Thursday 8 September 2016

Persalinan Berdarah


Baru dua minggu diriku menjadi petugas keamanan di sebuah rumah sakit bersalin, pekerjaan ini lumayan karena dulu sewaktu diriku masih menganggur aku sering sekali begadang dan ronda di kampung. Menjadi satpam di rumah sakit katanya sih banyak sekali godaannya apalagi buat yang kebetulan dapat shift malam, tapi sampai sekarang belum kutemui kejadian yang diluar akal. Malam ini diriku jaga berdua di pintu depan dengan pak Imam, sedangkan di pintu belakang ada tiga orang.

Rumah sakit tempatku bekerja ini kalau malam lumayan sepi walaupun ada sebagian perawat dan dokter yang kebagian tugas malam sepertiku. Ada kalanya terdengar tangis bayi dari ruang inkubator atau ruang persalinan, seperti menjadi hiburan rutin untuk telingaku disamping radio yang menyala di pos jaga.

Pukul 01.43 tiba-tiba sebuah mobil pickup berhenti di halaman RS (rumah sakit), ada dua orang satu laki-laki dan satu perempuan berada di bak belakang menjaga seorang perempuan yang terlihat kesakitan sambil memegangi perutnya yang besar. Pak Imam dengan sigap memanggil perawat sedangkan diriku segera mengambil brankar  membawa perempuan yang sudah kesakitan tersebut. Dibantu sopir dan suaminya aku memindahkan perempuan itu dari bak mobil ke brankar, dua orang perawat yang datang langsung membawanya ke ruang persalinan.

Pagi ini ketika shiftku berakhir mbak Ratna salah seorang perawat  yang semalam ikut membantu persalinan mendatangiku, dia mau menumpang pulang di motorku. Belum setengah perjalanan dia mulai bercerita padaku tentang persalinan yang ditanganinya semalam, dia menceritakan bahwa perempuan yang semalam melahirkan tak tertolong nyawanya sedangkan bayinya selamat tapi lahirnya prematur di usia 7 bulan. Yang aneh, katanya, perempuan itu sebelumnya tiba-tiba mengeluarkan banyak sekali darah dari rahimnya, jadi dia dinyatakan meninggal karena kehabisan darah, sungguh ironis.

Mendengar cerita mbak Ratna aku jadi ikut sedih dan ikut mendoakan. Akhirnya sampai juga di rumah mbak Ratna, suaminya terlihat sedang mengurusi motornya yang kelihatannya mogok, kusapa suaminya lalu aku pamit pulang, rumahku searah tapi masih tiga kilometer lagi jauhnya. Sampai di rumah aku berganti pakaian lalu sarapan, sesudah itu aku mandi dan langsung ke kamar untuk tidur, maklum nanti malam diriku kerja begadang lagi.

Jam 22.00 kumulai 'tugas malamku' untuk hari ini, suasana RS sudah sepi malam ini. Hari ini aku kebagian tugas patroli keliling dan ngepos di ruang administrasi RS bareng mbak Ratna dan mbak Asti yang juga stand by disana. Sekitar jam 00.14 HT-ku (radio panggil) berbunyi, pak Imam menyuruhku untuk memeriksa ruang bersalin karena tadi sedikit terdengar ada suara benda jatuh, tanpa ragu kulangkahkan kakiku menuju kesana untuk sekedar memeriksa.

Di luar ruang bersalin tak kudapati satu orang pun, lalu dengan senter kuperiksa ruangannya, juga tidak ada siapa-siapa bahkan sebuah baenda jatuh pun tak kutemukan. Kulaporkan kepada pak Imam lalu diriku kembali ke ruang administrasi untuk berjaga disana. Sekembalinya di 'pos' kudapati mbak Ratna dan mbak Asti sudah ketiduran di kursi dengan kepala mereka tergeletak di meja, aku mengambil kursi untuku dan berusaha tidak mengganggu keduanya yang sudah pulas. 

Tumbenan untuk malam ini kurasakan mataku menjadi berat oleh rasa kantuk, kuambil sgelas kopi di meja dan kutenggak langsung secangkir sebagai penawar kantuk. Tak lama interkom di meja berbunyi, langsung saja kuangkat karena diriku yang masih terjaga.

"Halo, dengan Hendra disini?" jawabku

"Pak satpam, tolong ada yang terkunci di toilet sebelah dapur" klik, langsung saja panggilan itu ditutup.

Diriku tidak mengetahui suara siapa itu tadi tapi tetap saja kuturuti niat dari panggilan itu. Aku bergegas menuju ke arah dapur RS untuk memeriksanya sambil berpikir siapa gerangan yang terkunci malam-malam begini. Sempat terpikir olehku apakah mungkin seorang pasien kesasar mencari toilet sampe area belakang RS, tapi kutepis karena diriku sudah hampir tiba di lokasi. 

"DOK DOK DOKK!!!" terdengar suara pintu digedor-gedor.

Setengah berlari kudekati arah suara itu, aku yakin itu berasal dari toilet tersebut.

"Maaaas tolongin aku maas, aku terkunci disini, toloong maaas" sebuah suara perempuan terdengar berteriak dari arah yang sama.

Sesampainya di toilet itu kudapati seluruh lampu di dalamnya dalam keadaan tidak menyala, lalu suara-suara tadi tak lagi terdengar. 

"Mbaaak, mbaaak, sampeyan masih di dalam tah?" sepi, tak ada yang menjawabku.

