besar di ujung jalan, persis di depan taman bermain itu, Inge masuk dan menghilang ke dalam batang pohon beringin yang besar itu diikuti oleh Ingrid yang berlari sambil tangannya berusaha meraih kepalanya.

Melihat kejadian itu aku tak sanggup bergerak serta tak sanggup untuk berucap apa-apa.

Sebuah suara nyanyian dalam bahasa Belanda membuatku tersadar.

Slaap kindje slaap,
daar buiten loopt een schaap.
Een schaap met witte voetjes,
die drinkt zijn melk zo zoetjes.
Slaap kindje slaap,
daar buiten loopt een schaap.



Suara yang menyanyikan lagu ini....tidak salah lagi ini suara Inge, lalu terdengar suara tawa anak kecil, ini suara Ingrid. Diriku bergegas masuk ke dalam rumah, kukunci pintu depan dan kututup semua tirai di ruang tamu. Dengan masih terengah-engah aku menuju ke kamar mandi karena sudah kebelet, dan kudapati lampu dapur dimatikan begitu juga lampu kamar mandi. Dengan menahan rasa takut kunyalakan dan setelah beberapa kali menekan saklar akhirnya kedua lampunya menyala semua.

Di dalam kamar mandi mulai terdengar suara musik tanpa vokal, setelah buang air kucari sumber dari suara tadi, sumbernya datang dari arah ruang keluarga. Di ruang keluarga suara musik itu masih terdengar tapi tidak kuketahui darimana arah pasti datangnya suara musik ini. BRAAKKK!!! Suara keras sebuah benda yang terjatuh terdengar dari dalam kamar orangtuaku, mau tidak mau kudatangi juga dan kumasuki kamarnya. Lampu di kamar ini masih menyala namun kudapati kalau kipas angin di kamar ini kembali menyala tapi dalam keadaan roboh ke lantai.

Bagaimana mungkin kipas angin ini bisa menyala, tadi kabelnya sudah kucabut. Kuberdirikan lagi kipasnya dan kucabut kabelnya. Praaaak..praaaang...lalu aku dikejutkan dengan jatuhnya foto wisuda bapakku, tepat disampingku dan kali ini kaca piguranya pecah, tanpa pikir panjang kutinggalkan kamar ini, BRAAAK!! pas sebelum pintu kamarnya kututup ternyata kipas anginnya roboh sekali lagi, astaga aku benar-benar ketakutan setengah mati kali ini.

Begitu kututup dan kukunci pintunya dari luar, aku segera masuk ke kamarku sendiri. Suara cekikikan yang sepertinya sudah kukenal menggema dengan tiba-tiba di dalam rumah ini, "Mbak Inge jangan menakut-nakuti saya mbak, salahku apa sih mbaaak" teriakku sembari tergopoh masuk ke kamar. Dengan ketakutan setengah mati aku berdoa semoga malam ini segera terlewati. 

Kututupi seluruh tubuhku dengan selimut. Badanku merinding dan berkeringat karenan ketakutan, lalu terdengar suara ketukan di jendelaku, ketukannya tak juga berhenti sehingga semakin menambah ketakutanku. Tak lama semerbak aroma kopi seakan memenuhi isi kamarku, aorma ini sama persis dengan aroma kopi di pecahan gelas yang subuh tadi kubersihkan.

Aku menjadi tidak tahan, terutama dengan suara ketukan-ketukan di jendela itu, dengan modal nekat aku beranjak dari tempat tidur dan kubuka jendelanya.......tidaka da siapa pun diluar sana. 

