Monday 29 August 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Korban Terakhir (bagian 4)

Kimi, Kazza dan "?" (part 2)


 "Suku naga terkenal sombong tapi kemampuan dan kekuatan mereka luar biasa dahsyat pangeran, mereka adalah salah satu dari tiga bangsa jin tertua yang ada" jelas Hazzam kepadaku.

"Lalu untuk apa makhluk sombong ini mengikutiku dan leluhurku, bukankah mereka lebih hebat dari kami manusia, dan kenapa dari awal dia tidak kalian usir dari istana ini?" tanyaku pada Hazzam.

"Dia sudah terikat denganmu sejak kau lahir, jadi kami menganggap dia adalah bagian dari dirimu pangeran. Dia tertarik padamu karena energimu sangat besar, seperti halnya suku naga yang lain mereka tertarik dengan manusia yang berenergi besar sebagai 'inangnya' tetapi ada yang membedakan antara mereka dengan kami, jin suku naga tidak tinggal di dalam kepala manusia, mereka tinggal dimana manusia yang diikutinya tinggal" Hazzam menjelaskan sambil sesekali dia memberikan isyarat kepada 'naga' itu.

"Dia ini hanya akan membuka mulut apabila seorang manusia bisa menaklukan dirinya, bahkan dia akan bersedia memberitahukan namanya, tapi hanya kepada manusia itu" lanjut Hazzam

 Lalu dia kembali merubah wujudnya menjadi naga hitam, sambil menatap kami bertiga naga hitam itu kemudian terbang keluar istana, entah mau kemana dia pergi sepertinya dia tidak ada maksud untuk berlama-lama disini. Kemudian ada seorang pelayan mendatangi kami, dia mengatakan kalau ratunya memanggil diriku dan Kazza, lalu aku berpamitan pada Hazzam dan pergi ke tempat Kimi bersama Kazza.

Di tempat Kimi beristirahat diriku dan Kazza duduk di samping tempat tidurnya, Kimi masih terlihat lemas walau sudah selamat dari maut, wajahnya masih memberikan senyum kepadaku.

"Alvian pangeranku sudah saatnnya dirimu untuk kembali ke duniamu, bawalah Kazza bersamamu aku masih belum sanggup bergerak bebas. Kazza akan sedikit berguna untuk membantumu kali ini, dia masih anak-anak tapi cukup bisa menjaga dirinya sendiri jadi kau bisa mengandalkannya" ucap Kimi meyakinkanku, dan kulirik Kazza dengan tatapan remeh ( -_-), Kazza pun balik menatapku.

"Kau jangan macam-macam denganku antek naga, aku sama sekali tak peduli denganmu" ujarnya cerewet.

"Jaga santunmu Kazza" balas Kimi tegas kepada Kazza, si putri bawel itu langsung menunduk dan diam.

"Sepertinya dirimu sudah tahu mengenai naga hitam itu ya, aku sudah mengenalnya sejak engkau lahir tapi dia tak bersedia memberitahukan namanya kepadaku, tapi biarlah aku memberitahukan sedikit sesuatu tentang dirinya pangeran. Naga itu mampu merubah dirinya ke beberapa wujud dan masing-masing wujudnya memiliki kekuatan maha dahsyat, dia pernah sesekali menunjukkannya kepadaku terutama disaat dirimu masih kecil dan dalam keadaan bahaya. Yang sudah kau ketahui adalah wujud naga hitam dan panglima perang, kedua wujud itu adalah yang terkuat dan selama ini kadangkala melindungimu disaat bahaya yang kau temui juga mengancam dirinya, sungguh egois memang tapi itulah suku naga harga diri mereka sungguh tinggi hingga seringkali tak peduli pada bahaya yang menimpa 'inangnya'. Lalu wujud senjata, dia bisa merubah diri menjadi pedang dan tombak, wujud ini pernah tak sengaja kau pergunakan untuk melawan jin jahat waktu kau masih bayi. Dan yang terakhir adalah sebuah peti kayu dengan ornamen besi kuning, wujud ini belum kuketahui kemampuannya, mungkin suatu saat akan kau ketahui sendiri. Pangeran jika memang sudah saatnya kau untuk mengenalnya tak perlu kalian saling adu kekuatan, taklukan dia dengan hatimu" Kimi menjelaskan panjang lebar tentang si naga hitam.

