Tuesday 9 August 2016

“Susi” Kuntilanak Kebun Raya Purwodadi

Aku kembali menjadi salah satu bagian dari kepanitiaan kemah bakti akademi di semester kelima masa kuliahku, tahun 2007 dan masih di tempat yang sama seperti tahun sebelumnya fakultasku memilih Kebun Raya Purwodadi sebagai tempat kemah bakti. Namun pada tahun 2007 ini semua tidak berjalan mulus seperti tahun sebelumnya, berbagai gangguan gaib sudah menimpa acara kami semenjak rombongan kami memasuki gerbang kebun raya.

Pada pagi hari pertama dosen pembimbing kami sudah disibukkan dengan permintaan bantuan dari rombongan fakultas lain yang kebetulan juga mengadakan acara di kebun raya. Fakultas ini rupanya sudah bersiap-siap untuk pulang namun ada satu ganjalan sehingga meminta pertolongan dosen pembimbing dari fakultasku (dosenku ini paham tentang hal gaib). Mereka meinta tolong untuk membantu menyembuhkan maba yang kesurupan sejak hari pertama acara mereka digelar.

Selepas dari “selingan” diatas aku dan rombonganku mempunya cerita tersendiri yang jauh lebih seram. Semua diawali pada hari sore hari ketiga dimana kami membina peserta gelombang kedua (gelombang pertama sudah pulang sekitar jam 10 siang). Kami para panitia terutama yang laki-laki dipanggil oleh deosen pembimbing yang disebelahnya ada bapak-bapak yang dari awal sidah dikenalkan sebagai pengawal spiritual rombongan kami, sore itu kami diberi pengarahan untuk tidak bertutur kata seenaknya dan jorok, berbuat aneh-aneh dan berpikiran kosong. Kemudian dosen kami meminta kami untuk merahasiakan tentang 3 maba yang ternyata dari hari pertama sudah kesurupan dan belum sembuh sehingga tadi siang tidak ikut pulang ke Surabaya (ortu mereka sudah dihubungi), kemudian kami diberitahu mengenai sebuah wilayah gaib yang terdapat di area yang kami pakai untuk berkemah, aku masih ingat betul bagaimana dosenku ini mengatakan “ingat ya, disini ada wilayah segitiga dengan penanda pohon, kalian berlakulah yang baik” begitulah pesannya.

Kejadian gaib pertama dimulai selepas maghrib, aku yang berjaga di pos keamanan 2 bersama 9 orang lainnya dikejutkan oleh sebuah sosok yang seperti bapak-bapak namun secara visual dia telihat sangat buram (bayangkan mata anda minus) pada jarak 70-140 meter dari pos (sempat kami berargumen mungkin saja ini sekuriti kebun raya yang patroli, namun bukan karena sekuriti wajib memakai seragam dan berpatroli dengan motor). Sosok ini duduk di sebuah ayunan tanpa bergerak, salah satu dari temanku memanggil dosen dan beberapa senior alumni; aku dan teman-teman menjelaskan tentang sosok ini, dosenku juga ikut melihat hingga aku ada inisiatif untuk mendatangi dan menanyakan siapa & keperluaannya apa tapi tidak diperbolehkan oleh dosenku. Dosenku mengajak kami meperhatikan lagi sosok ini dengan seksama, sekejap saja sosok lelaki itu menghilang dari depan mata, dia lenyap seketika (tapi aku punya pendapat lain tentang ini, aku secara batin melihat sosok ini perlahan semakin membesar terus hilang membaur bersama angin; aku ini peka terhadap barang gaib).

