Chronicles of Nina-2
Sekejap
di dalam gelap kudengar suara Kimi menuntunku "teruslah berjalan
kedepan, sebentar lagi gerbang itu akan kau temukan" ucapnya, perlahan
aku mulai melihat cahaya putih terang kebiru-biruan dan tanpa ragu
kupercepat langkahku menuju cahaya itu, tetapi begitu mulai mendekati
cahaya itu kumendengar suara "siapa yang mengijinkanmu menggunakan pintu
ini, manusia?" ucap suara tersebut yang lalu disertai kemunculan sosok
seorang kakek berjubah hitam, "aku yang mengajaknya kesini Katir, dia si
pangeran itu" jawab Kimi pada sosok kakek tadi, "oh ternyata yang mulia
Ratu Kimi, hamba tak akan ikut campur lagi, namun apakah manusia ini
tahu syarat untuk melewati pintu ini wahai Ratuku?" kata kakek itu, "dia
belum tahu, tapi aku yakin dia bisa, bersiaplah untuk takjub Katir"
jawab Kimi, diriku yang dari tadi mendengar mereka bercakap-cakap lalu
bertanya, "apa maksud kalian kakek Katir tadi, eh itu namamu kan kek?
Kimi apa yang tidak aku ketahui disini ayo beritahu aku?" tanyaku dengan
heran, "untuk bisa melewati pintu itu kau harus menyebutkan ketujuh
nama mereka, kau pasti bisa, yakinlah pada hatimu dan ucapkanlah tanpa
ragu, aku tak bisa membantumu memanggil mereka untukmu pangeran" balas
Kimi. Semakin bingung aku dibuatnya, akhirnya aku harus memutar otak
untuk bisa memecahkan teka-teki aneh ini. Kuingat lagi pada waktu diriku
yang bocah itu menolong Kimi, lalu kugali dan kugali lagi hingga
akhirnya aku mengingat suatu kenangan yang tertancap dalam dihatiku,
kenangan pada saat diriku akan dilahirkan oleh ibuku, entah bagaimana
aku selalu mengingat sesaat sebelum diriku dilahirkan di kegelapan alam
rahim muncul sebuah terowongan cahaya di dalamnya ada tujuh cahaya putih
yang lalu berubah menjadi sosok berbadan manusia dari cahaya putih
pula, ketujuh sosok itu lalu menawarkan kepada diriku untuk memilih
terlahir untuk ikut mereka dan menjadi pemimpin mereka atau terlahir
sebagai anak dari ibuku, dan kujawab kalau diriku memilih terlahir
sebagai anak dari ibuku, lalu mereka berpamitan dan pergi lenyap begitu
saja menuju terowongan cahaya putih kebiruan. Dari situ aku mulai paham
namun bagaimana mungkin diriku mengetahui nama-nama mereka, mendengarnya
saja belum pernah!?, tanpa banyak tanya lagi kudekati pintu cahaya itu
lalu secara asal mulutku menyebut tujuh nama yang belum pernah aku
dengar sebelumnya "Haaz, Alkariiq, Muzhaf, Sukho, Alkatiri, Syaam,
Eezwan" setelah itu perlahan muncul tujuh bola cahaya mengelilingi
tubuhku, ketujuhnya lalu perlahan berubah menyerupai tubuh manusia, "kau
memanggil kami setelah sekian tahun, sekarang kau telah dewasa maka
terimalah peberian kami ini untukmu, pangeranku jaga dan bimbinglah
Kimi, kami menyerahkannya padamu" ucap mereka, lalu salah satunya
menyodorkan tangannya hingga menembus badanku, entah apa yang
dimasukkannya, setelah itu mereka tiba-tiba lenyap. Kimi mendekatiku dan
mengajakku untuk melewati pintu itu, "pangeran, jagalah Ratu Kimi
disana" ujar Katir kepadaku, aku menoleh padanya dan mengangguk, lalu
kulangkahkan kakiku dan Kimi menuju sebuah terowongan cahaya.
