Monday 29 August 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Korban Terakhir (bagian 3)

Kimi, Kazza dan "?" (part 1)


Aku bangun dengan rasa seperti melayang di sebuah ruang kesehatan, secangkir minuman disodorkan untukku, "nih minum dulu biar fresh, kamu tadi ngapain aja sih disana kok sampe acara pingsan segala" omel Arina kepadaku.

Tak berapa lama setelah aku siuman seorang anak buah pak Rama memintaku dan Arina untuk datang ke ruangan pak Rama, dalam perjalan aku masih berpikir bagaimana nanti setelah aku ceritakan tentang yang baru saja aku ketahui tentang si pembunuh itu berdasarkan penerawangan tadi, apakah hal yang diluar logika bisa dipakai untuk menggali kasus pembunuhan berantai ini lebih dalam, pikiranku mulai bergejolak sebaiknya kutunggu saja reaksi pak Rama setelah kuceritakan.

Di ruangan pak Rama selama kurang lebih setengah jam kuceritakan semuanya yang ku ketahui, dengan gaya bicaraku yang aneh ceritaku yang tidak masuk di akal ini membuat semua yang mendengarkan terpana seraya menggeleng-gelengkan kepala, kaget, bingung, berpikir keras, itulah ekspresi mereka yang aku lihat, semuanya kecuali Arina yang sudah 'agak' mengerti tentang diriku terlihat terkesima. Setelah diriku selesai bercerita pak Rama langsung memberikan sesuatu padaku, sebuah plastik tempat barang bukti berisi serpihan cincin.

"Cincin ini sepertinya bisa saya pergunakan utuk menemukan guru spiritual tersangka, apakah bapak percaya kepada saya?" tanyaku kepada pak Rama.

"Walau pun ini semua tidak logis dan diluar prosedur penyelidikan tapi dari bantuanmu kami sudah mulai menemukan titik terang, lakukan saja sebisamu dan timku yang akan melaksanakan perburuan tersangka lainnya" jawaban pak Rama yang membuatku semakin yakin. Kusentuh serpihan cincin itu dan kucoba untuk membangun sebuah link untuk melacak pembuatnya.

"Ki Segoro......" ucapku lirih sambil menatap dengan pandangan kosong,

"Lalu dimana keberadaan dia?" tanya pak Rama,
"Dia tinggal di daerah pesisir pantai selatan, di sebuah hutan......hutan yang penuh tanaman jati......padepokan......ada sebuah cungkup makam, hmmm Raden Maung Jagad" sebuah nama terucap dari mulutku, hanya itulah yang dapat aku gali dari energi yang tersisa dari cincin itu.

"Informasi itu sudah cukup bagi intel untuk menemukan lokasinya, jika kita bisa menangkap Ki Segoro itu maka kita bisa menggali keberadaan istri tersangka"  ujar pak Rama menanggapi.

Sudah menjelang sore ketika diriku diantar pulang ke rumahku, selepas mandi aku langsung menuju kamarku dan bermalas-malasan di atas tempat tidurku. Termenung diriku sembari teringat akan permintaan pribadi pak Rama kepadaku, dia memintaku untuk menemani penyergapan Ki Segoro begitu tim buru sergap sudah mengetahui lokasi padepokannya. Paka Rama mempunyai kekhawatiran dengan kemungkinan kalau Ki Segoro juga memiliki ilmu kebal dan ilmu-ilmu lainnya yang bisa mengganggu penyergapan.

Rasa kantuk mulai menyerangku, sebaiknya tak usah kulawan saja lagian diriku sudah lelah, kupejamkan mata lalu teringat tentang Kimi, bagaimana kondisinya apakah dia baik-baik saja. Sudah menjadi kebiasaan untukku tidur dengan banyak pikiran sehingga seringkali terbawa mimpi, tapi untuk kali ini aku benar-benar mencemaskan Kimi karena diriku tadi tak sempat tahu bagaimana keadaannya setelah aku pingsan, tak lama kemudian diriku terlelap.

Mimpi apakah ini? Sebuah pemandangan hijau sepanjang mata memandang, sungguh indah sekali, dan diriku sedang melayang melewati keindahan yang terhampar di bawahku, kurasakan tubuhku dibawa angin menuju ke suatu tempat. Lalu datang seekor burung hitam besar, seekor gagak seukuran dua kali badan gajah, burung lalu ini mendekatiku dan terbang di sampingku.