Sekitar pukul 9 malam di hari yang sama para maba mengikuti acara jalan malam, aku sebagai petugas keamanan tetap di pos bersama teman-teman. Pos ini berupa tenda besar yang didirikan di samping sebuah toilet, toilet ini pun termasuk angker karena ada aturan untuk para lelaki harus memakai toilet perempuan, para perempuan harus memakai toilet lelaki, dan minimal harus berpasangan kalau ke toilet. Malam itu angin tidak berhembus seperti biasanya, aku pribadi dengan kepekaanku mencium aroma “laut” dari angin malam yang dingin itu, hembusannya seolah-oleh sengaja diarahkan ke beberapa tenda tertentu (termasuk tenda keamanan) dan anehnya lagi aku dengan jelas mendengar musik gamelan jawa, spontan saja aku bertanya ke taman-temanku, mereka berkata mungkin itu warga yang sedang hajatan (padahal tidak ada kampung dalam jarak 3km dari perkemahan kami).

Pagi hari (hari keempat), waktu bersantai dan menikmati sarapan aku dan temanku mendekati beberapa maba cewek, ada beberpa dari mereka yang secara tiba-tiba bertanya & bercerita kepadaku tentang yang mereka alami semalam. “Mas, tadi malam koq pake ada acara nakut-nakuti pake pocong segala sih” spontan aku melongo dan dengan polos menjawab “dari dulu acara kemah bakti tidak diperbolehkan untuk menakut-nakuti peserta dengan hantu-hantuan dek”. Aku melihat maba ini tersenyum kecut dan lemas

Siangnya sekitar jam 2.30 kami para penjaga pos 2 mendadak dipanggil oleh dosen, kami dikumpulkan dibawah pohon besar yang sedikit jauh dari penglihatan para maba yang sedang beraktifitas. Kami “warga” pos 2 keheranan kenapa dipanggil sendiri tanpa panitia dari bagian lainnya, dosen kami mempertemukan kami dengan salah satu maba yang kesurupan. “Si mbah ini sedang kesal karena ada salah satu dari kalian yang mencemooh dalam hati, dia meminta salah satu dari kalian untuk mengaku dan meminta maaf” kami saling pandang keheranan karena tidak ada yang merasa, tiba-tiba si kesurupan ini menunjuk ke salah satu temanku, kagetnya bukan main temanku ini kemudian dia disuruh minta maaf atas permintaan dosenku (sejujurnya dari awal akulah yang tidak suka dengan para makhluk gaib pengganggu ini, entah kenapa dia sengaja tidak menujuk ke aku).

Sore hari pukul 4.47 mendadak aku diakgetkan oleh temanku yang berteriak “ada ular ada ular” dengan segera aku tenangkan dia dan menyuruhnya ke tenda dapur untuk mengambil garam (ular ini muncul berkali ketika temanku mengambil garam). Setelah garam diambil terus aku membacakan ayat Kursi dan menaburkan garam itu ke sekeliling tenda keamanan dan ular tidak muncul lagi.
Malam harinya dimulai sejak selepas maghrib aku mendapati angin dingin yang kencang tiada henti-hentinya dan suara pohon-pohon yang berisik seakan membaca mantra. Aku sudah mendengar pula suara-suara gamelan seperti kemarin malam, juga sebuah senandung suara wanita yang benada seperti musik india, dan sesekali aku bertanya pada teman-temanku apakah mereka juga mendengar hal yang sama, tapi mereka menjawab tidak. Malam itu aku memainkan gitar untuk mengiringi teman-teman bernyanyi (dan aku sendiri masih secara berkala mendengan senandung perempuan tadi) aku melihat arloji menunjukkan pukul 21.22 malam, dan dengan tenang aku memperhatikan satu persatu temanku tertidur………..hingga aku sadar bahwa hanya tersisa aku sendiri yang masih terjaga dan terus menggenjreng gitar diiringi angin dingin yang berhembus makin kencang (dinginnya menmbus jaket hingga terasa sampai tulang, aneh sekali) dan suara senandung yang makin lama makin sering terdengar.

Pukul 04.19 hari kelima (hari terakhir). Aku terbangun dan mendengar adzan subuh, aku kedinginan karena tertidur diluar tenda bersama teman-temanku, seketika aq pindah ke dalam tenda yang ternyata tidak ada orang (kenapa anak-anak gak tidur di dalam sih, pikirku). Pagi hari jam 7.30 tepat aku dan teman-temanku dibangunkan dan mendapat perintah untuk semua panitia segera menuju tenda pembina.