Di
dalam terowongan cahaya itu diriku berjalan bersama Kimi, tanpa
kusadari dari tadi ternyata matanya berlinang dengan airmata, "jin juga
bisa menangis ya?" tanyaku, "ketujuh leluhurku tadi begitu berharap
padamu sebagai penyelamat dunia kami, mereka bahkan menyerahkanku
kepadamu sejak kau belum lahir, kau adalah yang terpilih untuk
mengakhiri perang di duniaku, di alam jin yang sudah terpecah ini" jawab
Kimi sembari memelukku dari belakang dengan erat. "Kimi....aku tak tahu
bagaimana sesungguhnya situasi di alam jin, duniamu, tapi dari beberapa
tahun yang lalu sudah kurasakan sebuah ketidak seimbangan yang terjadi,
dan hal itu berefek juga ke dunia manusia, alam fana yang juga rapuh
akan perang di sebagian wilayahnya", mendekati pintu keluar terowongan
cahaya kurasakan ada yang tidak beres di seluruh badanku, sebuah rasa
seperti sebuah kekangan yang menyulitkanku untuk bergerak, "kita sudah
sampai, ikuti aku" kata Kimi dan kuikuti dia melewati pintu keluar dari
terowongan cahaya.
Kami
keluar dari terowongan itu dan langsung berada di sebuah ruangan berupa
kamar yang kotor sekali dan banyak noda menghiasi dinding serta
lantainya. Entah kenapa mendadak aku pun merasa mual dan lemah sekali,
sepertinya diriku belum terbiasa dengan alam ini, Kimi yang mengetahui
kondisiku memelukku dari samping "Alvian kau belum terbiasa disini, kau
harus beristirahat dulu dan ada beberapa hal yang harus aku jelaskan
padamu" ucap Kimi, "tak ada waktu untuk beristirahat, Nina harus segera
kita temukan" balasku, "kau tak perlu mengkhawatirkan tentang waktu,
aliran waktu di duniku dan duniamu berbeda, sekarang dengarkan aku, di
dunia ini kau tidak akan merasa lapar atau pun haus, tapi kau masih bisa
merasakan sakit, di duniaku ini energi menjadi sumber makanan utama,
energi juga merupakan senjata, dan untuk berbicara ada kalanya kau tak
perlu membuka mulutmu sama sekali, gunakan batinmu, hatimu, jin itu
makhluk yang sangat sensitif jadi jagalah lisanmu di dunia ini, lalu ada
pantangan bagi kami untuk dipanggil dengan nama asli oleh makhluk
selain kami" ujar Kimi memberi penjelasan. Setelah sebentar beristirahat
badanku sudah mulai enakan, lalu kulangkahkan kaki menuju sebuah pintu
yang sepertinya menuju ke bagian lain dari tempat ini, "Kimi, sebaiknya
kau kembali saja ke tempatmu, aku bisa mengatasinya sendiri disini"
ucapku pada Kimi, "aku tak akan membantahmu pangeran, semoga kau
berhasil menemukan gadis itu, dan kau boleh memanggilku kapan saja
apabila kau membutuhkan aku, walau pun tidak ada diriku kau pun tidak
pernah sendiri, pangeran" balas Kimi, aku jadi berpikir apa maksud dari
"diriku tidak pernah sendiri", ah sudahlah biar kupikirkan di lain waktu
sajalah, Kimi pun berpamitan dan secara perlahan dia lenyap seperti
angin di hadapanku, aku kembali menuju pintu dan bersiap untuk
menelusuri tempat ini untuk mencari Nina.
Kubuka pintu itu dan melangkah memasuki sebuah lorong yang sangat panjang dengan beberapa pintu dari kayu yang sudah terlihat berlumut, terdapat gembok di masing-masing pintu tadi, langkahku terhenti ketika berada pas di tengah-tengah lorong itu, kurasakan hawa sangat jahat dari arah depanku, lalu datanglah segerombolan asap hitam pekat dan berbau sangat busuk menerobos dari arah belakangku, asap itu lalu berkumpul menggumpal jadi satu di hadapanku dan mulai membentuk sebuah sosok, semakin jelas bentuk dari sosok itu dan semakin sangar pula hawa jahat yang kurasakan dan kurasakan lagi rasa mual serta rasa sakit di kepalaku, akhirnya lengkap sudah wujud fisik dari sosok tadi dia menyerupai seorang wanita tua bertubuh raksasa dengan rambut putih kekuningan yang terurai panjang sampai ke lantai, kulitnya di beberapa bagian bersisik, kukunya panjang-panjang dan sesekali mengeluarkan asap busuk berwarna coklat dari mulutnya yang bertaring, bola matanya melotot keluar dan makhluk ini hanya memakai sebuah celana dalam putih kotor dan bernoda dan sisanya tak mengenakan apa pun di tubuhnya.
