Tuesday 9 August 2016

Pocong Karanggayam

Pada tahun 2000an sewaktu saya masih tinggal di Tambaksari pernah ada kejadian yang cukup menggemparkan warga sekelurahan, yaitu teror pocong. Teror ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan dan terjadi terutama di wilayah kampung Karanggayam-Tambaksari (timur belakang kampung saya). Saya akan menceritakan dari versi yang paling banyak dibicarakan orang pada waktu itu.
Selama 3 bulan wilayah kampung Karanggayam selepas maghrib selalu sepi, singkatnya menjadi kampung mati karena warga tidak ada yang berani keluar rumah atau beraktifitas. Hal ini dikarenakan isu teror pocong yang terjadi di kampung tersebut, isu ini menjadi semakin besar semakin banyak warga yang melaporkan penampakan sampai gangguan dari pocong tersebut di malam hari.
Teror yang paling sering adalah pocong ini menggedor-gedor pitu rumah warga (bahkan rumah yang berpagar), kemudian suara-suara merintih minta tolong yang memilukan namun seram, yang paling tersohor juga adalah penampakan mendadak dari pocog ini. Pengendara motor, pejalan kaki, pedagang sering dikagetkan dengan pocong yang tiba-tiba nongol di hadapan mereka atau dari arah belakang. Isu ini sempat merebaks ampai ke kampung saya sehingga sebagian warga juga ketakutan karena ada beberapa pengakuan warga yang sudah emlihat pocong juga di walayah kampung saya.
Hingga pada puncaknya warga berinisiatif memanggil “orang pintar” untuk mengatasi teror pocong ini. Setelah diatasi maka terbukalah cerita dibalik isu pocong ini.
Diawali dari dimakamkannya seorang warga kampung itu yang berprofesi sebagai jambret di Jakarta, dia ditembak mati oleh polisi dan terlindas mobil, mayatnya dikirim ke kampung halamannya di kampung Karanggayam. Pada waktu pemakaman sepertinya ada yang lupa membuka salah satu tali pocongnya sehingga terjadilah awal dari teror pocong ini, si “orang pintar” tadi juga mengatakan kalau waktu tewas terlindas sempat ada warga yang geram menyiprati darahnya dengan air jeruk nipis.

Sudah dulu ya ceritanya, lain kali saya akan share lagi. Aerith D Pus

No comments:

Post a Comment