"Aku tahu kamu tak tertarik dengannya tapi percayalah dia akan berguna untukmu, leluhurmu dulu juga tidak menemukan dia, tapi dialah yang memohon unutk mengikuti leluhurmu. Sebelum kau kembali mampirlah sebentar ke rumah Hazzam dia ingin memberikan sesuatu untukmu, Kazza akan mengantarmu kesana, dan tolong jagalah Kazza jangan ragu untuk menghukumnya kalau dia berbuat yang tidak baik" lanjut Kimi.

Kazza terlihat sebal dan memalingkan wajahnya, lalu berpamit pada Kimi. Kazza mengantarku ke rumah Hazzam, dia masih tidak mau berbicara padaku, kenapa jadi seperti ini. Sesampainya di rumah Hazzam dia memberikan sesuatu kepadaku, sebuah bola bersinar yang hanya seukuran kelereng.

"Ini adalah saripati angin, ayo telanlah sambil meminum air ini, saripati angin itu berkhasiat membuka kemampuanmu hingga 60% seterusnya, itu jauh lebih besar daripada kemampuan yang selama ini kau gunakan" jelas Hazzam, tak ragu kemudian aku menelannya.

Kembali aku berpamitan kepada Hazzam, kemudian di luar rumahnya si gagak hitam yang tadi kutemui menawarkan dirinya untuk membawaku dan Kazza kembali ke alam manusia.


Jam 23.55 diriku terbangun dengan rasa capek, lalu diriku keluar dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil minum. Hmmm ada yang aneh kurasakan dari kepalaku sperti rasa pening tapi tidak begitu berat, cuek sajalah paling-paling efek dari 'bermimpi' tadi. Malam hari hampir seluruh lampu dimatikan di rumahku dan beberapa ruangan diterangi oleh lampu tidur atau lampu malam, kubuka pintu kulkas dan kumencari cemilan di dalamnya, setelah itu aku menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi sambil ngemil.

Sepuluh menitan diriku menonton acara televisi lalu mendadak aku sadar bahwa di sbelah kananku ada seekor harimau yang dengan santai ikut menonton, harimau ini duduk dengan santai dan tak mempedulikanku.

"Siapa lagi kau" tanyaku, sedikit terkejut harimau itu lalu menoleh menatapku.

"Ah kau bisa melihatku, emm gadis kecil itu teman baruku dia yang mnegajakku kemari untuk bermain" jawabnya santai.

Astaga aku lupa kalau diriku tadi pulang tidak sendirian, Kazza ikut bersamaku, dan belum lama disini dia sudah memanggil mahkluk-makhluk gaib dari lingkungan sekitar.

"Dia pak Loreng kami tadi berkenalan di ujung jalan sana, karena sepi jadi kuajak kesini saja" Kazza dengan santai menjelaskan.

Aku tak mau ambil pusing, kubirakan saja malam itu Kazza mengajak teman barunya untuk bermain di rumahku, si harimau ini juga tidak macam-macam dia sepertinya begitu menikmati menonton televisi. Sekali-sekali sambil kuajak harimau ini ngobrol.

"Pak Loreng kenapa mengambil wujud harimau, kenpa bukan dinosaurus atau godzilla saja" tanyaku sedikit bercanda.

"Wujud ini sudah lumayan kok, banyak manusia yang 'mengagungkan' wujud ini bahkan menghormatinya, kecuali manusia seperti anda" jawab harimau itu, benar juga sih.

"Kalau mataku tidak salah wujud pak Loreng sebuah makhluk api hijau ya, bapak dari kerajaan mana 'disana'?" tanyaku lagi, kali ini harimau ini menjadi terlihat sedih dan menatap ke arah kazza yang sudah duduk di sebelah kiriku.