"IHIHIHIHI,
kau berani kemari manusia, lancang sekali kau memasuki rumahku tanpa
permisi,tujuanmu kemari pasti untuk mengambil bocah manusia itu,
lupakanlah, dia adalah budakku sekarang, jiwanya merupakan sumber energi
untuk makananku WIHIHIHIHIHI!!" kata makhluk itu dengan sombong lalu
dia mendekatiku dengan cepat, badanku yang menjadi lemah tiba-tiba
diangkatnya dan dibanting, setelah itu ditendangnya perutku, aku
benar-benar tidak berdaya menghadapi jin tua ini. Rambutku dijambak dan
diseretya tubuhku menuju sebuah kamar, kemudian kulihat dia dengan
kukunya merobek perutnya sendiri dan keluar menjulur usus-ususnya yang
meliuk-liuk sperti layaknya seekor ular, lalu dengan ususnya tadi dia
mengikatku di sebuah dipan yang sudah berkarat setelah itu dia memotong
ususnya lalu dia beranjak meninggalkanku di kamar itu. "Kau ini....kau
ini pastilah yang disebut "WEWE GOMBEL" oleh para manusia" ucapku yang
membuat makhluk itu berhenti melangkah dan menengok ke arahku, "masih
bisa bicara juga kau manusia tengik, anggap saja seperti itu tapi aku
jauh lebih tua dari "Wewe Gombel" yang kau sebut itu hahahahaha" ujarnya
sambil melangkah meninggalkan diriku yang terikat tak berdaya. Makhluk
ini pastilah salah satu leluhur dari para "Wewe Gombel" golongan jin
yang suka menculik anak manusia untuk diserap energinya untuk dijadikan
sumber makanannya, kataku dalam hati.
Dalam
keadaan terikat dan tubuh yang melemah aku berpikir keras untuk bisa
melepaskan diri dari ikatan ini, sejenak berpikir lagi lalu kumengingat
kata-kata Kimi "di duniaku ini energi menjadi sumber makanan utama, energi juga merupakan senjata",
dari kata-kata itu kuputar otakku untuk membuat siasat dan mempelajari
sesuatu bahwa apabila energi manusia bisa jadi makanan para jin maka
energi itu pun mampu dijadikan sebagai senjata juga, lalu kupejamkan
mata dan sekilas kumelihat sebagaimana diriku waktu dulu menyelamatkan
Kimi dari kepungan para jin jahat, kugenggam erat jari di kedua tanganku
dan kufokuskan semua energi yang mampu kurasakan ke telapak tangan,
"sudah saatnya kau gunakan kekuatanmu pangeran, dulu sewaktu engkau
lahir kami menyegelnya di dalam tubuhmu, sehingga kau hanya mampu
menggunakan sebagian kecil saja, lalu kami membuka kembali segelnya
setelah kau dewasa, ingatkah engkau pangeran" sebuah suara dari beberapa
orang terdengar di telingaku dan membawaku mengingat pada waktu diriku
bertemu ketujuh leluhur Kimi pada waktu di depan pintu cahaya, salah
satu dari mereka mendekatiku dan tangannya "menembus" ke badanku, diriku
pun semakin paham lalu kutingkatkan fokusku, kurasakan rasa hangat pada
kaki dan tanganku yang terikat dan BLAAAR api biru yang keluar entah
dari mana membakar usus-usus "Wewe Gombel" hingga kering dan aku bisa
melepaskan diri dari ikatannya. Sekarang aku fokus pada menyembuhkan
diriku ini terutama badanku, dengan konsentrasi penuh kualirkan energi
untuk penyembuhan diri. Aku sudah segar lagi, sekarang saatnya diriku
bergegas untuk menemukan dimana Nina disekap oleh "Wewe Gombel",
kumelangkah keluar dari kamar tempatku dikurung tadi dan menjelajahi
rumah "Wewe Gombel", satu persatu pintu yang digembok kudobrak dengan
energi yang kubalutkan di tangan kananku. Hingga kujumpai sebuah pintu
kayu yang dilapisi besi berkarat, walau agak susah tapi aku berhasil
membukanya dengan paksa, sekejap dari balik pintu itu seekor kera hitam
besar menyerangku diikuti dengan ratusan ular hitam, sontak diriku
berlari menghindari serangan membabi buta hewan-hewan tadi, sembari
menghindar kusiapkan serangan berbasis energi dan kulontarkan kearah
gerombolan hewan-hewan buas tadi, BLUAAAR suara ledakan energi yang
sangat keras disertai potongan tubuh hewan yang tercabik-cabik, kemudian
diriku melangkah kembali menuju ruangan tadi, begitu kakiku menginjak
ruangan itu dari dinding- kamar muncul berbagai makhluk lagi, kali ini
mulai dari pocong, kuntilanak sampai gendruwo sepertinya bersiap untuk
menyerangku.