"hihihihihihiiiii hihihihihihiiiii" suara ketawa cekikikan mendadak muncul dan terdengar jelas dari luar, aku masih berdiri di depan jendela kamarku dan mulai dari samar terlihat sebuah benda melayang mendekati dari luar...........semakin mendekat maka semakin terlihat bahwa benda yang datang melayang ini adalah kepalanya Ingrid. Tanpa ekspresi kepalanya melayang-layang di luar jendelaku sambil terawa cekikikan yang terdengar seram. Perlahan dari leher kepala Ingrid mulai menjulur darah dan semacam usus terbungkus darah. Aku ingin berteriak namun tak sanggup, ingin bergerak juga tak sanggup. Tiba-tiba kurasakan sentuhan yang sangat dingin menekan di bahu kananku, aku hanya bisa melirik tanpa menoleh untuk melihatnya, tapi sudah terlihat itu adalah sebuah tangan dengan jari-jarinya yang berkuku runcing terlihat membusuk. "Ingrid ayo pulang, jangan ganggu-ganggu manusia lagi, tadi sudah kenalan baik-baik kan anakku sayang" Itu suara Inge, terdengar jelas dari arah samping kananku.

Jendela kamarku tiba-tiba tertutup dengan sendirinya, aku bisa bergerak lagi, bisa bersuara lagi. Kupikir itu tadi adalah puncak dari semua peristiwa yang diluar logika ini, aku sudah kecapekan dan sangat butuh minum, aku melangkah keluar dari kamarku untuk mengambil minum di dapur. Aku duduk di meja makan sambil menenangkan diri dengan meminum air dingin sebanyak-banyaknya. Setelah itu kutengok kearah jam dinding, masih pukul 02.17, artinya pagi hari masih lama. Selanjutnya aku berjalan menuju ke kamarku, di ruang keluarga sekilas sebelum aku menutup pintu kamarku kuperhatikan diatas meja ada sebuah gramophone tua, tak kupedulikan dan langsung kututup pintu kamarku lalu kukunci. JREEEENG suara orkes lagu belanda terdengar keras sekali hingga kekamarku, lalu terdengar pula suara orang bercakap-cakap dalam bahasa Belanda, kubuka kembali pintu kamarku akrena pensaran dan terganggu..........di ruang keluarga terlihat tujuh orang Belanda sedang duduk menikmati alunan musik dari gramophone tadi sambil masing-masing menikmati secangkir kopi hitam. Wajah mereka terlihat pucat dan menyeramkan, hingga akhirnya salah satu dari mereka menoleh kearahku sambil mengangkat gelasnya.......seakan terkena hipnotis aku berjalan keluar dari kamarku dan mendekatinya, aku ikut duduk membaur dengan mereka namun....perlahan pandanganku mulai samar, gelap dan kepalaku tak mampu berpikir lagi.

DOK DOK DOK!!!

DOK DOK DOK DOK!!!!!

"NDRAAAAA, INDRAAAAAA"
"INDRAAAAAAAA, kamu didalam nggaaak?"

Suara pintu digedor dan namaku dipanggil-panggil membangunkanku, kudapati diriku tergeletak di samping meja ruang keluarga. Dengan sedikit terburu-buru aku menuju pintu depan dan membukanya, ternyata kedua kakakku sudah sampai di rumah, "Mbak Nia kok sendiri, mas Deni kemana?" tanyaku. Dahiku langsung ditampol "Sepuluh menitan dipanggil nggak nyahut, kamu habis ngapain" omelnya, "Tuh bantuin Deni bawain tas-tasnya semua" lanjutnya. 

Ternyata sudah lepas dhuhur ketika aku tadi terbangun, lalu tentang kejadian semalam masih kurahasiakan dari kedua kakak dan orangtuaku.

"Oii Ndra, ini barang antik punya siapa, sudah berdebu begini ditaruh diatas meja" tanya mas Deni kepadaku, aku memandangi benda yang dimaksud tadi dengan pandangan kosong, benda itu adalah gramophone yang semalam. Dan ditambah lagi....
"Indraaaa, ini kipasnya bapak kok dirobohin ke lantai sih, dibiarkan pula, kamu sengaja mau diamuk bapak ya?", bertambah lagi apesku ya Tuhan......




-TAMAT-

No comments:

Post a Comment