Thursday 25 August 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Korban Terakhir (bagian 2)

Encounter, 'Napak Tilas' Yang Mengerikan

"Aku tak habis pikir untuk apa sih kamu harus melihat mayatnya" tanya Arina di dalam mobil polisi yang membawa kami ke rumah sakit milik kepolisian daerah, "entah kenapa aku harus memastikan sesuatu hal dan untuk itu mau tidak mau aku harus melihat mayatnya" jawabku. Pak Rama tak ketinggalan berkata kepadaku "semoga kondisi mayatnya tidak membuatmu buru-buru ingin pulang" dan kata-kata tersebut justru membuat mood Arina langsung berubah "a-aku tidak perlu ikut melihat kan om?" dan langsung kusambar dengan berkata "kamu harus menemaniku melihatnya, kamu yang membawaku pada masalah ini" Arina hanya menggerutu tanpa menatapku.

Kami pun tiba di rumah sakitnya dan pak Rama langsung membawa kami menuju kamar mayat, lalu mendadak kurasakan hawa yang sudah sangat aku kenal, "pangeran sebaiknya kali ini kau mempersiapkan diri, aku merasakan sesuatu yang tidak biasa pada tubuh penjahat itu" Kimi yang mendadak muncul memperingatkanku, "kapan kau kembali Kim, dari tadi kau sudah menguntit kami yah" balasku bertanya, "aku sudah kembali dari tadi  sejak kurasakan ada sesuatu yang sangat jahat mencoba melukaimu, hawanya sungguh hawa yang sudah kami kenal sejak jaman adam, hawa iblis" jawab Kimi. Perkataan Kimi tadi langsung membawaku pada makhluk berjubah hitam yang aku lihat tadi, "apa kau ada petunjuk mengenai si jubah hitam itu Kim, kurasakan levelnya jauh lebih tinggi daripada Khosyii (Wewe Gombel) hingga bisa memergokiku dalam penerawangan tadi" tanyaku serius, "dia salah satu jin yang sering membuat kontrak dengan manusia, dia menjual 'pengetahuan' yang terlarang dari duniaku, kemampuan seperti itu hanya dikuasai oleh jin-jin yang terlahir  di jamannya Musa (Nabi Musa A.S) mereka tidak memihak kerajaan mana pun di dunia kami karena mereka berguru pada iblis, setelah itu mereka berkelana untuk mengumpulkan jiwa-jiwa manusia dengan mengontrak mereka yang sudah gelap hatinya, sungguh mereka adalah jin kuno yang sangat jahat, untuk yang kau temui tadi diriku belum bisa menjelaskan leih lanjut pangeran" jawab Kimi menerangkan panjang lebar. 

Kamar mayat sudah terlihat tinggal beberapa lagi kami akan memasukinya, "kalau ini akan sangat berbahaya sebaiknya dirimu sembunyi saja" kataku pada Kimi, "tidak, aku akan tetap mengikutimu" balasnya."Kita langsung saja melihat mayatnya, sudah dua hari diawetkan di lemari pendingin untuk kepentingan penyelidikan" ujar pak Rama di kamar mayat, "kenapa aku harus ikut juga sih" ucap Ariana ketakutan dengan sewot, "aku memerlukanmu di sisiku untuk jaga-jaga saja, lagian kamu ini waktu kuliah pasti pernah melihat mayat kan, mahasiswa kedokteran koq penakut gini" balasku. Akhirnya mayat si pembunuh sudah di depan kami, petugas kamr mayat lalu mebuka kantong mayatnya, mataku melirik label pada kaki si mayat "mr.X" rupanya polisi masih belum mendapatkan identitasnya.

Kondisi mayat ini penuh dengan lubang peluru, tubuhnya sudah dibersihkan dan sangat terlihat jelas luka-luka hasil berondongan peluru tim penyergap. Agak jijik kuberanikan untuk melihat terutama di jari manis tangan kanan mayat ini, kuperhatikan ada bekas cincin, "apakah mayat ini dulu mengenakan sebuah cincin pak, saya perlu melihatnya" tanyaku, "iya ada kami menyimpannya sebagai barang bukti, nanti kutunjukkan padamu, sekarang apakah kau menemukan sesuatu dari mayat ini?" tanya pak Rama, aku memandang pak Rama sejenak tanpa menjawabnya, lalu tanganku seperti bergerak sendiri dan kusentuh jari manis mayat ini.

Kumelihat dua orang yang membelakangiku, entah sedang apa mereka, kudekati perlahan.
"sebentar lagi tubuh anak kita akan lengkap dan kita bisa menyiapkan ritualnya sesuai yang diajarkan oleh guruku" ucap salah satu dari mereka yang perempuan, "jadi mereka ini punya guru spiritual?" tanyaku dalam hati, "tinggal menunggu satu bocah lagi untuk menambah anggota tubuhnya biar lengkap, besok aku akan menculik lagi satu orang bocah, sementara itu kau carilah tempat persembunyian baru, polisi sudah mulai membaca motif kita" kata yang laki-laki. Semakin kudekati mereka dan kuberjalan mengitari mereka, mataku dikejutkan oleh sebuah pemandangan yang mengerikan, dua orang ini sedang asyik menyambung dan menjahit potongan-potongan tubuh, tanpa jijik mereka bergumul dengan darah dan bau anyir yang memuakkan. "Pangeran berhati-hatilah, Dia datang" Kimi tiba-tiba memperingatkanku.