Kupejamkan
mata, dengan pikiran dan mata batinku kusiapkan lagi sebuah serangan
untuk memukul mundur jin kelas rendah yang mengambil wujud hantu-hantu
lokal tadi, dan berhasil mereka terpental kembali ke dalam
dinding-dinding itu. "SIALAN KAU MANUSIA TENGIK, KAU TAK AKAN KUAMPUNI,
KUBALAS KAU DAN KUSEKAP JIWAMU UNTUK SELAMANYA DISINI, DAKN KAU TAK AKAN
BERHASIL MENEMUKAN BOCAH MANUSIA YANG KAU CARI" suara "Wewe Gombel"
bergema di ruangan itu. Perasaanku mengatakan ada sesuatu di ruangan ini
yang menyembunyikan keberadaan Nina karena kurasakan hawa gadis itu
sangat lemah di ruangan ini, kembali kupejamkan mata dan kubertanya
dalam hati "Nina...Nina..apakah kamu berada di dekat sini?", lalu entah
apa penyebabnya salah satu sisi dinding di ruangan itu retak dan membawa
kecurigaanku kesana, kudekati lalu kuamati tembok yang mendadak retak
itu, kurasakan sebuah energi yang sepertinya menyegel sesuatu dari balik
dinding ini. Kubalutkan lagi energi di kedua tanganku untuk menjebol
dinding yang sudah retak itu, BRUAKK, dinding itu runtuh dan di baliknya
terdapat sebuah ruangan yang dipenuhi oleh tulisan-tulisan aneh,
"inikah tulisan bangsa jin, sepertinya sebuah mantra penyegelan yang
sudah sangat tua" gumamku dalam hati, di ujung ruangan itu kumelihat
sebuah pintu berwana merah yang kondisinya masih sangat bagus tidak
seperti pintu-pintu lainnya di rumah ini, kudekati dan
kuamati......astaga! warna merah di pintu ini adalah cat dari darah
segar, dengan jijik kucoba untuk membuka pintu yang ternyata terbuat
dari besi, kucoba menendang tapi pintu itu tak bergeming bahkan tidak
mengeluarkan suara, kukerahkan seluruh energi pada seluruh tubuhku untuk
mencoba mendobrak pintu itu sekali lagi........
Kudobrak
pintu besi berwarna merah itu dengan sekuat tenaga,
BRUAAAK!! pintu itu akhirnya terbuka, akhirnya aku memasuki ruang utama
tempat Nina disekap oleh
"Wewe Gombel", kutemukan Nina tergeletak lemah di atas sebuah tikar
jerami tepat di depan jendela beruji yang sudah berkarat, "akhirnya
'tubuh jiwa' Nina kutemukan, semoga diriku tidak terlambat". Kuangkat
tubuhnya yang sangat lemah itu, kugendong dan langsung kakiku bergerak
cepat keluar dari kamar dan menuju terowongan cahaya tempatku datang
menuju alam jin ini.
