Sunday 4 September 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Korban Terakhir (bagian 5)

Perburuan


"Yaaay kita berpetualang pak Loreng, akan kemana ya kita" suara Kazza terdengar di kepalaku, si harimau yang diajaknya berbicara hanya menggeram tanpa kutahu artinya.

"Apa-apaan ini kenapa kau ikut, yang akan kuhadapi nanti bukan urusan anak kecil tau" omelku pada Kazza.

"Ya suka-suka diriku lah kan kakak menyuruhku selalu mengikutimu weeek" balasnya.

Aku tak habis pikir kenapa sekembalinya siriku ke dunia manusia malah dapat cobaan seperti ini, Kazza ini tingkahnya banyak dan sangat kutakutkan jikalau dia berbuat aneh-aneh dan aku yang terkena imbasnya. Malam ini terpaksa diriku tak bisa beristirahat selama perjalanan, bagaimana tidak si Kazza terus-terusan mengoceh di dalam kepalaku apalagi dia mengajak pak loreng si harimau, ocehan-ocehan Kazza juga membuat raut wajahku berubah sesuai emosi yang kurasakan sehingga kadang anak buah pak Rama menatapku dengan kebingungan.

Ada kalanya selama perjalanan diriku mendapatkan visi-visi walau hanya sekilas tanpa kutahu maksudnya, melamun adalah satu-satunya hiburan yang bisa kulakukan selama perjalanan, namun kadangkala lamunanku melebihi batas. Salah satu yang sering terjadi adalah ketika sedang melamun diriku melihat terlampau jauh ke depan sehingga membuat ragu tindakan yang kulakukan, walaupun seringkali terjadi diriku selalu berusaha mengelak untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi ke depan nanti.

Seringkali kumelihat atau dalam waktu tertentu mendapat bisikan-bisikan gaib memberitahukan tentang suatu bencana atau peristiwa baik kecil atau pun besar, hal seperti itu selalu datang walau tidak ada hubungannya denganku dan sebagai rasa 'peduli' dari naluri seringkali kupostingkan informasi-informasi gaib yang masuk di kepalaku, tentu saja kuatasnamakan diriku sebagai anonym dalam setiap postingnya.

"Kurasakan gesekan hawa yang sangat jelek dibawa oleh angin, sepertinya kedatangan anda sudah diketahui oleh 'seseorang' dari bangsa kami" suara pak Loreng memutus lamunanku.

"Aku juga merasakannya, hawa ini sudah kukenali" ujarku.

"Hawa ini berasal dari makhluk yang sama dengan kutemui waktu itu, makhluk yang mencelakaiku dan Kimi" lanjutku.

"Akan kubalas dia karena mencelakai kakakku, kubakar kulebur dia" Kazza menimpali dan seketika mengeluarkan hawa panas yang bisa kurasakan sangat intens di kepalaku.

"Tak bisakah kau tunggu sampai kita tiba disana, bocah bawel" ucapku pada Kazza

Setelah 4 jam perjalanan kami akhirnya tiba di lokasi, kami berhenti di pinggiran sebuah hutan di dekat perbatasan dengan jawa tengah, mobil berhenti sekitar 500 meter dari titik penyergapan, di lokasi sudah ada 3 mobil lainnya yang tiba lebih dulu. Pak Rama memintaku untuk stand by di mobil saja sambil menganalisa parameter dengan kemampuanku.

"Ki Segoro juga memiliki ilmu kekebalan tubuh, tapi titik lemahnya tidak sama dengan tersangka kita yang sudah tewas"


"Dia tidak sendiri disana, ada dua orang lagi sepertinya murid setia Ki Segoro" sambungku.

Dan kurasakan lagi hawa yang sangat jahat, angin malam pun semain bergejolak memainkan daun-daun pohon hingga berisiknya turut membuat merinding. Tak salah lagi ini adalah hawa dari jin tua 'itu', Kazza yang ikut merasakannya juga semakin emosi namun kusuruh untuk tenang karena aku tak ingin kejadian yang sama seperti dulu menimpanya juga. Sedangkan si harimau kurasakan lebih tenang, sepertinya dia sedikit mengetahui tentang siapa yang kami hadapi.

Menghadapi situasi seperti ini kuberitahu pak Rama agar sedikit menjauh dari mobil, tanpa ragu dia menuruti perkataanku. Pak Rama sepertinya juga merasakan ada yang tidak beres malam ini dan menyerahkan segala gangguan gaib kepadaku untuk dihadapi.

"Sepertinya 'mereka' tidak menyukai kehadiran kita disini, apalagi pemimpinnya, dia tidak menghendaki kita hidup" pak Loreng berbicara sambil menggeram.

"Biar aku saja yang menghadapi mereka semua, kalian tak usah ikut campur, lindungi saja manusia-manusia itu" perintahku.

Lalu kumulai memejamkan mata untuk memasuki dunia 'mereka', cara ini lebih baik dalam melawan jin-jin.