Akhirnya kuputuskan untuk masuk ke dalam ruang toilet dan menyalakan lampunya, astaga beberapa kali kutekan tombolnya namun lampu-lampu ini tidak menyala, akhirnya dengan senter kudatangi satu persatu bilik toiletnya. WUUUUS kurasakan angin menerpa tubuhku ketika kubuka salah satu pintu bilik toilet itu, diriku mendadak merinding dan mengurungkan untuk berada lebih lama di dalam ruang toilet ini, lalu aku keluar tanpa berpikir macam-macam.

Aku melangkah dengan agak cepat menuju pos di pintu belakang yang lumayan dekat untuk melaporkan kejadian ini. Belum sampai di pojok selasar utama aku mendengar suara tangis bayi dari arah ruangan khusus bayi, aslinya diriku enggan untuk mendatangi namun naluri sebagai satpam membuatku mengarah kesana untuk memeriksa. Ruang bayi sudah terlihat dan tangis bayi itu belum terhenti, kemudian seorang perempuan berbaju putih keluar dari ruangan itu sambil menggendong seorang bayi yang sedang menangis, kuhentikan langkahku dan dengan hati-hati kuperhatikan perempuan itu lalu menyusui si bayi hingga akhirnya tangisnya terhenti.

Perempuan itu sama sekali tak menyadari kehadiranku atau memang tak mempedulikan diriku. Aku berniat untuk mendekatinya karena kulihat dia bukan salah satu perawat di RS ini dan instingku menaruh curiga kalau dia hendak menculik bayi itu. Hawa dingin mendadak kurasakan di sekitarku, hawa ini seakan mengatakan padaku untuk tidak mendekati perempuan tersebut. Lalu perempuan itu berjalan sembari menyusui si bayi, dia berjalan mengarah ke ruang persalinan yang ada di ujung selasar.

Dengan hati-hati kuikuti dan terus kuperhatikan perempuan itu, dia lalu bersenandung untuk menghibur si bayi, 'nina bobo' terdengar disenandungkan dengan irama yang membuat bulu kudukku berdiri. Di depan pintu ruang bersalin wanita itu lalu menggedornya tiga kali kemudian membukanya lalu kemudian masuk. Kuberanikan diri mendekat ke ruang bersalin untuk mengintip apa yang sedang terjadi disana. Kudengar suara beberapa orang dari dalam ruangan itu, dan bau bunga melati yang pekat mengisi udara malam.

Kuberanikan diri untuk mengintip kedalam, astaga kulihat ada beberapa perempuan dengan baju serba putih dan beberapa diantaranya lusuh kumal kecoklatan, rambut mereka terurai semua dan tertawa kecil cekikikan sambil memuji-muji seorang perempuan yang tadi menggendong bayi. Firasatku mengatakan kalau mereka semua bukan manusia dan seperti menyuruhku untuk segera pergi saja dari situ, sebuah suara memanggilku ketika diriku membalikkan badan untuk pergi dari situ.

"Mas ayo ikut kami berpesta" suara itu membuatku semakin merinding ketakutan.

Kuputuskan untuk langsung berlari saja menuju pos pintu depan. Tiba-tiba didepanku muncul sebuah kursi roda tanpa seorang pun yang mendorongnya, tak sempat aku menghindar sehingga kutabrak kursi roda itu hingga diriku jatuh ke lantai. Lalu sebuah suara tawa yang kencang terdengar menertawaiku yang terjatuh, suara itu seakan ikut mengejarku. Kembali aku berdiri dan kulanjutkan langkah kaki ini menuju ke pintu depan, kemudian tiba-tiba sesosok perempuan muncul menghalangi langkahku dia mengenakan daster dan mengeluarkan banyak darah dari kedua kakinya. Aku seperti mengenalinya, astaga perempuan ini adalah ibu yang semalam meninggal setelah melahirkan di RS ini.

Wajahnya terlihat dipenuhi belatung dan berjalan mengarah kepadaku, kedua kakiku mendadak tak mampu kugerakkan sedangkan perempuan itu semakin mendekatiku. Kututup mataku karena ketakutan, tak lama kurasakan angin dingin menerpa tubuhku diikuti sebuah suara.

"Sudah sana larilah, aku cuma mau mengambil anakku" ucap suara itu.

Ketika kubuka mataku kudapati perempuan itu sudah tidak ada, tanpa banyak berpikir aku langsung berlari menuju pos depan. Pak Imam yang mendapatiku kelelahan dan ketakutan langsung menenangkanku, dia memapahku ke kursi dan memeriku segelas air putih. Seteah sedikit tenang kuceritakan semua kejadian tadi, bukannya kaget pak Imam justru menyuruhku istirahat saja sampai shiftku berakhir. Sambil menenangkan diri di pos, pak Imam menceritakan bahwa itu semua sudah tidak aneh baginya, apalagi kemarin malam adalah untuk pertama kalinya seorang pasien di RS ini meninggal dunia sewaktu melahirkan.

Esok hariinya ketika sudah berada di rumah kuputuskan untuk berbaring di tempat tidurku saja seharian sambil berusaha menghilangkan rasa takut akan kejadian semalam. 

"Mas satpan, terima kasih ya sudah mengawasi bayiku semalam, kuntilanak di tempatmu bekerja nakal-nakal kalau malam jum'at" sebuah suara terdengar di telingaku, mimpikah aku?


-TAMAT-

No comments:

Post a Comment