Sepanjang
perjalananku menuju terowongan cahaya dari kamar-kamar yang tadinya
kosong sekarang keluar berbagai makhluk dalam beragam rupa mencoba untuk
menghalangiku kabur, dengan membawa 'tubuh jiwa' Nina kau hanya bisa
menghindari serangan-serangan mereka. Sungguh diriku hampir kepayahan
dibuatnya, serangan-serangan itu tiada henti mendatangiku, akhirnya
kucepatkan laju kakiku berlari.
Terowongan itu sudah
terlihat dan aku berlari bergegas menuju kesana, namun tiba-tiba,
"WIHIHIHI!! kau tak akan mampu menghadapiku manusia, ayo lepaskan anak
itu maka kuampuni nyawamu" ancam "Wewe Gombel" yang berdiri tepat di
depan terowongan cahaya berusaha menghalangiku menyelamatkan Nina.
"ucapkanlah Alvian, ayo kau sangat membutuhkan pertolonganku saat ini"
ucap Kimi yang mendadak muncul di samping kiriku (entah datang dari mana
dia), "tidak akan sampai kapan pun, dan kutegaskan sekali lagi padamu,
kau tak berhutang apa pun pada diriku, "kejadian" waktu itu kuanggap tak
pernah terjadi, minggirlah Kimi, jin tua itu sudah berhasil membuatku
"MARAH" dan aku yakin kau tahu apa yang akan segera terjadi padanya"
ujarku pada Kimi dan dia pun sedikit menjauh kebelakangku, "biarkan aku
membawa gadis itu "pangeran" (Kimi selalu memanggilku pangeran apabila
dia menunjukkan ketakutannya kepadaku) " ucap Kimi berusaha
meyakinkanku, "aku percaya padamu untuk itu, lindungilah Nina dan
lindungilah dirimu juga" balasku sembari menyerahkan Nina kepada Kimi.
Lalu
kuberlari kearah "Wewe Gombel" dengan amarahku yang telah memuncak,
"hahahaha kau berani melawanku manusia bodoh" tawa jin tua itu
menyambutku, DUAAAK!! tendanganku tepat mengenai kepala "Wewe Gombel"
disertai petir-petir kecil yang keluar dari kakiku sedikit membakar
kulitnya, "KURANG AJAR KAU" teriaknya kesakitan, sembari jin tua itu
mencoba untuk berdiri diriku yang sudah telanjur marah mulai menyiapkan
pukulan energi seperti yang dulu pernah Kimi perlihatkan, bola-bola
energi berbagai warna yang disertai kilatan-kilatan ledakan energi mulai
berkumpul di kepalan tangan kanan dan kiriku dan kuhantamkan semuanya
ke tubuh "Wewe Gombel" hingga tercipta sebuah ledakan yang
mencabik-cabik seluruh tubuh jin tua yang jahat itu. "tolonglah aku
tuan, ampuni aku yang sudah tua ini...." ucap "Wewe Gombel" lemah,
kudekati kepalanya yang tergeletak lemah itu "aku sudah memintamu dengan
baik-baik bahkan memperingatkanmu, sekarang aku tak akan mengampunimu
Khosyii" ucapku padanya, "darimana kau tahu nama itu, mana mungkin
seorang manusia bisa mengetahui nama-nama asli bangsa kami, para jin"
ujarnya ketakutan dan semakin lemah, "siapa kau manusia, siapakah dirimu
yang sebenarnya??.........." teriaknya dengan penasaran, "keturunannku
akan terus memburumu manusia...lihat saja kau...mereka akan membalas
perbuatanmu kepadaku......mereka...mereka...aaaaaakh" dan Khosyii
alias "Wewe Gombel" pun tewas, jin tua itu mati dengan rasa penasaran
tentang keingin tahuannya tentang diriku. "Kimi ayo kita kembali ke
alamku", Kimi pun mengikutiku ke terowongan cahaya, "seharusnya kau tadi
tak perlu semarah itu, Khosyii itu bisa kau kalahkan dengan mudah, aku
pun tak ingin melihatmu semarah itu pangeran" ucap Kimi sambil
menundukkan wajahnya, lalu dia menyerahkan kembali Nina kepadaku.