Di dalam tenda pembina, kami para panitia langsung disambut dengan “pidato” dosen pembimbing. “Bagaimana tidurnya, nyenyak? apa kalian sadar sejak tadi malam kalian semua seluruh penghuni perkemahan ini tidur bersamaan, kalian kena sirep!!” kami kaget dan baru nyadar. “Pasti kemarin ada salah satu dari kalian yang melanggar peraturan berkemah di tempat ini, ayo ngaku siapa?” kami saling tengok, aku juga merasa tidak melakukan apa-apa. “Siapa yang bermain-main dengan garam, telur atau jeruk nipis kemarin sore?” tanya dosenku, seketika itu aku angkat tangan “saya pa, saya kemarin sore menebar garam untuk mengusir ular”. Dosenku kemudian mengajak aku untuk menunjukkan tempat aku menabur garam dan menetralkannya.

Secara pribadi dosenku bercerita “kalian semalam dihukum oleh raja jin karena dinilai mengganggu”. Kemudian aku juga secara pribadi menceritakan keanehan-keanehan yang aku alami semalam tentang suara gamelan dan senandung wanita. Dosenku langsung menjelaskan bahwa gamelan itu hanya bisa didengar oleh orang yang energi gaibnya besar, sedangkan suara senandung itua dalah berasal dari kuntilanak yang bernama “susi” dia sebenarnya disuruh untuk menghukumku diluar sirep oleh raja jin, tapi dia juga memiliki rasa ke aku (waduh) makanya aku bisa tidur terakhir dan bangun pas waktu subuh.

Hampir 10 tahun sejak kejadian itu aku perlahan semakin mendalami “bakatku” dan mulai mengerti kenapa banyak sekali makhluk gaib yang mendekati atau mengikuti aku, apalagi kenapa orang-orang yang kesurupan tidak pernah ingin aku dekati.
Demikian deh ceritanya, aku gak terlalu jago menulis jadi ya agak semrawut, lain kali aku akan bercerita lagi ya, salam Aerith.

2 comments:

  1. Betul sekali critanya, rumah saya tepat dibelakang tembok Kebunraya, hampir setiap malam saya terbiasa naik keloteng rumah saya di lantai 3, melihat keanehan kebunraya tsb.sampai2 saya penasaran langsung saya turun rumah melompat pagar masuk kebunraya hingga jam 3 pagi menjelang shubuh sendirian....saya bukan asli penduduk sekitar Kebunraya saya dari Trenggalek di Pesisir selatan Kecamatan Panggul, terbiasa melihat keanehan 2 Laut selatan, dan di Keburaya lebih aneh lagi banyaknya gaib yg luar biasa, setelah saya tanyakan ternyata banyak kuburan jaman G30S PKI yg ada di dalam Kebunraya dari rumah saya sekiatar 150 meter saja, saran saya sebaiknya bagi yang akan berkemah coba ada beberapa yang akan saya sarankan terima kasih, Genote Sanjaya

    ReplyDelete
  2. Betul sekali critanya, rumah saya tepat dibelakang tembok Kebunraya, hampir setiap malam saya terbiasa naik keloteng rumah saya di lantai 3, melihat keanehan kebunraya tsb.sampai2 saya penasaran langsung saya turun rumah melompat pagar masuk kebunraya hingga jam 3 pagi menjelang shubuh sendirian....saya bukan asli penduduk sekitar Kebunraya saya dari Trenggalek di Pesisir selatan Kecamatan Panggul, terbiasa melihat keanehan 2 Laut selatan, dan di Keburaya lebih aneh lagi banyaknya gaib yg luar biasa, setelah saya tanyakan ternyata banyak kuburan jaman G30S PKI yg ada di dalam Kebunraya dari rumah saya sekiatar 150 meter saja, saran saya sebaiknya bagi yang akan berkemah coba ada beberapa yang akan saya sarankan terima kasih, Genote Sanjaya

    ReplyDelete