"Salamku untukmu pangeran, anda datang untuk mengunjungi kerajaan kami, ijinkan hamba mengantarmu ke istana ratu Kimi, beliau saat sedang sakit dan anda pasti sudah mengetahui hal itu" sapanya.

"Ah iya antarkan aku, anu siapakah namamu gagak besar?" tanyaku

"Sungguhlah tabu bagi bangsa kami untuk menyebutkan nama kepada manusia, tapi hamba yakin anda dalam hati sudah tahu pangeran" jawab gagak itu.

Aku mengiyakan sambil kebingungan, apa perlu diriku asal saja menyebut namanya? Selama perjalanan banyak hal yang kupertanyakan pada gagak itu, dari mulai tata negaranya, rakyatnya hingga sejarahnya, dan dia menjawab dengan jujur seadanya.

"Jadi sebagian besar di kerajaan ini para jin yang berwujud hewan ya, sungguh bagai sebuah negeri dongeng, lalu Kimi eh maksudku ratu Kimi seperti apakah wujudnya yang asli, aku nggak yakin dia berwujud seorang gadis manusia?" tanyaku

"Anda akan mengetahuinya sebentar lagi pangeran, dan hamba mohon disana nanti tolonglah Ratu kami itu, kami semua sangat menyayanginya" jawab gagak itu, dan kuperhatikan airmata yang keluar dari matanya yang tajam sorotnya mengisyaratkan betapa gagak ini sangat menyayangi Kimi.

"Satu lagi yang ingin kupertanyakan, kenapa banyak sekali dari kalian memanggilku 'pangeran' aku ini kan manusia, mengenal Kimi saja juga belum lama" sebuah pertanyaan yang membuat si gagak tak mampu menjawab banyak.

"Hamba tak mempunya informasi tentang hal itu, sungguh tabu bagi hamba untuk mengungkitnya" jawabnya dengan sopan.

Tak seberapa lama mulai terlihat sebuah kota, tak seperti kota manusia, kota ini sebagian bangunannya terbuat dari kristal, tanah liat, pualam dan emas. Di tengah-tengah kota itu terdapat sebuah istana megah yang ditumbuhi banyak pohon, dindingnya yang dari tanah liat pun dirambati tanaman sehingga terlihat hijau dari angkasa. Si gagak lalu mengajakku untuk turun ke gerbang istana itu dimana sudah ada yang ditugaskan untuk menyambut kedatanganku.

"Katir!!" ucapku spontan.

"Selamat datang pangeran, mari ikuti hamba menuju ke tempat ratu Kimi beliau masih tak sadarkan diri" jawab Katir dengan ekspresi dingin.

Katir mengantarku masuk ke dalam istana megah itu, sunguh luar biasa indah interiornya, dinding yang  dilapisi pualam dan berhias pohon yang berbuahkan jamrud, lantainya dari emas dan kristal yang ditata dengan motif yang simetris, diriku dibuat takjub dengan isi istana ini.

"Katir, jika saat ini diriku sedang berada di alam jin mengapa aku tidak melewati terowongan 'itu'?" tanyaku sembari mengikuti Katir.

"Anda pangeran tak perlu melewatinya untuk kesini (kerajaan ini), waktu itu pangeran harus ke tempat 'lain' ingatkah" jawabnya tanpa menoleh sekalipun padaku.

"Jadi 'dia' akhirnya ikut kemari juga, apakah pangeran tidak menyadarinya selama ini?" lanjutnya.

"Siapa 'dia' yang kau maksud itu, apakah si gagak tadi, bukankah dia salah satu prajurit disini" tanyaku kebingungan.

"Bukan dia, biar nanti ada yang menjelaskan untukmu pangeran, hamba tidak ingin ikut campur dengan bangsa 'lain' hahaha" dengan santainya Katir menjawab sambil tertawa kecil, makin bingung aku.

Lalu sampailah kami pada ruang istrihat sang ratu, sebuah pintu dari emas yang berdiri megah di depanku langsung terbuka sendiri.

"Masuklah pangeran, mereka sudah menunggu anda, hamba undur diri sampai disini" pamit Katir.

Kumelangkah masuk ke ruangan megah itu dan kulihat seekor rusa raksasa, ukurannya kira-kira enam kali ukuran gajah dewasa, rusa itu terbaring lemah dengan dikelilingi oleh beberapa pelayan yang sedang merawat luka-lukanya. Serasa hatiku sedang berkata sendiri kepadaku untuk mendekati rusa yang terlihat sedang kesakitan itu dan terucap dari mulutku

"Kimi...." ucapku lirih selagi mendekati tubuhnya.

dan tiba-tiba

"Jadi kau mengenali wujud aslinya, dasar kau manusia picik, kakakku menderita karenamu" bentak seorang gadis kecil kepadaku, usianya terlihat seperti 11-12 tahun, lalu dia meninju perutku
.
"Tuan putri jagalah sikapmu, dia kesini untuk membantu kita mengobati ratu" seorang lelaki berpakaian seperti 'alibaba' menenangkan gadis itu.

"Maafkan dia pangeran, tuan putri masih terbawa emosi karena ratu kami sedang terluka" ucapnya menjelaskan padaku.

"K-kamu adalah jin kelana, tabib dan pencipta benda-benda ajaib di dunia ini" ucapan mulutku tanpa berpikir, 

"Hazzam?" lanjutku

"Pangeran hebat sekali bisa mengetahui siapa diriku, bahkan namaku bisa disebutkan dengan benar, mari ikutlah denganku, ratu harus kita sembuhkan" Hazzam menarik tanganku dan membawaku lebih dekat ke tubuh Kimi.

Kusentuh tubuh Kimi dengan kedua tanganku, kucoba mengalirkan energiku ke tubuhnya, Hazzam dan pelayan lainnya mengikutiku juga melakukannya. Ajaib, wujud Kimi berubah lagi menjadi wanita, kurasa caraku ini berhasil dan kulanjutkan sampai Kimi kembali membuka matanya, dia menatapku dengan berkaca-kaca.

"Kakaaak kau telah sembuh" gadis kecil itu langsung memeluk Kimi yang sudah sadar.

"Kazza...." ucap Kimi lirih menyebut nama gadis kecil itu.

"Kazza ini adikku pangeran, aku mohon maaf atas sikapnya kepadamu tadi, sekali lagi kau telah menyelamatkan aku" lanjutnya

"Justru kamulah yang menyelamatkan aku, anggap saja impas ya" balasku.

Kemudian Hazzam mendekatiku dan mengajakku keluar karena Kimi harus beristirahat Kazza juga mengikuti kami, sesekali Kazza melirikku dengan muka sebal, sungguh benar-benar masih bocah dia. Aku dibawa ke sebuah ruangan untuk bersantai.

"Kau berani datang kemari membawa pengawal dari suku naga" omel Kazza memecah kesunyian.

"Apa maksudmu, aku kemari ini datang sendirian saja kemari" sanggahku.

Lalu Hazzam menengahi kami,

"Sepertinya pangeran tidak menyadarinya ya, 'dia' mengikutimu semenjak lahir sebagaimana 'dia' mengikuti leluhur-leluhur anda, hmm dia berwujud naga hitam di mata kami, ijinkan aku 'membuka' matamu pangeran" Hazzam menjelaskan dan dia mendekatiku lalu menyentuhkan jarinya ke dadaku.

Tidak ada yang aku rasakan sama sekali, entah apa yang dilakukan Hazzam tadi kepadaku, tapi tiba-tiba diriku merasakan kehadiran 'seseorang' lagi selain kami di ruangan ini. Kutolehkan kepalaku ke belakang dan aku terkejut mendapati seekor naga hitam besar terbang meliuk-liuk di belakangku.

"Turunlah dan perkenalkanlah dirimu, pangeran sudah mengetahui keberadaanmu" kata Hazzam kepada naga itu.

Naga itu turun dan merubah wujudnya menjadi seorang lelaki berpakaian seperti panglima perang China kuno, dua buah tombak melayang di belakang tubuhnya, pedang besar di genggamannya, wajahnya oriental dengan roman dingin, bagaimana mungkin diriku tak menyadari kehadirannya hingga saat ini.

"S-Siapa kau, benarkah kau selama ini berada did ekatku, eh maksudku mengikutiku?" tanyaku pada 'naga' itu.

"..............huh" dengan tatapan sombong dia berpaling diam dariku.


-BERSAMBUNG-


No comments:

Post a Comment