Friday 12 August 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 2)

The Revealing of a “Gift”

Aku tiba setengah jam lebih awal di kafetaria rumah sakit tempat dokter Arina bekerja sebagai psikiater, aku memesan kopi hitam kesukaanku (entah kenapa sejak balita aku suka banget minum kopi hitam tanpa gula) sambil duduk aku memandangi suasana kafetaria ini. tak lama suasana kafetaria ini menjadi kelabu suram….aku melihat suster-suster kurus mendorong kereta jenazah, wajahnya kering keriput tanpa bola mata, seorang mantri juga terlihat sedang menyeret sebuah tubuh yang terpotong dan beberapa dokter yang terlihat keluar dari sebuah kamar operasi dengan masing-masing membawa sekeranjang janin merah…….jijik aku melihatnya. “Hai, ngapain kamu bengong” -sapa dokter Arina- aku langsung terbangun dari lamunanku (apaan tadi yang aku lihat….apakah masa lalu dari rumah sakit ini?) sapaan tadi sedikit mengagetkanku namun aku lega karena bisa kabur dari pemandangan tak mengenakkan tadi. Aku menyapanya balik sambil sedikit tersenyum malu, “kamu datang lebih awal ya, tadi memperhatikan apa sih kok sampe bengong gitu?” tanya dokter Arina, aku jawab dengan alasan seadanya saja karena yang aku lihat tadi pasti termasuk hal yang tak masuk akal untuk cewek penuh logika seperti dia. Sore itu di kafetaria aku menjelaskan maksudku menemuinya dan menanyakan tentang kematian dokter Kemala temannya itu. Dokter Arina agak keberatan namun pada akhirnya dia mau menceritakannya juga kepadaku.

“Mayat Kemala ditemukan di area perkebunan tebu tak jauh dari rumah sakit kecil tempat dia berdinas, kondisi mayatnya mengerikan, gosong akibat dibakar, kepalanya remuk sehingga susah untuk dikenali, kartu identitas dokternya ditemukan tak jauh dari lokasi mayatnya, juga baju dinasnya yang bersimbah darah….polisi menyatakan bahwa tersangka pembunuhnya adalah seorang suster berinisial DK berdasarkan bukti yang ditemukan sebuah handphone dengan peasn percakapan korban dengan tersangka dan keterangan saksi-saksi yang terakhir kali melihat korban bersama tersangka sedang melakukan sesuatu berdua” cerita dokterArina. Setelah dia bercerita aku berniat untuk menceritakan apa yang aku “ketahui” secara gaib dan yang aku alami semalam, dia sinis karena secara logis dia berpikir aku ini “pasien penyakit mental minor” walau bukan gila atau sinting dokter Arina menganggapku pasien yang kerap berhalusinasi (mungkin itu juga yang tertulis di catatan medisku -_-).

Aku berpikir keras untuk meyakinkan dokter Arina agar mau mendengar ceritaku, hingga aku menemukan ide yang sebernarnya tidak aku sukai “mbak, aku ini tidak menderita sakit mental, aku ini seorang indigo” -_- waw sebual “label” yang sebenarnya aku benci terpaksa aku ucapkan untuk melabeli diriku sendiri. Mendengar itu dia mulai memandangku dengan sedikit serius, “wah sekarang kamu mulai menyebut dirimu sendiri seorang indigo” kata dokter Arina, aku tak habis piker bagaimana caranya agar dia mau percaya dan mendengarkan ceritaku tentang temannya, akhirnya terpaksa deh aku menggunakan kemampuan spesialku…..

“Mbak Arina, masa kecilmu itu bandel sekali, kamu mengusili kucing tetanggamu dengan memasangkan lakban pada pantatnya…..semasa SMP kamu  pernah dihukum karena corat-coret dinding toilet dengan ejekan untuk teman sekelasmu…..cinta pertamamu adalah seorang guru praktek pada masa SMA-mu namanya hmmmm Gunawan……kamu pernah jatuh dari tangga pada usia 5 tahun punggungmu membentur ujung meja hingga berdarah dan bekas lukanya masih ada sampai sekarang” ucapku tanpa berpikir. Dokter Arina melihatku dengan mulut terbuka melongo “kamu tahu darimana itu semua hah?” ucapnya dengan bingung, “hatimu yang memberitahuku mbak, aku juga tahu koq saat ini kamu make pakaian dalam warna apa”……PLAK!!! Dia melemparkan roti ke mukaku (*_*) “lusa temui aku di rumahku, jam 10 pagi saja” katanya dengan sewot sambil memberikan kartu nama pribadinya. Entah kenapa hatiku merasa senang apa gara-gara dia mulai percaya atau karena aku diundang ke rumahnya.

Aku melihat sosok dokter Kemala sedang membetulkan hijabnya, ternyata itu di sebuah cermin, kenapa aku berada di dalam tubuh si Kemala, pikirku, kemudian tubuh ini diarahkan keluar dari toilet. Aku berada di sebuah rumah sakit, nampaknya tidak asing, ini adalah rumah sakit yang kapan hari aku lihat kotor dan penuh makhluk-makhluk aneh, tapi sekarang terlihat sangat bersih dan “normal” sepertinya aku mendapat visi yang tepat kali ini. Tubuh ini menyapa seorang suster kemudian berjalan mengarah ke sebuah ruangan pribadi dengan bertuliskan nama dokter Kemala di pintunya, suster tadi ikut masuk. Aku melihat namanya di tanda pengenal yang ditempel di baju suster itu “Devi Kurnia” apakah ini suatu petunjuk untuk pembunuhan dokter Kemala, karena inisial suster tadi pas banget “DK” sesuai cerita dokter Arina dan yang aku baca dari berita online.

Tiba-tiba pandanganku kabur dan kepalaku terasa berat……….aku sadar kembali dan mendapati diriku sedang memegang sebuah korek api, tangan ini menyalakannya lalumelemparkannya ke sebuah tubuh penuh luka tikaman dan darah segar yang mengucur deras…..mengerikan sekali untuk dilihat bagaimana tubuh lemah itu terbakar beserta luka-luka yang membikin ngilu pikiran. Pandanganku kabur lagi…….sepertinya tempat & waktu berubah lagi…..aku berjalan menuju ke sebuah cermin dan melihat wanita berambut pendek memakai kacamata dengan make up tebal, lalu dibukalah kacamatanya…..ternyata itu adalah Kemala…dokter Kemala….lalu kurasakan diriku seperti terlempar keluar dari badan Kemala, aku melihat sekeliling dan kuperhatikan bahwa ini adalah sebuah kamar hotel, aku melihat keluar jendela untukmengetahui dimanakah aku berada saat ini, aku melihat sebuah bangunan dengan tulisan “PALAPA” menyala, aku berbalik dan melihat sebuah laptop menyala, aku dekati dan terlihat sebuah blog dengan nama “loveless.blogspot.com” dan nama bloggernya adalah “missbloodyheart”. Aku kembali menuju ke toilet dan masih mendapati Kemala di depan cermin, aku dekati dan akuterhisap masuk kembali ke dalam badannya…….dan pandanganku kembali kabur, kepalaku terasa berat sekali…..

-Bersambung-
Aerith D Pus

No comments:

Post a Comment