Tubuhku rasanya seperti melayang sendiri, saat ini 'diriku' sudah keluar dari tubuh fisik dan bisa leluasa untuk menghadapi makhluk-makhluk itu, tentunya dengan resiko yang lebih besar apabila diriku terluka. Dengan jelas kulihat Kazza dan teman harimaunya 'memagari' pak Rama dan anak buahnya dari serangan-serangan gaib yang tidak mereka ketahui. Dan kali ini untuk pertama kalinya diriku melihat si naga hitam setelah kembali dari kerajaan Kimi, naga itu hanya meliuk-liuk diangkasa sambil sesekali melihat kearah kami tanpa rasa peduli sedikit pun.

Kira-kira ada puluhan jin kelas prajurit yang mengepung kami, wujudnya rata-rata hewan buas, beberapa berupa bola api atau pun berupa asap yang bergerak layaknya manusia. Dan mulailah kuserang mereka satu persatu dengan bola halilintar yang kukeluarkan dari tanganku, sungguh dahsyat ini adalah efek dari  saripati angin pemberian Hazzam. Jin kelas kacang pun dengan mudah kukalahkan.

Sekarang tinggal beberapa jin yang kemampuannya lebih tinggi dari yang kukalahkan tadi, ada tiga yang berwujud kera kira-kira tingginya 18 meter, dan lima anjing hitam yang ukurannya hampir sebesar rumah dengan mata menyala oranye kemerahan. Yang berwujud anjing ini menyerangku terlebih dahulu, cakarnya mereka setajam pisau yang mampu membelah udara sekalipun, bola cahaya berwarna merah sesekali dilontarkan dari mulut mereka namun bisa kutangkis, untunglah dalam keadaan ini 'tubuhku' mampu terbang di udara hingga sedikit mudah untuk menghindari serangan-seragan mereka.

Anjing-anjing hitam ini menyerangku secara berkelompok, mereka tidak bertindak secara individu dan ini memberiku kesempatan untuk menyerang mereka secara bersamaan. Aku terbang menerjang kearah mereka ketika secara bersamaan bola cahaya merah ditembakkan kearahku, begitu mendekat kelima bola cahaya itu sedapatnya kutangkap dengan bantuan angin sebagai tamengku. Kelima bola cahaya itu kemudian aku 'fuse' dengan energi yang kukeluarkan dari tubuhku., kuubah kelimanya menjadi satu bola energi berwarna merah pekat dan kulontarkan balik kearah kelima anjing tersebut.

BLAAAAAAR!! suara ledakan energi memecah kesunyian malam dan mennghancurkan tubuh kelima anjing hitam itu. Ledakannya membuat udara disekitarku memberikan tekanan angin yang dahsyat hingga kulihat pak Rama dan yang lainnya meggigil, lalu

"BODOH! tak bisakah kau melawan dengan biasa saja, kau ingin kami tercabik juga yah!" teriak Kazza padaku.

Tak kusangka serangan tadi sangat kuat sekali, sungguh dahsyat efek dari saripati angin pemberian Hazzam itu, kemampuanku benar-benar meningkat sampai 60%. Sekarang tinggal tersisa tiga kera besar, fisik mereka sungguh diluar akal, kepala dan badan mereka seperti seekor kera hitam dengan taring menyeringai dan tangan yang gempal dipersenjatai kuku yang menyerupai pedang, sungguh cakar yang membahayakan, kemudian ekornya yang menyerupai ekor naga dan kaki yang juga bersisik.

"Berhati-hatilah, mereka itu termasuk jin penguasa angin" ucap pak Loreng kepadaku.

"Pe-penguasa angin...bukankah mereka seharusnya tidak berasal dari sini, mereka seharusnya tinggal di kerajaan es kan?!!" Kazza terkejut sambil memandang si harimau.

"Sepertinya mereka dibawa kemari oleh 'dia' lagipula kerajaan es sudah hampir mengakhiri dinastinya, mereka sudah tak memiliki kepercayaan lagi pada pemimpinnya sekarang, pastinya" jawab pak Loreng si harimau.

Salah satu dari kera besar itu bergerak kearahku, sekejap lalu dia menghilang, sungguh cepat sekali hingga mataku pun tak mampu menangkapnya. BUKK!! sebuah pukulan berat mendarat di punggungku sehingga membuatku jatuh terkapar di tanah, belum sempat kuberdiri dua kera yang lainnya dengan gesit mendatangiku dan seketika mengarahkan kakinya untuk menginjakku, namun pak Loreng dengan secepat kilat langsung menyambar tubuhku.

"Te-terima kasih" ucapku

"Berhati-hatilah kedua kera tadi sangat kuat, sedangkan yang satunya sangat gesit sekali"

"Jangan lupa juga, cakar mereka mampu mencabik tubuhmu hanya dengan hembusan angin" imbuh pak loreng memberiku nasehat.