 "Ternyata kau masih nekat mencampuri urusan kami" sebuah suara berat terdengar tanpa wujud, lalu tiba-tiba tubuhku terhempas kedalam kegelapan, sambil memegang perutku yang seperti terkena tendangan kuperhatikan keadaan di sekitar perlahan menjadi terang kelabu, kulihat sebuah pondok di tengah hutan, sedikit kepayahan aku berusaha berdiri dan menuju kesana, "apakah dia sengaja membawaku kesini?" tanyaku. Seorang wanita terlihat di dalam pondok kayu itu, perawakannya persis sama dengan wanita yang tadi kulihat sedang menjahit potongan tubuh, dan ada pula seorang laki-laki tua berpakaian hitam dengan hiasan kulit harimau yang menyelempang di badannya. Mereka sepertinya sedang berbincang mengenai sesuatu, maka kudekati untuk mencari tahu, mereka samas sekali tak merasakan kehadiranku jadi aku dengan bebasa mendekati mereka hingga bisa kudengarkan dengan jelas obrolan mereka. "Cincin ini akan membuat mantan suamimu menjadi kebal senjata tajam, bahkan dari peluru sekali pun, tapi jangan pernah sekali-kali dilepas ya" ucap si lelaki tua, "setelah itu suruhlah dia untuk menculik bocah lima laki-laki yang postur tubuhnya mirip dengan anakmu yang sudah mati" lanjutnya, "lalu kami apakan bocah-bocah itu guru?" tanya wanita itu, "setiap menculik sekaplah bocah tadi, tunggu sampai dalam seminggu muncul hari 'weton pahing' lalu potonglah kaki, tangan dan badan bocah-bocah tadi, ingat satu bocah satu bagian tubuh saja, dan tidak boleh dilakukan bersamaan, setelah menculik satu tunggulah untuk menculik yang berikutnya" lanjut lelaki tua itu. Apa ini, sungguh ritual yang sangat mengerikan, apakah wanita ini 'mastermind' dibalik peculikan dan pembunuhan ini?

Sebuah tangan tiba-tiba menyergapku dari belakang, tangan itu rasanya panas sekali ketika menyentuh pundakku, kutepis dan menghindar. "Sudah cukup kau mendengarnya, saatnya menghabisimu manusia lancang" ucapnya, "kau si jubah hitam yang waktu itu kan, aku tak peduli walau pun kau telah hidup semenjak jaman Musa, aku siap menghadapi jin kuno sepertimu" balasku. Dia semakin menunjukkan sosoknya kepadaku, tak ragu dia melepas jubah hitamnya, sungguh mengejutkan, rupa jin kuno ini masih tampak muda seperti manusia berusia 20an, "kau jangan menganggapku remeh hanya karena kau berhasil mengalahkan jin skelas Khosyii anak muda" ucapnya, dia seakan membaca pikiranku hingga mengetahui tentang Khosyii yang dulu aku kalahkan. Sebuah serangan pukulan berapi diarahkannya kepadaku secara mendadak, aku berhasil menghindar walau susah, lalu dia lanjutkan dengan serangan lainnya sebelum kusempat berdiri, "TAK AKAN KUBIARKAN KAU MENYAKITINYA" teriak Kimi yang tiba-tiba ada di depanku, Kimi merelakan tubuhnya menerima serangan dari jin tua itu demi melindungiku, "Wanita bodoh kau, untuk apa kau melindungi manusia hah, dasar suku 'Biru' kalian adalah yang terlemah dari kami" ucap jin tua itu dengan sombong, emosiku tersulut melihat Kimi terkapar tak bergerak, energi-energi mulai terkumpul di tanganku, mereka meledak-ledak seiring dengan emosiku yang makin membara.

 "Brengsek kau makhluk tua, HIAAAAAAH!!" tanpa pikir panjang kulesatkan pukulan kearah jin tua itu, energi yang terlepas dari tanganku dengan ajaibnya mengejarnya yang berusaha menghindar, akhirnya jin itu terpojok "apa??? darimana kau mempelajari serangan seperti itu, kau ini manusia, mana mungkin kau bisa..." tanya dia heran, tanpa kubalas langsung saja kuserang lagi, kali ini seranganku berhasil mengenainya tepat di tangan kirinya, energi yang kulesatkan menghancurkan tangannya dengan mudah, "ini bukan terakhir kalinya kau akan melihatku manusia, kau telah membuat ini menjadi urusan pribadi denganku, tunggu saja pembalasanku" ancamnya, lalu dia sekejap lenyap.

Kudekati Kimi yang tergeltak tak berdaya, dia masih hidup tapi sangat lemah sekali, "bodoh apa yang kau lakukan, seharusnya kau tak perlu melindungi aku" kupeluk tubuh Kimi dan kualirkan energiku untuk menyembuhkannya, hangat sekali energi yang melingkupi kami dan ini dalah untuk pertama kalinya diriku menyembuhkan jin, Kimi masih belum sadar, menatap wajahnya yang terkulai membuatku sedih, dalam hati sudah kuanggap Kimi layaknya seorang 'adik' tingkahnya yang periang dan 'kepo' sangat membuatku penasaran tiap waktu, walau usia Kimi sudah ribuan tahun tapi bagiku dia masih seperti gadis berusia 18 tahun, dan tanpa kusadari mataku mengeluarkan airmata......

"Pangeranku kenapa kau menangis, apakah demi aku.." ucap Kimi lirih, mengetahui itu diriku senang namun rasanya sekarang aku yang menjadi semakin lemah dan perlahan keadaranku hilang.

"Alviaan, kenapa kau pingsan disini, ini kamar mayat bego" teriak Ariana terdengar samar, lalu kurasakan tubuhku dibopong oleh beberapa orang.


-BERSAMBUNG-


2 comments: