Tuesday 23 August 2016

Serial Detektif Indigo (SDI): Korban Terakhir (bagian 1)

Serial Killer Diary


"Bangun pangeran........hei bangunlah.....ALVIAAAAN!! bangun ah kamu sudah janji tadi siang...." suara Kimi membangunkanku di tengah malam, biarpun hanya diriku yang bisa mendengarnya namun tetap saja bagiku itu memekakkan sekali. Masih setengah mengantuk lalu kunyalakan komputerku dan aku kembali terlelap dakam mimpi, sementara itu kubiarkan Kimi 'memainkan' tanganku untuk menggunakan komputer itu sesukanya. Tadi siang diriku masih sibuk dengan pekerjaanku tapi Kimi ingin sekali berinternet ria untuk mengetahui dunia manusia modern, akhirnya dia kujanjikan malam nanti saja untuk surfing di internet, entah bagaimana tapi Kimi cepat sekali paham dan terlihat sangat haus akan informasi. Seperti biasanya Kimi kutinggal tidur di kursi lalu besoknya dia bertanya macam-macam tentang isu-isu di dunia manusia, dasar jin kepo.

Pagi harinya seperti yang telah kutebak, Kimi mengajukan berbagai pertanyaan di kepalaku. "Aku tak paham dengan kelakuan para manusia, mengapa mereka sampai tega berbuat jahat hanya demi harta" tanya Kimi, "karena manusia butuh duit untuk membeli barang kebutuhan Kim, entah kebutuhan utama atau kebutuhan untuk maksiat, kami gak seperti bangsamu yang mengandalkan hanya 'energi' untuk makan, atau pun bertukar barang" jawabku enteng, "makanya ada juga kan dari bangsamu yang menawari manusia untuk mendapatkan harta dengan mudah, sebagai gantinya manusia itu juga yang mereka 'makan' energinya, kami menyebutnya 'tumbal' Kim" sambungku. Kimi mulai paham dengan penjelasanku tadi, dia lalu tentang hal-hal lainnya yang jawabannya mudah bagiku untuk menjelaskannya.

"Nanti siang kau akan kedatangan tamu, aku ada urusan di tempat lain, aku pamit pergi dulu" pesan Kimi kepadaku, aku jadi bertanya dalam hati siapa gerangan yang akan datang nanti, ada urusan apa denganku. Tak lama kemudian HP ku berbunyi, ada pesan masuk dari Arina, "VIN, SIANG NANTI AKU KE RUMAHMU MENGANTAR SESEORANG YANG MENGINGINKAN BANTUANMU", tulisnya singkat, siapa lagi yang dia bawa kemari, jangan-jangan pasiennya yang sudah 'gila' kali ya, gumamku dalam hati. 

Semenjak kasus Kemala hubunganku dengan Arina jadi semakin dekat, dan sejak itu juga dia telah beberapa kali membawa orang yang tidak aku kenal ke rumahku, mulai dari yang merasa dirinya dihinggapi jin, minta diramal, minta dicarikan anggota keluarganya yang hilang sampai yang terakhir Arina membawa kakaknya yang pertama kemari untuk minta tolong kepadaku untuk mengecek calon istrinya dari foto yang ditunjukkan padaku (-_-), dibuang kemana itu logikanya, dia kan seorang dokter kejiwaan. Sambil menunggu Arina kusempatkan berpikir tentang siapa kali ini yang dibawanya kemari, kali ini sedikit kumerasakan ada 'visi' yang terlintas tanpa kupejamkan mataku.

Sebuah ruangan berdinding kayu, hawanya lembab dan dingin, ada bau bangkai yang terkadang melintas karena terbawa oleh angin.

Seakan sebuah insting akan didatangi oleh kematian 'visi' tadi lalu menghilang dengan sekejap, 30 menit kemudian Arina tiba di rumahku, kusambut dia di depan rumah. Pemandangan yang kulihat sangat mengejutkan, Arina tiba dirumahku dengan menggukanan mobil dinas kepolisian, dia turun lalu diikuti oleh tiga orang pria berpakaian dinas polisi, mereka kupersilahkan masuk ke ruang tamu rumahku. "Vin perkenalkan beliau ini pak Rama, reserse senior di polda" Arina memperkenalkan tamu itu kepadaku, "selamat siang dik Alvian, apa kabar, semoga saya tidak merepotkan saudara" ujar pak Rama menyapaku dengan ramah. "Boleh saya bertanya ada keperluan apa dengan saya hingga sampai diantarkan Arina kemari?" tanyaku, tanpa basa basi pak Rama langsung bercerita panjang lebar.

"Dua hari yang lalu tim reserse kami berhasil menangkap seorang pembunuh berantai yang kasusnya marak dua bulan ini, sayangnya tersangka ini melawan waktu ditangkap, dia berhasil melukai dua anggota tim buru sergap sehingga anggota kami melakukan penembakan pada tersangka. Keganjilan terjadi pada saat tersangka ditembak, dia ternyata kebal peluru, tersangka ini semakin membabi buta sehingga tubuhnya terpaksa dihujani peluru oleh anggota kami, sebuah kebetulan salah satu peluru melesat tepat di jari manis tersangka sehingga dia tiba-tiba semakin berulah seperti orang kesetanan, dan kami melepaskan tembakan sekali lagi, sungguh ajaib kali ini peluru-peluru itu berhasil menembus tubuh tersangka. Selanjutnya jenazah tersangka dievakuasi untuk diotopsi, dan tim kami menggeledah rumah persembunyian tersangka untuk mengambil beberapa barang yang berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan tersangka".
 Kemudian sebuah buku yang terlihat lusuh disodorkan padaku, "ini dia buku harian si pelaku" kata pak Rama, dan kuulurkan tanganku untuk mengambil buku itu, begitu jariku menyentuhnya......

Sebuah adegan yang sangat sadis terjadi di depan mataku, "apa ini? kenapa aku memegang pisau jagal...." tanyaku dalam hati, lalu kumeraih sebuah tangan seorang bocah lelaki dan kutebas dengan pisau tadi, CLAK CLAK CLAK, sungguh sadis darah muncrat kemana-mana dan suasana pun berubah, perlahan gelap lalu perlahan terang kelabu. "Tunggulah nak, sebentar lagi tubuh barumu selesai" sebuah kalimat terucap serasa dari mulutku yang tak terkendali, lalu tubuh ini melangkah keluar dari sebuah ruangan yang entah tak terlihat begitu jelas, ada meja dan sebuah buku yang terlihat sama persis dengan buku yang tadi disodorkan padaku........dalam sekejap sebuah tangan memegang tanganku dari sebuah sosok berjubah hitam, wajahnya tak terlihat dan genggamannya itu sangat kuat, "pergi kau, ini bukan urusanmu bocah" sebuah suara dilontarkan oleh sosok itu kepadaku, lalu kumerasa menjadi lemah dan.........

Pikiranku sadar kembali, kuraih buku harian lusuh yang disodorkan pak Rama kepadaku, "mungkin kamu bisa mendapatkan atau paling tidak melihat sesuatu dari buku ini" ucap pak Rama, "ya baru saja kudapatkan yang anda maksud pak" jawabku dalam hati. Kubaca buku itu dan isinya catatan-catatan tentang rencana penculikan dan 'bagian' yang dipotong dari tiap korbannya, "pelaku ini bukan seorang psikopat....tapi orang yang sudah terobsesi dengan ilmu hitam pak......dia ingin menghidupkan kembali anaknya dengan tubuh baru" ucapku tanpa berpikir, sambil melanjutkan membaca buku itu aku terus berbicara seakan mulutku langsung mengetahui isinya.

"Dia membutuhkan dua buah tangan, dua buah kaki dan sebuah badan, jadi dia harus menculik setidaknya 5 orang bocah laki-laki dengan ciri2 tubuh atau postur yang sama, ada pun waktu untuk memotong anggota tubuh korbannya adalah harus pada hari-hari dengan weton tertentu". Lalu mulutku berhenti berbicara dengan kepalaku terasa pusing sekali, "kamu baik-baik saja Vin" ucap Arina cemas, "tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing saja" jawabku, kemudian dengan gelisah aku lanjut menjelaskan kali ini dengan pikiranku secara logis, "sepertinya orang ini ingin membuat semacam Frankenstein untuk menhidupkan anaknya, entah darimaa dia mendapat pemikiran gila seperti itu, saya menduga dia memiliki seorang guru ilmu hitam pak, lalu jika pelaku ini sudah tewas apa yang membuat kepolisian masih menyelidikinya?".

Pak Rama dengan serius mengatakan "kami belum menemukan satu korban terakhir, sisanya yang empat korban itu sudah ditemukan, semua dalam keadaan tewas, tapi yang satu korban ini.........kami menduganya masih hidup", dengan ragu lalu kumenyambung dengan menceritakan visi-visi yang aku lihat tadi. Lalu terucaplah sebuah kalimat dari mulutku yang akan sangat kusesali besok........

"Saya harus melihat mayat si pembunuh itu pak!!"

-BERSAMBUNG-

2 comments:

  1. Kak, pengalaman yg keren 👍👍👍👍 .....penasaran sama kelanjutan ceritanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. lanjutannya sudah update, ada judul baru pula, selamat membaca yah, makasih dah mengikuti ^_^

      Delete