 "Begitu ya, sebaiknya kali ini aku menggunakan siasat yang agak licik untuk melawan mereka, biar kutanggung sendiri resikonya" gumamku.

"Pak Loreng, aku minta tolong kepadamu, dirimu dan Kazza sebisanya buatlah 'pagar' yang sangat kuat dari segala serangan, ingat harus sangat kuat" pintaku

"Baiklah kuusahakan" jawabnya.

Kemudian aku bangkit dan menuju ketiga kera besar itu, sementara si naga hitam masih saja meliuk-liuk di angkasa tanpa rasa peduli sedikit pun, sungguh sombong. Kuberlari mengarah ke salah satu kera tadi wujud mereka seperti kembar jadi diriku tak tahu mana yang paling gesit tadi, sebisanya kuserang salah satu kera tadi, kutendang kepalanya dan kutambah dengan meledakkan bola halilintar,. Berhasil, seranganku membuatnya murka.

Kedua temannya juga ikut terprovokasi dan menyerangku balik, aku berusaha menghindari serangan-serangan mereka dengan melayang dan bergerak di udara, lalu salah satu dari mereka menyabetkan cakarnya yang tajam itu kearahku tapi bisa kuhindari. Melihat serangan temannya tidak berhasil lalu kedua kera yang lain juga ikut menyerangku dengan serangan yang sama secara membabi buta. Hingga akhirnya siasat licikku sudah mendekati target, tanpa mereka sadari kubawa mereka mendekati naga hitam, serangan pamungkas pun mereka keluarkan dan ditujukan pas ke arahku.

DHUAAAR!! suara serangan mereka mengenai target, tapi bukan diriku melainkan si naga hitam yang sengaja kubelakangi, jadi diriku dengan gesit menghindari serangan pamungkas ketiga monyet itu sehingga serangan mereka mengenai si naga. Sungguh cara yang sangat licik tapi untuk saat ini hanya itulah cara yang terpikirkan olehku. 

Ketiga kera itu lalu tak bergerak seusai serangan mereka mengenai badan naga hitam, lalu kurasakan hawa atau energi yang sungguh sangat mengerikan. Sepertinya ketiga lawanku itu juga merasakan hawa 'pembunuh' ini sehingga mereka tidak lanjut menyerangku. Perlahan kulirik ke arah naga itu, dia hanya berdiam di angkasa dengan tatapan tajam mengarah ketiga kera tadi. Tiba-tiba dengan sekejap naga itu menghilang dari pandangan. 

"AAAAAARGH ampuuuun tuan, serangan kami tak sengaja mengenaimu" teriak salah satu dari kera itu.

Astaga tubuh kera besar itu dalam sekejap dililit oleh si naga hitam, naga itu tak mengeluarkan satu ucapan pun dan melilit si kera emakin erat hingga teriakan si kera semakin melengking. Kedua kera lainnya hanya mampu terdiam melihat temannya 'dihukum' oleh naga, kemudian tubuh kera malang itu terbakar oleh api biru yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya, tak hanya itu saja, si naga lalu menyemburkan api hitam yang langsung membuat kera itu lenyap tak berbekas.

Kera-kera yang lain langsung memohon ampun dari naga hitam namun tak digubris, naga itu lalu merubah wujudnya menjadi wujud panglima China kuno kemudian dalam sekejap mata menendang kedua kera hingga jatuh ke tanah. Di bawah, panglima itu mengeluarkan sebuah tombak dan tanpa ampun menghujamkannya kepada dua kera itu, mereka dibabat habis olehnya, sungguh kejam sekali. Ayunan tombaknya membuat udara bergejolak kencang, tiap sabetannya mengeluarkan energi yang sangat dahsyat hingga merobohkan beberapa pohon dan meninggalkan goresan-goresan. Selesai itu dia berubah lagi ke wujud naga hitam dan menuju kearahku dengan tatapan bengis.

"Brengsek kau!!!" ucapnya di hadapanku.

Naga itu kemudian meninggalkanku dan kembali meliuk-liuk di angkasa. Untuk pertama kalinya dia berbicara padaku dan sungguh membuatku ketakutan, luar biasa sekali kemampuannya. Kudekati Kazza dan pak Loreng untuk mengetahui keadaan mereka.

"Kalian tidak apa-apa kan" tanyaku, pak Rama dan yang lainnya sama sekali tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi hanya bisa melihat dengan keheranan.

"Kenapa kau membuat naga itu marah, kau bisa membuat kita semua terbunuh tahu" omel Kazza

"Aku tidak bisa memikirkan cara lain untuk melawan kera tadi, maaf deh tuan putri" godaku pada Kazza

"Masalah kita belum selesai, lihatlah kesana" imbuh pak loreng dan aku menoleh kearah yang dia tunjuk.

Sebuah sosok yang sudah tak asing bagiku, si 'jin tua'.



-BERSAMBUNG-


No comments:

Post a Comment