Kami
bertiga akhirnya kembali ke alam manusia dan terowongan cahaya
menghilang dengan sendirinya. Segera aku melangkah menuju tubuh manusia
Nina, kemudian kubaringkan 'tubuh jiwa' Nina disampingnya, dengan
sendirinya 'tubuh jiwa' itu menyatu dengan tubuh manusianya. Tak lama
kemudian mata Nina terbuka, dengan lirih keluar ucapan dari bibirnya
yang lama membisu, "mama.......mama..mamaaaaaa" ucapnya lemah, "Ninaaaa, mama
disini nak, Ninaku sayaaang kamu sudah kembali...." balas Arimbi sembari
berlinang airmata.
Waktu
itu sudah sore hari, Nina dengan selamat kembali ke alam manusia,
Arimbi ibu Nina sangat bahagia berurai airmata, suaminya yang kebetulan
baru pulang pun tak kalah kaget, dia juga menangis bahagia, sedangkan
Arina yang pada mulanya ikut bahagia karena Nina sudah kembali mendadak
menyadari satu hal........."Viiin.....Alviaaaan, hei bangunlah Nina
sudah kembali" teriaknya pelan sambil mengguncang-guncang tubuhku yang
belum sadar. Arina panik dia tak tahu harus berbuat apa karena aku belum
sadar, lalu dia memperhatikan jari pada tangan kanan bergerak seperti
memberi isyarat, tanpa tahu apa artinya itu Arina kebingungan, suami
Arimbi seakan tahu makna dari gerakan jari tanganku, dia berinisiatif
mengambil handphonenya dan meletakkannya di jemariku yang bergerak-gerak
tadi. "BAWA TUBUH INI KE KAMAR MANDI, BASAHI KEPALA DAN USAP TENGKUKNYA, ALVIAN MASIH TERTAHAN DI ALAMKU"
ketik jemariku di handphone suami Arimbi, Arina yang ikut membaca pesan
itu lalu membalas bertanya "kau siapa, dimana sebenarnya Alvian, kenapa
kami harus mempercayaimu?", "AKU KIMI, TEMAN SEDARI KECILNYA,
PERCAYALAH PADA KATA-KATAKU DAN SEGERALAH LAKUKAN YANG AKU SURUH TADI,
KAU PUN JUGA INGIN ALVIAN SADAR KEMBALI KAN", tanpa pikir panjang
suami Arimbi menggotong tubuhku ke kamar mandi bersama Arina, lalu
mereka melakukan apa yang diberitahu oleh Kimi tadi, BYUUUR, dan aku pun sadar kembali.
Sore
itu juga kami membawa Nina ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
medis karena kondisinya masih lemah. Di luar ruangan tempat Nina dirawat
Arimbi dan suaminya mengucapkan rasa terima kasihnya kepadaku, mereka
merasa sangat berhutang budi kepadaku. "Saya pribadi ingin memberimu
hadiah atas apa yang telah kau lakukan pada Nina, kami sangat berhutang
besar padamu, saya sampai bingung harus membalas dengan apa untukmu"
ucap suami Arimbi kepadaku, "Sudahlah saya tidak megharapkan imbalan apa
pun, itu pun tadi hanya sebuah kebetulan kok saya bermain ke rumah
Arina terus diajak ke rumah anda" balasku, "eh bagaimana kalau kalian
merestui hubunganku dengan Arina saja" lanjut ucapanku dengan percaya
diri, Arina yang berdiri di sampingku langsung mencubit pinggangku
dengan keras, "seenaknya saja" omelnya padaku. Arina lalu memaksaku
berpamitan pada kakaknya dan langsung menyeretku pulang.
Arina
mengantarku pulang, di dalam mobilnya dia berkata padaku "terima kasih
atas apa yang telah kau lakukan pada Nina" ujarnya sambil berlinang
airmata, "sekarang aku siap untuk mendengarkan ceritamu tentang Kemala,
aku sudah percaya kepadamu Vin, ceritakan semua yang kamu ketahui
tentang Kemala dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kasusnya"
sambungnya. "singkat saja penjelasanku, Kemala masih hidup dan dia telah
melakukan tindak kejahatan yang serius".
-BERSAMBUNG-
No comments:
Post a Comment