"Kerajaannya sudah nggak ada lagi, akhirnya dia memilih berkelana ke alam manusia karena lebih tenang tidak bergejolak seperti disana, tadi kutawari dia untuk pergi ke kerajaan kakakku tapi dia masih ingin disini karena tertarik pada seorang manusia, benar begitu kan" ucap Kazza sambil menatap si harimau, harimau itu menundukkan kepalanya.

Setelah itu keadaan jadi hening dan kami bertiga kembali menonton televisi. Berbeda dengan Kimi, si kazza ini lebih banyak menampakkan dirinya kepadaku daripada bicara 'hati ke hati' seperti Kimi, kelakuannya kekanakan seperti 'kuntilanak' yang suka bermain kesana-kemari, sedangkan si harimau ini pendiam tak banyak bergerak, sesekali dia hanya merubah posisi duduknya, berbeda dengan si tuan putri cerewet yang banyak tingkah itu. Dari jauh kudengar nada dering dari HP-ku lalu bergegas aku menuju kamarku untuk menjawabnya, sebuah nomor tanpa nama menelepon di tengah malam begini.

"Halo siapa ini nelpon kok malam-malam, manusia apa hantu?" tanyaku ketika menjawab panggilan itu.

"Aduh maaf ya saya meneleponmu malam-malam, ini saya Rama, gini loh lokasi Ki Segoro sudah terdeteksi intel, dan tim buru sergap akan berangkat kesana malam ini juga, lokasinya di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah. Saya ingin kamu ikut dalam penyergapan, hanya sebagai penasehat spirtual saja bagi tim kami, bagaimana Alvian apakah kamu bersedia?" pinta pak Rama kepadaku, dan sejak kapan aku dapat status jadi penasehat spiritual lagipula ini sudah sangat larut bagaimana aku pamitan dengan orang tuaku, aduuuh.

"Eh pak Rama, beri saya waktu dulu yah, sebentar saja kok untuk pamitan sama bikin alasan ke orang tua saya maklum deh pak ini kan tengah malam" balasku.

"Oke itu artinya kamu setuju ikut ya, nanti saya dan rekan-rekan yang akan menjemputmu langsung ke rumah" pak Rama menanggapi, dia akan menjemputku langsung kemari.

Bergegas kuganti pakaianku lalu ku menuju kamar orang tuaku untuk berpamitan sambil mikir apa alasan yang akan kupakai. Baru sampai di depan kamar tiba-tiba pintu dibuka dari dalam, ternyata itu ibu tiriku sepertinya dia hendak ke toilet.

"Vin mau kemana kamu, pakaianmu rapi banget malam-malam begini mau ke diskotik yah?" tanya mbak Astrid ibu tiriku.

Istri kedua bapakku ini masih muda usianya 37 tahun, ibu kandungku sudah meninggal delapan tahun yang lalu kemudian bapak menikah lagi dengan mbak Astrid yang dulunya tetanggaku, dari pernikahan dengan mbak Astrid ini aku jadi punya adik perempuan berusia 5 tahun.

"Enggak mbak gak ke diskotik kok, emm kebetulan mbak Astrid bangun nih aku mau pamit pergi dulu, ini tadi dimintai tolong sama pak polisi yang tadi siang bertamu ke rumah, mbak tolong jelasin ke bapak yah besok, ini darurat pokoknya" jawabku sambil tergopoh.

"Marah lagi deh bapakmu besok, hati-hati loh Vin kamu jaga diri ya sama mereka, hubungi rumah juga biar kami nggak khawatir, besok kujelasin sama bapakmu tenang aja" balas mbak Astrid, syukurlah dia yang terbangun malam ini.

Dua puluh menit kemudian pak Rama sudah tiba, aku langsung keluar rumah dan menemuinya.

"Bagaimana, sudah siap?" tanya pak Rama.

"Siap om" jawabku sok akrab (habisnya Arina manggil dia 'om' juga sih).

Aku masuk ke dalam mobil, 'perburuan' Ki Segoro dimulai.


-BERSAMBUNG-

No comments:

Post a Comment